
Aneh! Bursa Regional Hijau, IHSG Terperangkap di Zona Merah
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
29 April 2019 09:27

Pelemahan rupiah menjadi momok bagi pasar saham Indonesia pada hari ini. Pada pembukaan perdagangan di pasar spot, mata uang Garuda melemah 0,04% ke level Rp 14.185/dolar AS. Hingga berita ini diturunkan, posisinya masih sama.
Jika bertahan hingga akhir perdagangan, maka rupiah resmi tak pernah mencetak apresiasi dalam 6 hari perdagangan terakhir. Kali terakhir rupiah menguat adalah sehari selepas gelaran pemilihan umum atau pada tanggal 18 April silam. Selepas itu, rupiah ditransaksikan melemah atau setidaknya flat.
Walaupun direspons positif di bursa saham regional, kinclongnya data ekonomi AS menjadi petaka bagi rupiah. Pasalnya, deretan data ekonomi yang kinclong tersebut membuat keyakinan bahwa The Federal Reserve selaku bank sentral AS akan memangkas suku bunga acuan pada tahun ini menjadi memudar. Praktis, dolar AS menjadi memiliki daya tarik yang besar.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 28 April 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 bps pada tahun ini adalah sebesar 40,8%, turun dari posisi bulan yang lalu sebesar 41,1%. Sementara itu, peluang pemangkasan sebesar 50 bps turun menjadi 18,3%, dari yang sebelumnya 23,3%.
Dari dalam negeri, tak ada suntikan energi bagi rupiah dari Bank Indonesia (BI). Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang hasilnya diumumkan pada hari Kamis lalu (25/4/2019) memutuskan bahwa 7 Day Reverse Repo Rate ditahan di level 6%.
Pelemahan rupiah pada akhirnya menyurutkan minat investor untuk berbelanja di pasar saham tanah air.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/hps)
Jika bertahan hingga akhir perdagangan, maka rupiah resmi tak pernah mencetak apresiasi dalam 6 hari perdagangan terakhir. Kali terakhir rupiah menguat adalah sehari selepas gelaran pemilihan umum atau pada tanggal 18 April silam. Selepas itu, rupiah ditransaksikan melemah atau setidaknya flat.
Walaupun direspons positif di bursa saham regional, kinclongnya data ekonomi AS menjadi petaka bagi rupiah. Pasalnya, deretan data ekonomi yang kinclong tersebut membuat keyakinan bahwa The Federal Reserve selaku bank sentral AS akan memangkas suku bunga acuan pada tahun ini menjadi memudar. Praktis, dolar AS menjadi memiliki daya tarik yang besar.
Dari dalam negeri, tak ada suntikan energi bagi rupiah dari Bank Indonesia (BI). Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang hasilnya diumumkan pada hari Kamis lalu (25/4/2019) memutuskan bahwa 7 Day Reverse Repo Rate ditahan di level 6%.
Pelemahan rupiah pada akhirnya menyurutkan minat investor untuk berbelanja di pasar saham tanah air.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/hps)
Pages
Most Popular