Duh! Asing Obral Saham, IHSG Tak Berdaya & Ditutup Melemah

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
24 April 2019 16:28
Duh! Asing Obral Saham, IHSG Tak Berdaya & Ditutup Melemah
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Sempat melenggang di zona hijau, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru jatuh 0,23% pada akhir perdagangan ke level 6.447,89. Memang, posisi IHSG membaik jika dibandingkan dengan posisi terlemahnya hari ini di level 6.433,97 (-0,45% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin, 23/4/2019). Namun tetap saja, IHSG berakhir di zona merah.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendorong pelemahan IHSG di antaranya: PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk/CPIN (-7,02%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-1,22%), PT Bank Danamon Tbk/BDMN (-3,24%), PT Semen Indonesia Tbk/SMGR (-2%), dan PT Astra Agro Lestari Tbk/AALI (-5,68%).

Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei turun 0,27%, indeks Hang Seng turun 0,53%, dan indeks Kospi turun 0,88%.

Aura damai dagang AS-China kian terasa gagal mengangkat kinerja bursa saham regional. Pada 30 April mendatang, delegasi AS akan bertandang ke Beijing guna menggelar negosiasi dagang lanjutan dengan China.

Dalam pernyataan tertulisnya yang dirilis Selasa (23/4/2019) malam waktu setempat atau Rabu pagi waktu Indonesia, Gedung Putih mengatakan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin akan memimpin delegasi AS.

Dalam negosiasi ini, kedua belah pihak akan mendiskusikan beberapa isu krusial yang membuat kesepakatan dagang antar 2 negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia itu belum bisa dicapai hingga saat ini.

"Materi pembicaraan pekan depan akan mencakup isu-isu perdagangan termasuk hak kekayaan intelektual, alih teknologi paksa, halangan non-tarif, pertanian, jasa, pembelian, dan penegakan hukum," menurut pernyataan dari Gedung Putih.

Tak sampai disitu, pada tanggal 8 Mei Wakil Perdana Menteri China Liu He akan memimpin delegasi China untuk melanjutkan negosiasi dagang di Washington.

Ribut-ribut AS dengan Uni Eropa di bidang perdagangan terbukti lebih dominan dalam mendikte pergerakan bursa saham regional, termasuk Indonesia.

Melalui sebuah cuitan di Twitter, Presiden AS Donald Trump mengungkapkan kegeramannya kepada Uni Eropa seiring dengan anjloknya laba bersih pabrikan motor Harley Davidson pada kuartal-I 2019 yang nyaris mencapai 27%.

Harley Davidson mengatakan bahwa menurunnya permintaan, biaya impor bahan baku yang lebih tinggi (karena bea masuk yang dikenakan AS), dan bea masuk yang dikenakan Uni Eropa terhadap produk perusahaan merupakan 3 faktor utama yang membebani bottom line mereka.

"Sangat tidak adil bagi AS. Kami akan membalas!" tegas Trump.

Lantas, perang dagang AS-Uni Eropa kian menjadi sebuah keniscayaan. Pasalnya, ancam-mengancam mengenakan bea masuk bukan kali ini saja terjadi. Beberapa waktu yang lalu, Trump mengungkapkan rencana untuk memberlakukan bea masuk bagi impor produk Uni Eropa senilai US$ 11 miliar.

Rencana tersebut dilandasi oleh kekesalannya yang menuding bahwa Uni Eropa memberikan subsidi yang kelewat besar kepada Airbus, yang dinilainya sebagai praktik persaingan tidak sehat.

"Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) menemukan bahwa Uni Eropa memberikan subsidi kepada Airbus yang kemudian mempengaruhi AS. Kami akan menerapkan bea masuk kepada (impor) produk Uni Eropa senilai US$ 11 miliar. Uni Eropa sudah mengambil keuntungan dari perdagangan dengan AS selama bertahun-tahun. Ini akan segera berakhir!" keluh Trump di Twitter pada tanggal 9 April.

Padahal, Uni Eropa sendiri masih berkutat dengan sengkarut Brexit. Hingga kini, belum ada opsi yang diambil terkait dengan cara pemisahan diri antara Inggris dengan Uni Eropa. Kemungkinan terjadinya no-deal Brexit masih di atas meja.

Kalau sampai opsi no-deal Brexit yang diambil, dampaknya dipastikan parah. Inggris dan Uni Eropa tak bisa lagi leluasa berdagang dengan tarif yang rendah atau tanpa tarif sama sekali seperti yang selama ini terjadi. Tarif dalam perdagangan Inggris-Uni Eropa akan mengacu kepada standar dari WTO yang pastinya lebih tinggi.

Jika dihitung, pada tahun 2018 ekspor Inggris ke 5 negara terbesar anggota Uni Eropa lainnya, yakni Jerman, Prancis, Italia, Spanyol, dan Belanda mencapai 17,1% dari total ekspor mereka.

Dari sisi impor, kontribusi 5 negara tersebut dari total impor Inggris adalah sebesar 26,2%. Ingat, itu baru kontribusi dari 5 negara terbesar anggota Uni Eropa lainnya dan bukan dari seluruh anggota Uni Eropa.
Derasnya aksi jual yang dilakukan investor asing membuat IHSG hanya bisa menipiskan kekalahannya dan tak mampu finis di zona hijau.

Pasca kemarin membukukan jual bersih senilai Rp 138,7 miliar, pada hari ini investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 640,4 miliar di pasar saham tanah air.

Saham-saham yang banyak dilepas investor asing pada hari ini di antaranya: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 379,5 miliar), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (Rp 110,1 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 80,6 miliar), PT Bumi Resources Minerals Tbk/BRMS (Rp 66,1 miliar), dan PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (Rp 55,7 miliar).

Wajar jika investor asing kembali keluar dari pasar saham Indonesia. Pasalnya, rupiah ditransaksikan melemah. Hingga akhir perdagangan, rupiah melemah 0,14% di pasar spot ke level Rp 14.090/dolar AS. Kala rupiah melemah, investor asing berpotensi membukukan rugi dari selisih kurs.

Ribut-ribut AS dengan Uni Eropa di bidang perdagangan membuat pelaku pasar memasang mode defensif dengan melepas rupiah dan mengalihkannya menjadi dolar AS selaku safe haven.

Selain itu, memudarnya ekspektasi bahwa The Federal Reserve/The Fed selaku bank sentral AS akan memangkas tingkat suku bunga acuan pada tahun ini ikut menjadi bensin yang membuat dolar AS mampu menaklukkan rupiah.

Kemarin, penjualan rumah baru periode Maret 2019 diumumkan mencapai angka 692.000 unit (annualized), level tertinggi sejak November 2017.

Rilis data tersebut lantas melengkapi rangkaian rilis data ekonomi AS sebelumnya yang juga oke. Penjualan barang-barang ritel periode Maret 2019 diumumkan naik sebesar 1,6% secara bulanan, menandai kenaikan tertinggi sejak September 2017 dan jauh membaik dibandingkan capaian bulan Februari yakni kontraksi sebesar 0,2%. Capaian pada bulan Maret juga berhasil mengalahkan konsensus yakni pertumbuhan sebesar 0,9% saja, seperti dilansir dari Forex Factory.

Kemudian, penjualan barang-barang ritel inti (mengeluarkan komponen mobil) periode Maret 2019 tumbuh sebesar 1,2% secara bulanan, membaik ketimbang bulan Februari yang minus 0,2%. Capaian tersebut juga juga berhasil mengalahkan konsensus yakni pertumbuhan sebesar 0,7% saja, seperti dilansir dari Forex Factory.

Tak sampai disitu, klaim tunjangan pengangguran untuk minggu yang berakhir pada 13 April tercatat turun 5.000 dibandingkan pekan sebelumnya menjadi 192.000, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 207.000, dilansir dari Forex Factory.

Kala data ekonomi menunjukkan bahwa perekonomian AS sedang berada dalam posisi yang kuat, maka urgensi bagi The Fed untuk memangkas tingkat suku bunga acuan menjadi memudar. Praktis, dolar AS mendapatkan suntikan energi untuk menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular