
Ditekan Luar-Dalam, IHSG Terburuk Kedua di Asia
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
25 April 2019 16:47

Dari dalam negeri, hasil hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) menambah tekanan bagi IHSG. Pada siang hari ini, BI mengumumkan bahwa 7 Day Reverse Repo Rate ditahan di level 6%.
Dalam konferensi pers yang digelar di Gedung BI, Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan 6 langkah yang akan ditembuh guna meningkatkan permintaan dari dalam negeri. Namun, tak satu pun dari langkah tersebut yang berisi atau setidaknya memberikan sinyal untuk memangkas suku bunga acuan.
Hal ini nampaknya memberikan kekecewaan bagi pelaku pasar. Pasalnya, pemangkasan tingkat suku bunga acuan berpotensi mendongkrak konsumsi masyarakat Indonesia yang pada akhirnya akan direfleksikan dalam angka pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
Sejatinya, ruang bagi BI untuk memangkas suku bunga acuan memang bisa dibilang cukup terbuka lantaran BI sendiri memproyeksikan The Federal Reserve selaku bank sentral AS tak akan menaikkan tingkat suku bunga acuan pada tahun ini. Sepanjang 2020 pun, BI melihat tak ada kenaikan Federal Funds Rate (FFR).
Saat ini, sebenarnya pelaku pasar cukup yakin bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan. Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 25 April 2019, terdapat peluang sebesar 40,9% bahwa The Fed akan menurunkan tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps pada tahun ini, melonjak dari posisi minggu lalu yang sebesar 33,2%. Sementara itu, peluang pemangkasan tingkat suku bunga acuan sebesar 50 bps adalah sebesar 16,2%, jauh lebih tinggi dari posisi minggu lalu yang sebesar 6,8%.
Jika The Fed memangkas tingkat suku bunga acuan, ruang pemangkasan suku bunga acuan oleh BI lantas menjadi terbuka lebar. Namun, opsi ini tak digaungkan oleh BI dan memantik aksi jual dengan intensitas yang kian besar di pasar saham tanah air. (ank/hps)
Dalam konferensi pers yang digelar di Gedung BI, Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan 6 langkah yang akan ditembuh guna meningkatkan permintaan dari dalam negeri. Namun, tak satu pun dari langkah tersebut yang berisi atau setidaknya memberikan sinyal untuk memangkas suku bunga acuan.
Hal ini nampaknya memberikan kekecewaan bagi pelaku pasar. Pasalnya, pemangkasan tingkat suku bunga acuan berpotensi mendongkrak konsumsi masyarakat Indonesia yang pada akhirnya akan direfleksikan dalam angka pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
Saat ini, sebenarnya pelaku pasar cukup yakin bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan. Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 25 April 2019, terdapat peluang sebesar 40,9% bahwa The Fed akan menurunkan tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps pada tahun ini, melonjak dari posisi minggu lalu yang sebesar 33,2%. Sementara itu, peluang pemangkasan tingkat suku bunga acuan sebesar 50 bps adalah sebesar 16,2%, jauh lebih tinggi dari posisi minggu lalu yang sebesar 6,8%.
Jika The Fed memangkas tingkat suku bunga acuan, ruang pemangkasan suku bunga acuan oleh BI lantas menjadi terbuka lebar. Namun, opsi ini tak digaungkan oleh BI dan memantik aksi jual dengan intensitas yang kian besar di pasar saham tanah air. (ank/hps)
Next Page
Kinerja Keuangan Bank BUKU 4 Jadi Beban
Pages
Most Popular