
Damai Dagang Sampai Rapat The Fed Siap Lambungkan Wall Street
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
01 May 2019 19:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) adalah biangnya kapitalisme. Jadi wajar saja kala pasar keuangan di banyak negara diliburkan memperingati Hari Buruh Sedunia, bursa saham AS di Wall Street (New York) masih tetap buka.
Mengutip CNBC International, Rabu (1/5/2019), tiga indeks utama di Wall Street diperkirakan positif pada perdagangan hari ini. Berdasarkan perdagangan futures di psar futures, Dow Jones Industrial Average (DJIA) diperkirakan naik 0,28%. Sementara S&P 500 menguat 0,39%, dan Nasdaq Composite bertambah 0,89%.
Terdapat beberapa sentimen yang akan mempengaruhi pergerakan Wall Street. Pertama adalah perkembangan dialog dagang AS-China yang berlangsung di Beijing. Delegasi AS dipimpin oleh Kepala Perwakilan Dagang Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin, sementara tim China dikomandoi Wakil Perdana Menteru Liu He.
"Duta Besar Lighthizer dan saya baru saja menyelesaikan perundingan yang produktif dengan Wakil Perdana Menteri Liu He. Kami akan melanjutkan dialog di Washington pekan depan," cuit Mnuchin di Twitter.
[Gambas:Twitter]
Baik Beijing dan Washington menyebutkan bahwa dialog pekan ini menelurkan hasil positif. Terutama di bidang yang selama ini jadi sorotan yaitu perlindungan terhadap hak atas kekayaan intelektual dan pemaksaan transfer teknologi.
Selangkah demi selangkah, pelan tetapi pasti, damai dagang AS-China sepertinya semakin terlihat di cakrawala. Hubungan yang kian harmonis antar dua negara diharapkan berujung pada penandatanganan dokumen kesepakatan damai dagang oleh Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping. Semoga tidak terlalu lama lagi...
Sentimen kedua adalah perkembangan seputar Brexit. Ada dinamika positif yang membuat risiko No-Deal Brexit (Inggris tidak mendapat kompensasi apa-apa dari perceraian dengan Uni Eropa) bisa dihindari.
Mengutip Reuters, Juru Bicara Partai Buruh mengungkapkan bahwa pemerintah Inggris di bawah pimpinan Perdana Menteri Theresa May siap menggeser haluan demi menyamakan persepsi dengan kubu oposisi. Kabar ini menjadi positif karena menciptakan harapan bahwa parlemen bisa menyetujui proposal Brexit yang diajukan pemerintah.
Sebagai catatan, proposal Brexit sudah tiga kali ditolak oleh parlemen. Ini membuat Brexit yang sedianya berlangsung pada 29 Maret terus mundur sampai akhir disepakati pada 31 Oktober.
Jika pemerintah dan kubu opisisi sudah satu visi, maka kesepakatan Brexit di parlemen Inggris bisa lebih mudah disetujui. Dengan modal konsensus ini, PM May akan mendatangi pusat pemerintahan Uni Eropa di Brussel untuk menentukan nasib Inggris.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Sentimen ketiga, pelaku pasar juga menantikan hasil rapat komite pengambil kebijakan The Federal Reserve/The Fed (Federal Open Market Commitee/FOMC). Pelaku pasar memperkirakan Jerome 'Jay' Powell dan kolega mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 2,25-2,5% atau median 2,375%.
Tidak cuma itu, investor juga berekspektasi 'suasana kebatinan' dalam rapat tersebut tetap kalem alias dovish. Berbagai risiko yang menaungi perekonomian AS dan dunia membuat The Fed akan sangat hati-hati, dan sudah meninggalkan sikap (stance) agresif alias hawkish seperti tahun lalu.
Hawa suku bunga rendah yang kemungkinan semakin terkonfirmasi akan berdampak positif bagi pasar saham. Maklum, saham adalah instrumen yang bekerja optimal di lingkungan suku bunga rendah.
Sebaliknya, situasi ini menjadi petaka bagi dolar AS. Risk appetite pasar akan naik saat suku bunga acuan rendah, sehingga membuat instrumen aman (safe haven) seperti dolar AS kehilangan daya pikat.
Tanda-tanda tekanan terhadap dolar AS sudah terlihat. Pada pukul 19:26 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,07%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Digitalisasi Picu Investor Ritel Domestik Bursa RI 'Meledak'
Mengutip CNBC International, Rabu (1/5/2019), tiga indeks utama di Wall Street diperkirakan positif pada perdagangan hari ini. Berdasarkan perdagangan futures di psar futures, Dow Jones Industrial Average (DJIA) diperkirakan naik 0,28%. Sementara S&P 500 menguat 0,39%, dan Nasdaq Composite bertambah 0,89%.
Terdapat beberapa sentimen yang akan mempengaruhi pergerakan Wall Street. Pertama adalah perkembangan dialog dagang AS-China yang berlangsung di Beijing. Delegasi AS dipimpin oleh Kepala Perwakilan Dagang Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin, sementara tim China dikomandoi Wakil Perdana Menteru Liu He.
[Gambas:Twitter]
Baik Beijing dan Washington menyebutkan bahwa dialog pekan ini menelurkan hasil positif. Terutama di bidang yang selama ini jadi sorotan yaitu perlindungan terhadap hak atas kekayaan intelektual dan pemaksaan transfer teknologi.
Selangkah demi selangkah, pelan tetapi pasti, damai dagang AS-China sepertinya semakin terlihat di cakrawala. Hubungan yang kian harmonis antar dua negara diharapkan berujung pada penandatanganan dokumen kesepakatan damai dagang oleh Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping. Semoga tidak terlalu lama lagi...
Sentimen kedua adalah perkembangan seputar Brexit. Ada dinamika positif yang membuat risiko No-Deal Brexit (Inggris tidak mendapat kompensasi apa-apa dari perceraian dengan Uni Eropa) bisa dihindari.
Mengutip Reuters, Juru Bicara Partai Buruh mengungkapkan bahwa pemerintah Inggris di bawah pimpinan Perdana Menteri Theresa May siap menggeser haluan demi menyamakan persepsi dengan kubu oposisi. Kabar ini menjadi positif karena menciptakan harapan bahwa parlemen bisa menyetujui proposal Brexit yang diajukan pemerintah.
Sebagai catatan, proposal Brexit sudah tiga kali ditolak oleh parlemen. Ini membuat Brexit yang sedianya berlangsung pada 29 Maret terus mundur sampai akhir disepakati pada 31 Oktober.
![]() |
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Sentimen ketiga, pelaku pasar juga menantikan hasil rapat komite pengambil kebijakan The Federal Reserve/The Fed (Federal Open Market Commitee/FOMC). Pelaku pasar memperkirakan Jerome 'Jay' Powell dan kolega mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 2,25-2,5% atau median 2,375%.
Tidak cuma itu, investor juga berekspektasi 'suasana kebatinan' dalam rapat tersebut tetap kalem alias dovish. Berbagai risiko yang menaungi perekonomian AS dan dunia membuat The Fed akan sangat hati-hati, dan sudah meninggalkan sikap (stance) agresif alias hawkish seperti tahun lalu.
Hawa suku bunga rendah yang kemungkinan semakin terkonfirmasi akan berdampak positif bagi pasar saham. Maklum, saham adalah instrumen yang bekerja optimal di lingkungan suku bunga rendah.
Sebaliknya, situasi ini menjadi petaka bagi dolar AS. Risk appetite pasar akan naik saat suku bunga acuan rendah, sehingga membuat instrumen aman (safe haven) seperti dolar AS kehilangan daya pikat.
Tanda-tanda tekanan terhadap dolar AS sudah terlihat. Pada pukul 19:26 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,07%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Digitalisasi Picu Investor Ritel Domestik Bursa RI 'Meledak'
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular