Laporan Laba Garuda Janggal, Ini Kata Menhub!
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
25 April 2019 12:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi ikut angkat bicara mengenai dissenting opinion laporan keuangan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) karena adanya kejanggalan raihan laba.
Seusai rapat di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Budi Karya menyatakan pada dasarnya regulator tidak etis untuk berkomentar mengenai kejanggalan laporan keuangan Garuda Indonesia.
"Regulator tidak etis untuk berkomentar. Akan tetapi kalau ada komisaris yang menolak tanda tangan, dissenting opinion itu boleh-boleh saja," ujarnya, Kamis (25/4/2019).
Sebelumnya, Dua komisaris Garuda Indonesia menyoroti kejanggalan dalam laporan keuangan 2018. Terdapat beberapa pos keuangan yang pencatatannya tak sesuai standar akuntansi yang membuat kinerja Garuda Indonesia untung pada 2018, padahal seharusnya merugi.
Keberatan mereka sampaikan terkait kerja sama penyediaan layanan konektivitas dalam penerbangan. Dalam dokumen yang didapat oleh awak media, tertulis bahwa dua komisaris ini Chairal Tanjung dan Dony Oskaria. Keduanya merupakan perwakilan dari PT Trans Airways, pemegang saham Garuda Indonesia dengan kepemilikan sebesar 25,61 persen.
Cerita kejanggalan tersebut bermula dari kerja sama itu dilakukan antara PT Mahata Aero Teknologi dan PT Citilink Indonesia, penyediaan koneksi wifi di armada pesawat. Kerjasama tersebut kemudian diperluas ke Garuda Grup, yang juga mengikutkan Sriwijaya Air.
Dari situ, Garuda akan mendapatkan pembayaran dari Mahata Aero Teknologi sebesar US$239,94 juta. Pembayaran tersebut, US$28.000.000 di antaranya merupakan bagi hasil Garuda Indonesia dengan PT Sriwijaya Air.
Namun, hingga akhir 2018 belum ada pembayaran yang masuk dari Mahata Aero Teknologi. Walau begitu, Garuda Indonesia dalam laporan keuangan sudah mengakuinya sebagai pendapatan tahun lalu.
Dari pihak Trans Airways berpendapat angka itu terlalu signifikan hingga mempengaruhi neraca keuangan Garuda Indonesia. Jika nominal dari kerja sama tersebut belum masuk sebagai pendapatan, perusahaan sebenarnya masih merugi US$244.958.308.
"Adapun dengan mengakui pendapatan dari perjanjian Mahata maka perusahaan membukukan laba sebesar US$5.018.308," tulis Chairal dan Dony dalam surat yang ditujukan kepada manajemen Garuda Indonesia seperti dikutip CNBC Indonesia, Rabu (24/4/2019).
Dua komisaris ini berpendapat dampak dari pengakuan pendapatan itu menimbulkan kerancuan dan menyesatkan. Masalahnya, keuangan Garuda Indonesia jadi berubah signifikan dari yang sebelumnya rugi menjadi untung.
Saksikan video Laporan Laba Garuda Dinilai Janggal di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]
(dob/roy) Next Article Garuda Indonesia (GIAA) Mau Tambah 8 Pesawat, Keluarkan Kocek Segini
Seusai rapat di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Budi Karya menyatakan pada dasarnya regulator tidak etis untuk berkomentar mengenai kejanggalan laporan keuangan Garuda Indonesia.
"Regulator tidak etis untuk berkomentar. Akan tetapi kalau ada komisaris yang menolak tanda tangan, dissenting opinion itu boleh-boleh saja," ujarnya, Kamis (25/4/2019).
Sebelumnya, Dua komisaris Garuda Indonesia menyoroti kejanggalan dalam laporan keuangan 2018. Terdapat beberapa pos keuangan yang pencatatannya tak sesuai standar akuntansi yang membuat kinerja Garuda Indonesia untung pada 2018, padahal seharusnya merugi.
Keberatan mereka sampaikan terkait kerja sama penyediaan layanan konektivitas dalam penerbangan. Dalam dokumen yang didapat oleh awak media, tertulis bahwa dua komisaris ini Chairal Tanjung dan Dony Oskaria. Keduanya merupakan perwakilan dari PT Trans Airways, pemegang saham Garuda Indonesia dengan kepemilikan sebesar 25,61 persen.
Cerita kejanggalan tersebut bermula dari kerja sama itu dilakukan antara PT Mahata Aero Teknologi dan PT Citilink Indonesia, penyediaan koneksi wifi di armada pesawat. Kerjasama tersebut kemudian diperluas ke Garuda Grup, yang juga mengikutkan Sriwijaya Air.
Dari situ, Garuda akan mendapatkan pembayaran dari Mahata Aero Teknologi sebesar US$239,94 juta. Pembayaran tersebut, US$28.000.000 di antaranya merupakan bagi hasil Garuda Indonesia dengan PT Sriwijaya Air.
Namun, hingga akhir 2018 belum ada pembayaran yang masuk dari Mahata Aero Teknologi. Walau begitu, Garuda Indonesia dalam laporan keuangan sudah mengakuinya sebagai pendapatan tahun lalu.
Dari pihak Trans Airways berpendapat angka itu terlalu signifikan hingga mempengaruhi neraca keuangan Garuda Indonesia. Jika nominal dari kerja sama tersebut belum masuk sebagai pendapatan, perusahaan sebenarnya masih merugi US$244.958.308.
"Adapun dengan mengakui pendapatan dari perjanjian Mahata maka perusahaan membukukan laba sebesar US$5.018.308," tulis Chairal dan Dony dalam surat yang ditujukan kepada manajemen Garuda Indonesia seperti dikutip CNBC Indonesia, Rabu (24/4/2019).
Dua komisaris ini berpendapat dampak dari pengakuan pendapatan itu menimbulkan kerancuan dan menyesatkan. Masalahnya, keuangan Garuda Indonesia jadi berubah signifikan dari yang sebelumnya rugi menjadi untung.
Saksikan video Laporan Laba Garuda Dinilai Janggal di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]
(dob/roy) Next Article Garuda Indonesia (GIAA) Mau Tambah 8 Pesawat, Keluarkan Kocek Segini
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular