
Begini Kinerja Komoditas Sepekan, Harga CPO Paling Sedih
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
30 April 2019 18:48

Minyak
Harga minyak masih terus didorong oleh kesepakatan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya untuk memangkas produksi hingga 1,2 juta barel/hari.
Terlebih pada awal pekan lalu (22/4/2019), AS dengan tegas mencabut keringanan sanksi Iran dengan melarang seluruh negara mitranya untuk membeli minyak asal Negeri Persia. Akibatnya, pasokan minyak global berpotensi jadi semakin ketat lagi.
Pasalnya Iran merupakan negara produsen minyak terbesar keempat di antara anggota OPEC lainnya, dengan volume ekspor mencapai 2,5 juta barel/hari (sebelum adanya sanksi).
Namun penguatan harga minyak terhambat akibat Presiden AS yang mengatakan telah mendesak OPEC untuk meningkatkan produksi.
"Saya sudah berbicara dengan OPEC. Saya katakan, Anda harus turunkan. Anda harus turunkan [harga minyak] !" ujar Trump, mengutip Reuters, Jumat (26/4/2019).
Alhasil pelaku pasar semakin yakin keseimbangan fundamental (pasokan-permintaan) di pasar global tidak akan berkurang terlalu jauh.Akan tetapi, harga minyak masih punya energi untuk terus menguat karena baru-baru ini Menteri Energi Arab Saudi, Khalid al-Falih mengatakan bahwa kebijakan OPEC untuk tetap mengurangi produksi minyak bisa diperpanjang hingga akhir 2019.
Minyak Sawit Mentah (crude palm oil/CPO)
Namun nasib baik tak menghampiri CPO pekan lalu. Dalam sepekan, harga CPO amblas hingga 2,98% secara point-to-point.Inventori minyak sawit Malaysia yang masih tinggi membuat keseimbangan fundamental (pasokan-permintaan) masih gemuk dan membebani harga. Pada akhir tahun 2018, bahkan menyentuh 3,21 juta ton atau tertinggi sejak 18 tahun silam.
Pada kuartal I-2019 pun pengurangan stok tidak signifikan akibat permintaan yang masih lemah. Per akhir Maret 2019, stok minyak sawit masih sebesar 2,97 juta ton, lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yang hanya 2,3 juta ton. Pelaku pasar juga memprediksi pada bulan April stok masih akan meningkat.
Ancaman penurunan pemintaan dari Uni Eropa juga memberi tekanan pada harga CPO dalam jangka panjang. Pada bulan Maret, Uni Eropa mengumumkan rancangan udang-undang baru yang secara bertahap melarang penggunaan minyak sawit sebagai bahan baku campuran biosolar. Meskipun baru akan dilarang penuh pada 2030, tapi importir akan cenderung konservatif dengan mencari produk substitusi jauh hari sebelumnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/taa)
Alhasil pelaku pasar semakin yakin keseimbangan fundamental (pasokan-permintaan) di pasar global tidak akan berkurang terlalu jauh.Akan tetapi, harga minyak masih punya energi untuk terus menguat karena baru-baru ini Menteri Energi Arab Saudi, Khalid al-Falih mengatakan bahwa kebijakan OPEC untuk tetap mengurangi produksi minyak bisa diperpanjang hingga akhir 2019.
Minyak Sawit Mentah (crude palm oil/CPO)
Namun nasib baik tak menghampiri CPO pekan lalu. Dalam sepekan, harga CPO amblas hingga 2,98% secara point-to-point.Inventori minyak sawit Malaysia yang masih tinggi membuat keseimbangan fundamental (pasokan-permintaan) masih gemuk dan membebani harga. Pada akhir tahun 2018, bahkan menyentuh 3,21 juta ton atau tertinggi sejak 18 tahun silam.
Ancaman penurunan pemintaan dari Uni Eropa juga memberi tekanan pada harga CPO dalam jangka panjang. Pada bulan Maret, Uni Eropa mengumumkan rancangan udang-undang baru yang secara bertahap melarang penggunaan minyak sawit sebagai bahan baku campuran biosolar. Meskipun baru akan dilarang penuh pada 2030, tapi importir akan cenderung konservatif dengan mencari produk substitusi jauh hari sebelumnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages
Most Popular