
Analisis Teknikal
Harga Tertekan, Mari Simak Arah 4 Saham Produsen CPO
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
25 April 2019 14:47

Jakarta, CNBC Indonesia - Tekanan masih menyelimuti industri sawit, pasalnya harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) belakangan terkoreksi menyusul kekhawatiran pelaku pasar terjadinya penurunan permintaan komoditas minyak sawit global.
Jika dilihat dari awal tahun, harga CPO di bursa Malaysia Derivatives Exchange tercatat masih menguat 2,07%. Pada pukul 11:30 WIB, harga CPO kontrak pengiriman Juni di bursa Malaysia melemah 0,23% ke posisi MYR 2.165/ton, Kamis (25/4/2019).
Mengacu pada data Bursa Efek Indonesia (BEI) per Rabu kemarin, kinerja indeks sektor agrikultur masih terkoreksi 7,76% sejak awal tahun. Kinerja tersebut tentu saja sangat jauh dari pergerakan harga komoditas minyak sawit di kawasan global.
Melihat dari pergerakan grafik indeks sektor agrikultur, penurunannya berpotensi akan semakin terbatas pada 1.420. Hingga berita ini dimuat indeks sektor agri tersebut sedang terkoreksi 0,98% ke level 1.428.
Lalu, bagaimana dengan prospek saham-saham industri agri andalan Indonesia tersebut? Berikut prospek dari saham-saham berbasis sawit yang cukup likuid di BEI secara teknikal: Hingga penutupan pasar Sesi I, saham berkode AALI anjlok 3,79% pada level harga Rp 10.775/unit saham. Penurunan saham anak usaha Astra tersebut berpotensi belum berakhir secara teknikal.
Indikator moving average convergence divergence/MACD yang menggambarkan arah pergerakan grafik, berada pada persilangan turun (dead cross). Tren saham AALI juga terlihat bergerak turun (downtrend) yang terlihat dari puncak-puncak grafik yang bergerak lebih rendah (lower low).
Pelemahan AALI berpotensi tertahan ketika mendekati level Rp 10.400/saham. Level tersebut merupakan level penahan penurunannya (support) yang terdekat.
Potensi penguatan tersebut berpotensi terjadi dalam waktu dekat, mengingat saham yang telah dijual ke publik tersebut sudah memasuki fase jenuh jualnya (oversold).
Jika melihat kinerjanya hingga tahun berjalan (year to date/ytd), kinerja saham tersebut juga sudah terdepresiasi cukup dalam sebesar 8,88%. Hingga penutupan Sesi I, saham berkode LSIP tidak mengalami perubahan harga pada level Rp 1.070/unit saham. Perusahaan yang sebagian besar sahamnya dimiliki PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) tersebut berpotensi masih berpotensi melemah secara teknikal menguji level Rp 1.000/saham.
Indikator moving average convergence divergence/MACD pada grafik mengarah pada persilangan turun (dead cross). Tren turun tersebut juga terlihat dari puncak-puncak grafik yang bergerak lebih rendah (lower low).
Potensi pelemahannya masih terbuka, mengingat saham tersebut belum memasuki fase jenuh jualnya (oversold). Mengacu pada indikator teknikal stochastik slow. Kinerjanya LSIP hingga tahun berjalan (year to date/ytd) masih minus 14,4%. Saham yang dimiliki grup Indofood tersebut hingga penutupan sesi I hari ini turun 0,48% pada harga Rp 416/unit saham. Kinerjanya hingga tahun berjalan (year to date/ytd) masih minus 9,57%.
Saham SIMP mengarah kepada tren penurunan (downtrend) yang terlihat dari puncak-puncak grafik yang semakin menurun (lower low).
Pelemahannya berpotensi tertahan ketika mendekati level Rp 400/saham. Jika terjadi pelemahan lebih lanjut, level penahan penurunan selanjutnya (support) berada di harga Rp 380/saham.
Belum terdapat tanda-tanda saham tersebut berbalik ke arah menguat, mengingat saham tersebut bergerak pada area netral jika mengacu pada indikator teknikal stochastic slow. Saham berkode SSMS yang dimiliki grup citra borneo tersebut turun 0,92% pada level harga Rp 1.080/unit saham. Kinerjanya hingga tahun berjalan (year to date/ytd) masih minus 13,6%.
Sama dengan ketiga saham berbasis sawit lainnya, SSMS mengarah kepada tren penurunan (downtrend) yang terlihat dari puncak-puncak grafik yang menurun (lower low).
Pelemahannya berpotensi tertahan ketika mendekati level Rp 1.025/saham sebagai level penahan penurunannya (support). Ruang penghalang penguatannya (resistance) masih cukup jauh, yakni di level Rp 1.200/saham.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Senyum Bos CPO Kembali Lebar, Ada yang Bangkit Dari Kubur
Jika dilihat dari awal tahun, harga CPO di bursa Malaysia Derivatives Exchange tercatat masih menguat 2,07%. Pada pukul 11:30 WIB, harga CPO kontrak pengiriman Juni di bursa Malaysia melemah 0,23% ke posisi MYR 2.165/ton, Kamis (25/4/2019).
Mengacu pada data Bursa Efek Indonesia (BEI) per Rabu kemarin, kinerja indeks sektor agrikultur masih terkoreksi 7,76% sejak awal tahun. Kinerja tersebut tentu saja sangat jauh dari pergerakan harga komoditas minyak sawit di kawasan global.
![]() |
Lalu, bagaimana dengan prospek saham-saham industri agri andalan Indonesia tersebut? Berikut prospek dari saham-saham berbasis sawit yang cukup likuid di BEI secara teknikal: Hingga penutupan pasar Sesi I, saham berkode AALI anjlok 3,79% pada level harga Rp 10.775/unit saham. Penurunan saham anak usaha Astra tersebut berpotensi belum berakhir secara teknikal.
Indikator moving average convergence divergence/MACD yang menggambarkan arah pergerakan grafik, berada pada persilangan turun (dead cross). Tren saham AALI juga terlihat bergerak turun (downtrend) yang terlihat dari puncak-puncak grafik yang bergerak lebih rendah (lower low).
![]() |
Pelemahan AALI berpotensi tertahan ketika mendekati level Rp 10.400/saham. Level tersebut merupakan level penahan penurunannya (support) yang terdekat.
Potensi penguatan tersebut berpotensi terjadi dalam waktu dekat, mengingat saham yang telah dijual ke publik tersebut sudah memasuki fase jenuh jualnya (oversold).
Jika melihat kinerjanya hingga tahun berjalan (year to date/ytd), kinerja saham tersebut juga sudah terdepresiasi cukup dalam sebesar 8,88%. Hingga penutupan Sesi I, saham berkode LSIP tidak mengalami perubahan harga pada level Rp 1.070/unit saham. Perusahaan yang sebagian besar sahamnya dimiliki PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) tersebut berpotensi masih berpotensi melemah secara teknikal menguji level Rp 1.000/saham.
Indikator moving average convergence divergence/MACD pada grafik mengarah pada persilangan turun (dead cross). Tren turun tersebut juga terlihat dari puncak-puncak grafik yang bergerak lebih rendah (lower low).
![]() |
Potensi pelemahannya masih terbuka, mengingat saham tersebut belum memasuki fase jenuh jualnya (oversold). Mengacu pada indikator teknikal stochastik slow. Kinerjanya LSIP hingga tahun berjalan (year to date/ytd) masih minus 14,4%. Saham yang dimiliki grup Indofood tersebut hingga penutupan sesi I hari ini turun 0,48% pada harga Rp 416/unit saham. Kinerjanya hingga tahun berjalan (year to date/ytd) masih minus 9,57%.
![]() |
Pelemahannya berpotensi tertahan ketika mendekati level Rp 400/saham. Jika terjadi pelemahan lebih lanjut, level penahan penurunan selanjutnya (support) berada di harga Rp 380/saham.
Belum terdapat tanda-tanda saham tersebut berbalik ke arah menguat, mengingat saham tersebut bergerak pada area netral jika mengacu pada indikator teknikal stochastic slow. Saham berkode SSMS yang dimiliki grup citra borneo tersebut turun 0,92% pada level harga Rp 1.080/unit saham. Kinerjanya hingga tahun berjalan (year to date/ytd) masih minus 13,6%.
![]() |
Pelemahannya berpotensi tertahan ketika mendekati level Rp 1.025/saham sebagai level penahan penurunannya (support). Ruang penghalang penguatannya (resistance) masih cukup jauh, yakni di level Rp 1.200/saham.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Senyum Bos CPO Kembali Lebar, Ada yang Bangkit Dari Kubur
Most Popular