
Walau The Fed Bawa Kabar Buruk, Bursa Saham Asia Tetap Hijau
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
02 May 2019 18:24

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia mengakhiri perdagangan hari ini, Kamis (2/5/2019), di zona hijau: indeks Hang Seng naik 0,83%, indeks Kospi naik 0,42%, sementara indeks Straits Times turun 0,2%. Sementara itu, perdagangan di bursa saham Jepang dan China diliburkan pada hari ini.
Sejatinya, ada kabar buruk bagi bursa saham Asia yang datang dari The Federal Reserve, bank sentral AS. Pada hari Rabu (1/5/2019) waktu setempat, The Fed mengumumkan bahwa tingkat suku bunga acuan dipertahankan di level 2,25%-2,5%, sesuai dengan ekspektasi.
Namun, Jerome Powell (Gubernur The Fed) dan kolega ternyata mengeluarkan pernyataan yang jauh dari kata dovish. Padahal, pelaku pasar berharap akan ada sinyal dari The Fed terkait dengan pemotongan tingkat suku bunga acuan pada tahun ini, seiring dengan lemahnya angka inflasi.
Target inflasi The Fed adalah 2% sementara inflasi inti AS tercatat hanya 1,6% di kuartal pertama.
"Kami merasa stance kebijakan kami masih layak dipertahankan untuk saat ini. Kami tidak melihat ada tanda-tanda yang kuat untuk menuju ke arah sebaliknya. Saya melihat kita dalam jalur yang benar," tegas Powell dalam konferensi pers usai rapat, mengutip Reuters.
Sebelumnya, kuatnya laju perekonomian AS sudah terbaca dari angka pertumbuhan ekonominya. Pembacaan awal atas angka pertumbuhan ekonomi periode kuartal-I 2019 belum lama ini diumumkan sebesar 3,2% (QoQ annualized), jauh di atas konsensus dan capaian kuartal sebelumnya yang hanya sebesar 2,2%, seperti dilansir dari Forex Factory.
"Pasar tenaga kerja tetap kuat. Ekonomi juga tumbuh solid. Apa yang kami putuskan hari ini sebaiknya tidak dibaca sebagai sinyal perubahan kebijakan pada masa mendatang," tambah Powell.
Padahal, di tengah ketidakpastian yang menyelimuti perekonomian dunia, nada-nada dovish dari The Fed menjadi sesuatu yang sangat dinantikan pelaku pasar.
Dagang AS-China yang kian dekat berhasil mendorong investor untuk masuk ke bursa saham Benua Kuning. Pada hari Rabu, beberapa orang sumber mengatakan kepada CNBC International bahwa kesepakatan dagang AS-China bisa diumumkan pada hari Jumat mendatang (3/5/2019).
Politico melaporkan bahwa kesepakatan dagang AS-China akan membuat AS mencabut bea masuk sebesar 10% yang dibebankan kepada US$ 200 miliar produk impor asal China. Sementara itu, bea masuk senilai 25% terhadap produk impor asal Negeri Panda senilai US$ 50 miliar akan tetap dipertahankan hingga selepas pemilihan presiden tahun 2020.
Sebagai informasi, pada hari Selasa (30/4/2019) delegasi AS menggelar dialog dagang lanjutan dengan China di Beijing. Delegasi AS dipimpin oleh Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin, sementara delegasi China dikomandoi oleh Wakil Perdana Menteri Liu He.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/prm) Next Article Alert! Bursa Saham Eropa 'Kebakaran'...
Sejatinya, ada kabar buruk bagi bursa saham Asia yang datang dari The Federal Reserve, bank sentral AS. Pada hari Rabu (1/5/2019) waktu setempat, The Fed mengumumkan bahwa tingkat suku bunga acuan dipertahankan di level 2,25%-2,5%, sesuai dengan ekspektasi.
Namun, Jerome Powell (Gubernur The Fed) dan kolega ternyata mengeluarkan pernyataan yang jauh dari kata dovish. Padahal, pelaku pasar berharap akan ada sinyal dari The Fed terkait dengan pemotongan tingkat suku bunga acuan pada tahun ini, seiring dengan lemahnya angka inflasi.
"Kami merasa stance kebijakan kami masih layak dipertahankan untuk saat ini. Kami tidak melihat ada tanda-tanda yang kuat untuk menuju ke arah sebaliknya. Saya melihat kita dalam jalur yang benar," tegas Powell dalam konferensi pers usai rapat, mengutip Reuters.
Sebelumnya, kuatnya laju perekonomian AS sudah terbaca dari angka pertumbuhan ekonominya. Pembacaan awal atas angka pertumbuhan ekonomi periode kuartal-I 2019 belum lama ini diumumkan sebesar 3,2% (QoQ annualized), jauh di atas konsensus dan capaian kuartal sebelumnya yang hanya sebesar 2,2%, seperti dilansir dari Forex Factory.
"Pasar tenaga kerja tetap kuat. Ekonomi juga tumbuh solid. Apa yang kami putuskan hari ini sebaiknya tidak dibaca sebagai sinyal perubahan kebijakan pada masa mendatang," tambah Powell.
Padahal, di tengah ketidakpastian yang menyelimuti perekonomian dunia, nada-nada dovish dari The Fed menjadi sesuatu yang sangat dinantikan pelaku pasar.
Dagang AS-China yang kian dekat berhasil mendorong investor untuk masuk ke bursa saham Benua Kuning. Pada hari Rabu, beberapa orang sumber mengatakan kepada CNBC International bahwa kesepakatan dagang AS-China bisa diumumkan pada hari Jumat mendatang (3/5/2019).
Politico melaporkan bahwa kesepakatan dagang AS-China akan membuat AS mencabut bea masuk sebesar 10% yang dibebankan kepada US$ 200 miliar produk impor asal China. Sementara itu, bea masuk senilai 25% terhadap produk impor asal Negeri Panda senilai US$ 50 miliar akan tetap dipertahankan hingga selepas pemilihan presiden tahun 2020.
Sebagai informasi, pada hari Selasa (30/4/2019) delegasi AS menggelar dialog dagang lanjutan dengan China di Beijing. Delegasi AS dipimpin oleh Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin, sementara delegasi China dikomandoi oleh Wakil Perdana Menteri Liu He.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/prm) Next Article Alert! Bursa Saham Eropa 'Kebakaran'...
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular