Forex Market Sesi AS, Indeks Dolar Masih Jeblok

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
30 April 2019 21:43
Indeks dolar terpantau masih berada di zona merah dan kemungkinan akan mencatat penurunan tiga hari beruntun.
Foto: REUTERS/Dado Ruvic/Illustration
Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) belum mampu keluar dari tekanan di awal perdagangan sesi AS Selasa (30/4/19). Indeks dolar terpantau masih berada di zona merah dan kemungkinan akan mencatat penurunan tiga hari beruntun.

Indeks dolar digunakan untuk mengukur kekuatan mata uang AS tersebut, dimana angka indeks dihasilkan dari pergerakan dolar terhadap enam mata uang utama lainnya yakni euro, poundsterling, yen, dolar Kanada, krona Swedia, dan franc Swiss. Dolar terpantau melemah terhadap semua mata uang tersebut.

Pada pukul 21:03 WIB, indeks dolar terpantau melemah 0,4% ke level 97,46, melansir data dari Refinitiv.

Rilis data tingkat keyakinan konsumen AS yang yang menunjukkan peningkatan terlihat belum mampu mendongkrak performa dolar. The Conference Board Inc. melaporkan tingkat keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi AS di bulan April naik menjadi 129,2 dari bulan lalu sebesar 124,1.

Tekanan terhadap dolar AS sudah muncul sejak Jumat (26/4/19) pasca rilis data pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB). Meski PDB AS dirilis sebesar 3,2%, jauh lebih tinggi dari prediksi di Forex Factory sebesar 2,2%, namun komponen belanja konsumen menunjukkan pelambatan pertumbuhan.



Belanja konsumen merupakan tulang punggung perekonomian AS yang berkontribusi sekitar 68% terhadap PDB, sehingga pelambatan sektor ini belum membuat outlook ekonomi cerah.

Sementara pada Senin (29/4/19) kemarin Departemen Perdagangan AS melaporkan data belanja konsumen untuk bulan Maret yang naik 0,9%, menjadi kenaikan terbesar dalam hampir 10 tahun terakhir.



Sebaliknya data inflasi inti yang dilihat dari pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) dilaporkan stagnan alias 0% di bulan Maret dibandingkan bulan sebelumnya. Akibat kenaikan harga-harga yang stagnan tersebut, secara year-on-year inflasi inti PCE turun menjadi 1,6% di bulan Maret dari bulan sebelumnya 1,7%, sekaligus menjadi kenaikan terendah sejak Januari 2018.

Data yang disebutkan terakhir merupakan acuan Federal Reserve (The Fed) dalam menetapkan kebijakan moneter. Bank Sentral AS ini akan mengadakan rapat kebijakan moneter mulai hari ini, dan hasilnya akan diumumkan pada Kamis dini hari pukul 1:00 WIB.

Fokus pelaku pasar akan tertuju pada outlook ekonomi AS terbaru dari bank sentral paling powerful di dunia itu. Sebelum pengumuman kebijakan moneter dari The Fed, indeks dolar kemungkinan besar masih akan tertekan.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Bukan Pamer, Cek Nih Keperkasaan Rupiah Lawan Mata Uang Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular