Dolar Terlalu Perkasa, Harga Emas Dunia pun Melemah

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
25 April 2019 10:13
Harga emas global bergerak terbatas dengan kecenderungan melemah pada perdagangan Kamis (25/4/2019) pagi ini.
Foto: Ilustrasi emas (CNBC Indonesia/Arina Yulistara)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas global bergerak terbatas dengan kecenderungan melemah pada perdagangan Kamis pagi ini (25/4/2019). Dolar Amerika Serikat (AS) yang masih perkasa membuat harga emas masih tertekan.

Pada pukul 09:25 WIB, harga emas kontrak pengiriman Juni di bursa New York Commodity Exchange (COMEX) terkoreksi 0,19% ke level US$ 1.277/troy ounce, setelah menguat 0,49% kemarin (24/4/2019).

Adapun harga emas di pasar spot menguat terbatas 0,04% ke posisi US$ 1.275,48/troy ounce, setelah ditutup menguat 0,22% kemarin.

Pergerakan harga emas global masih terus dibatasi oleh tekanan nilai tukar dolar AS.



Pada pukul 09:00 WIB, nilai Dollar Index (DXY) yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia masih sebesar 98,03 dan berada di titik tertingginya sejak dalam 2 tahun terakhir.

Mengingat emas diperdagangkan dalam dolar AS, maka keperkasaan dolar akan membuat harga emas menjadi relatif lebih mahal bagi pemegang mata uang lain.


Tentu saja hal tersebut membuat investor cenderung enggan mengoleksi emas. Mereka lebih memilih menunggu waktu yang lebih tepat untuk membeli emas.

Namun harga emas juga mendapat dorongan ke atas akibat munculnya ketidakpastian atas perekonomian dunia.

Potensi perang dagang baru antara AS dan Uni Eropa sudah semakin meruncing lantaran Presiden AS Donald Trump mengeluarkan pernyataan yang amat pedas.

Dalam sebuah cuitan di Twitter, Trump dengan jelas menyatakan keresahannya kepada Uni Eropa karena keuntungan pabrikan motor Harley Davidson yang anjlok hampir 27% di kuartal I-2019. Trump menuding bahwa kesulitan yang dialami Harley Davidson akibat bea impor sebesar 31% yang diterapkan oleh Uni Eropa.

Dolar Masih Terlalu Kuat, Harga Emas TertekanFoto: Donald Trump soal Harley/Twitter

Lebih lanjut, dirinya juga kecewa dengan rencana Uni Eropa yang akan meningkatkan bea impor tersebut menjadi 66% pada 2021 mendatang.

"Sangat tidak adil bagi AS. Kami akan membalas!" tegas Trump.

Beberapa waktu lalu Trump juga telah mengungkapkan rencananya untuk memberlakukan bea masuk bagi produk-produk asal Uni Eropa yang senilai US$ 11 miliar.

Rencana tersebut muncul setelah Trump menuding bahwa Uni Eropa memberikan subsidi yang berlebih kepada perusahaan pesawat asal Perancis, Airbus. Ia menilai hal tersebut merupakan praktik persaingan tidak sehat.

Uni Eropa pun juga sudah bereaksi dengan merilis sebuah daftar barang impor asal AS senilai US$ 20 miliar yang rencananya akan dikenakan bea impor.

Kalau sudah begini, skenario saling lempar tarif impor antara AS-Uni Eropa menjadi sangat mungkin. Seperti yang sudah terjadi antara AS-China tahun lalu.

Ketidakpastian yang merupakan musuh utama investor tentu saja membuat risiko investasi meningkat. Alhasil investor masih enggan agresif berinvestasi pada instrumen berisiko. Emas selaku safe haven pun masih memiliki tempat di benak investor.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(taa/tas) Next Article Meski Reli Akhir Tahun, Harga Emas Koreksi 2,34% pada 2018

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular