
Terima Kasih Saham Telkom dkk, IHSG Selamat & Nomor 2 di Asia
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
26 April 2019 17:01

Kinclongnya rilis data ekonomi di AS terbukti malah menjadi petaka bagi bursa saham regional. Kemarin (25/4/2019), pemesanan barang-barang tahan lama (durable goods) diumumkan naik 2,7% MoM pada bulan Maret, menandai kenaikan tertinggi sejak Agustus 2018 dan jauh mengalahkan konsensus yakni pertumbuhan sebesar 0,7% saja, seperti dilansir dari Forex Factory.
Kemudian, pemesanan barang tahan lama inti (mengeluarkan komponen transportasi) naik 0,4% secara bulanan, juga di atas konsensus yang sebesar 0,2%, dilansir dari Forex Factory.
Rilis data tersebut melengkapi rangkaian rilis data ekonomi AS sebelumnya yang juga oke. Belum lama ini, penjualan barang-barang ritel periode Maret 2019 diumumkan naik sebesar 1,6% secara bulanan, menandai kenaikan tertinggi sejak September 2017 dan jauh membaik dibandingkan capaian bulan Februari yakni kontraksi sebesar 0,2%. Capaian pada bulan Maret juga berhasil mengalahkan konsensus yakni pertumbuhan sebesar 0,9% saja, seperti dilansir dari Forex Factory.
Kemudian, penjualan barang-barang ritel inti (mengeluarkan komponen mobil) periode Maret 2019 tumbuh sebesar 1,2% secara bulanan, membaik ketimbang bulan Februari yang minus 0,2%. Capaian tersebut juga juga berhasil mengalahkan konsensus yakni pertumbuhan sebesar 0,7% saja, seperti dilansir dari Forex Factory.
Deretan data ekonomi yang kinclong tersebut membuat keyakinan bahwa The Federal Reserve selaku bank sentral AS akan memangkas suku bunga acuan pada tahun ini menjadi memudar. Padahal, di saat risiko perang dagang masih menyelimuti, baik itu perang dagang AS-China maupun AS-Uni Eropa, tingkat suku bunga acuan yang rendah menjadi opsi yang terbaik di mata investor.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 25 April 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 bps pada tahun ini adalah sebesar 40,8%, turun dari posisi sehari sebelumnya yang sebesar 41,1%. Sementara itu, peluang pemangkasan sebesar 50 bps turun menjadi 16,3%, dari yang sebelumnya 17,1%. (ank/hps)
Kemudian, pemesanan barang tahan lama inti (mengeluarkan komponen transportasi) naik 0,4% secara bulanan, juga di atas konsensus yang sebesar 0,2%, dilansir dari Forex Factory.
Rilis data tersebut melengkapi rangkaian rilis data ekonomi AS sebelumnya yang juga oke. Belum lama ini, penjualan barang-barang ritel periode Maret 2019 diumumkan naik sebesar 1,6% secara bulanan, menandai kenaikan tertinggi sejak September 2017 dan jauh membaik dibandingkan capaian bulan Februari yakni kontraksi sebesar 0,2%. Capaian pada bulan Maret juga berhasil mengalahkan konsensus yakni pertumbuhan sebesar 0,9% saja, seperti dilansir dari Forex Factory.
Deretan data ekonomi yang kinclong tersebut membuat keyakinan bahwa The Federal Reserve selaku bank sentral AS akan memangkas suku bunga acuan pada tahun ini menjadi memudar. Padahal, di saat risiko perang dagang masih menyelimuti, baik itu perang dagang AS-China maupun AS-Uni Eropa, tingkat suku bunga acuan yang rendah menjadi opsi yang terbaik di mata investor.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 25 April 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 bps pada tahun ini adalah sebesar 40,8%, turun dari posisi sehari sebelumnya yang sebesar 41,1%. Sementara itu, peluang pemangkasan sebesar 50 bps turun menjadi 16,3%, dari yang sebelumnya 17,1%. (ank/hps)
Pages
Most Popular