Rupiah Hari Ini: Terlemah Kedua di Asia & Sejak Akhir Maret

Houtmand P Saragih & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
30 April 2019 14:02
Data Ekonomi AS Kinclong, Asia Loyo
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Faktor kedua yang membuat dolar AS gencar diburu pelaku pasar adalah kinclongnya data ekonomi yang dirilis di AS. Kemarin (29/4/2019), personal spending periode Maret 2019 diumumkan tumbuh sebesar 0,9% secara bulanan, di atas capaian periode Februari yang sebesar 0,1%. Capaian pada bulan Maret juga berhasil mengalahkan konsensus yang sebesar 0,7%, seperti dilansir dari Forex Factory.

Sebagai catatan, data ini menggambarkan perubahan jumlah uang yang dibelanjakan oleh konsumen di AS (setelah disesuaikan dengan inflasi).

Sebelumnya, pelaku pasar sudah meyakini bahwa perekonomian AS sedang berada dalam posisi yang kuat lantaran pembacaan awal atas angka pertumbuhan ekonomi periode kuartal-I 2019 diumumkan sebesar 3,2% (QoQ annualized), jauh di atas konsensus dan capaian kuartal sebelumnya yang hanya sebesar 2,2%, seperti dilansir dari Forex Factory.

Data ekonomi AS yang kinclong tersebut membuat keyakinan bahwa The Federal Reserve selaku bank sentral AS akan memangkas suku bunga acuan pada tahun ini menjadi memudar.

Di sisi lain, data ekonomi yang dirilis di kawasan Asia justru mengecewakan. Pada hari ini, Manufacturing PMI versi resmi pemerintah China periode April 2019 diumumkan di level 50,1, turun dari capaian periode Maret yang sebesar 50,5. Capaian pada bulan April juga berada di bawah konsensus yang sebesar 50,5, seperti dilansir dari Trading Economics.

Sejatinya, angka di atas 50 menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur di China masih mencatatkan ekspansi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Namun, ekspansinya tak sekencang ekspansi pada bulan Maret.

Rilis data tersebut lantas melengkapi rentetan rilis data ekonomi yang mengecewakan di kawasan regional. Belum lama ini, produksi industri Jepang periode Maret 2019 (pembacaan awal) diumumkan jatuh 4,6% secara tahunan, jauh lebih dalam ketimbang konsensus yang memperkirakan penurunan sebesar 0,6% saja, seperti dilansir dari Trading Economics.

Beralih ke Korea Selatan, pembacaan awal atas angka pertumbuhan ekonomi periode kuartal-I 2019 diumumkan di level 1,8% YoY, jauh lebih rendah ketimbang konsensus yang sebesar 2,5% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics.

Dengan data ekonomi yang mengecewakan tersebut, ada kemungkinan bahwa bank sentral dari negara-negara Asia akan memangkas tingkat suku bunga acuan pada tahun ini. Praktis, kondisi tersebut membuat dolar AS lebih menarik di mata investor.

TIM RISET CNBC INDONESIA (ank)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular