
Ada Sinyal Perlambatan, Straits Times Parkir di Zona Merah
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
25 April 2019 08:36

Jakarta, CNBC Indonesia - Reli yang dicatatkan indeks Straits Times (STI) kemarin (24/4/2019) gagal untuk bertahan pada pembukaan perdagangan hari ini, Kamis (25/4/2019).
STI dibuka melemah 0,39% ke level 3.349,35. Dari 30 saham yang menghuni indeks acuan bursa saham Singapura tersebut, sebanyak 9 mencatatkan kenaikan harga, 14 saham melemah, dan 7 saham tidak mencatatkan perubahan harga.
Kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global kali ini datang dari Benua Eropa, dimana capaian indeks iklim bisnis Jerman melemah dibandingkan bulan lalu.
Pembacaan awal indeks iklim bisnis Jerman bulan ini tercatat 99,2 poin, lebih rendah dibandingkan Maret yang tercatat 99,7 poin.
"Optimisme pada Maret sudah menguap. Ekonomi Jerman masih kehilangan kekuatan" kata Presiden Ifo Economic Institute, dikutip dari Reuters.
Jika perekonomian Jerman lesu, tentunya akan memberikan dampak besar bagi pertumbuhan ekonomi Benua Biru. Pembacaan rilis data ekonomi tersebut saja sudah mengakibatkan mata uang euro dihantam aksi jual, sehingga dana kembali berlari kepada dollar AS.
Terlebih lagi, jika isu bahwa pemerintah China akan mengurangi stimulus ekonomi terbukti benar, tentu akan semakin memperparah keadaan.
Pelaku pasar akan kembali memilih untuk menanamkan modal mereka pada instrumen aman (safe haven), seperti dolar AS. Alhasil, instrumen beresiko negara berkembang, termasuk Singapura menjadi kurang menarik.
Pada hari ini, tidak ada rilis data ekonomi dari Singapura.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Wall Street Beri Angin Segar, Straits Times Bergerak Positif
STI dibuka melemah 0,39% ke level 3.349,35. Dari 30 saham yang menghuni indeks acuan bursa saham Singapura tersebut, sebanyak 9 mencatatkan kenaikan harga, 14 saham melemah, dan 7 saham tidak mencatatkan perubahan harga.
Kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global kali ini datang dari Benua Eropa, dimana capaian indeks iklim bisnis Jerman melemah dibandingkan bulan lalu.
"Optimisme pada Maret sudah menguap. Ekonomi Jerman masih kehilangan kekuatan" kata Presiden Ifo Economic Institute, dikutip dari Reuters.
Jika perekonomian Jerman lesu, tentunya akan memberikan dampak besar bagi pertumbuhan ekonomi Benua Biru. Pembacaan rilis data ekonomi tersebut saja sudah mengakibatkan mata uang euro dihantam aksi jual, sehingga dana kembali berlari kepada dollar AS.
Terlebih lagi, jika isu bahwa pemerintah China akan mengurangi stimulus ekonomi terbukti benar, tentu akan semakin memperparah keadaan.
Pelaku pasar akan kembali memilih untuk menanamkan modal mereka pada instrumen aman (safe haven), seperti dolar AS. Alhasil, instrumen beresiko negara berkembang, termasuk Singapura menjadi kurang menarik.
Pada hari ini, tidak ada rilis data ekonomi dari Singapura.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Wall Street Beri Angin Segar, Straits Times Bergerak Positif
Most Popular