
Pasokan Diprediksi Tetap Stabil, Harga Minyak Balik Melemah
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
24 April 2019 08:52

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak balik melemah pada perdagangan Rabu (24/4/2019) pagi ini. Tampaknya pelaku pasar sudah mulai menyadari bahwa pasokan tidak akan berkurang sangat signifikan.
Pada pukul 08:30 WIB, harga minyak Brent kontrak pengiriman Juni melemah 0,48% ke posisi US$ 65,98/barel. Sedangkan light sweet WTI) kontrak Juni juga turun 0,47% ke level US$ 74,16/barel.
Setelah Amerika Serikat (AS) mengumumkan pencabutan keringanan sanksi atas Iran pada hari Senin (22/4/2019), harga minyak langsung meroket. Karena dengan berakhirnya keringanan, semua negara yang memiliki hubungan dengan AS dilarang untuk membeli minyak dari Iran.
Alhasil selama dua hari perdagangan saja (22-23/4/2019) harga Brent dan WTI melesat masing-masing sebesar 3,53% dan 3,59%.
Namun kini pelaku pasar mulai yakin pasokan tak akan berkurang drastis dalam jangka panjang.
Beberapa analis meyakini bahwa China tidak akan begitu saja patuh terhadap tindakan yang diambil oleh AS. Sampai saat ini China juga masih menjadi importir minyak Iran yang terbesar, dengan total volume mencapai 585,4 ribu barel/hari di tahun 2018.
"Sebagian besar pelaku pasar yakin bahwa China akan terus membeli minyak Iran, bahkan membeli lebih banyak," kata Bjarne Schieldrop, strategist komoditas SEB, seperti yang dilansir dari Reuters, Selasa (23/4/2019).
Kementerian Luar Negeri China telah menyatakan keluhannya terhadap pencabutan keringanan sanksi Iran yang sudah diumumkan oleh pemerintahan Presiden Donald Trump. Membuat hubungan Negeri Tirai Bambu dengan AS yang sudah runyam semakin rumit.
"Keputuran AS akan memberi pengaruh terhadap gonjang-ganjing di Timur Tengah dan juga di pasar energi internasional. Kami mendesak AS untuk lebih bertanggung jawab dan memainkan peran yang konstruktif," ujar Geng Shuang, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, mengutip Reuters, Selasa (23/4/2019).
Menyikapi perubahan kondisi pasar, Arab Saudi sudah mengeluarkan sinyal-sinyal peningkatan produksi. Melalui Menteri Energi, Khalid al-Falih, Arab Saudi mengatakan akan berkoordinasi dengan negara produsen minyak lain demi menjaga keseimbangan pasar.
"Arab Saudi akan berkoordinasi dengan produsen [minyak] lainnya untuk memastikan konsumen mendapatkan pasokan yang cukup, serta memastikan pasar minyak global tidak kehilangan keseimbangan," ujar al-Falih, Senin (22/4/2019).
Bila produksi minyak Arab Saudi, atau bahkan sekutunya yang lain meningkatkan produksi, maka pasokan minyak Iran yang hilang dapat tergantikan. Alhasil tak pasokan bisa terjaga. Harga minyak pun harus rela terkoreksi.
"Arab Saudi memiliki kapabilitas untuk meningkatkan pasokan [minyak] global," ujar Schieldrop.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/hps) Next Article Sepekan Melejit 5% Lebih, Harga Minyak Dunia kini Terpeleset
Pada pukul 08:30 WIB, harga minyak Brent kontrak pengiriman Juni melemah 0,48% ke posisi US$ 65,98/barel. Sedangkan light sweet WTI) kontrak Juni juga turun 0,47% ke level US$ 74,16/barel.
Setelah Amerika Serikat (AS) mengumumkan pencabutan keringanan sanksi atas Iran pada hari Senin (22/4/2019), harga minyak langsung meroket. Karena dengan berakhirnya keringanan, semua negara yang memiliki hubungan dengan AS dilarang untuk membeli minyak dari Iran.
Namun kini pelaku pasar mulai yakin pasokan tak akan berkurang drastis dalam jangka panjang.
Beberapa analis meyakini bahwa China tidak akan begitu saja patuh terhadap tindakan yang diambil oleh AS. Sampai saat ini China juga masih menjadi importir minyak Iran yang terbesar, dengan total volume mencapai 585,4 ribu barel/hari di tahun 2018.
"Sebagian besar pelaku pasar yakin bahwa China akan terus membeli minyak Iran, bahkan membeli lebih banyak," kata Bjarne Schieldrop, strategist komoditas SEB, seperti yang dilansir dari Reuters, Selasa (23/4/2019).
Kementerian Luar Negeri China telah menyatakan keluhannya terhadap pencabutan keringanan sanksi Iran yang sudah diumumkan oleh pemerintahan Presiden Donald Trump. Membuat hubungan Negeri Tirai Bambu dengan AS yang sudah runyam semakin rumit.
"Keputuran AS akan memberi pengaruh terhadap gonjang-ganjing di Timur Tengah dan juga di pasar energi internasional. Kami mendesak AS untuk lebih bertanggung jawab dan memainkan peran yang konstruktif," ujar Geng Shuang, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, mengutip Reuters, Selasa (23/4/2019).
Menyikapi perubahan kondisi pasar, Arab Saudi sudah mengeluarkan sinyal-sinyal peningkatan produksi. Melalui Menteri Energi, Khalid al-Falih, Arab Saudi mengatakan akan berkoordinasi dengan negara produsen minyak lain demi menjaga keseimbangan pasar.
"Arab Saudi akan berkoordinasi dengan produsen [minyak] lainnya untuk memastikan konsumen mendapatkan pasokan yang cukup, serta memastikan pasar minyak global tidak kehilangan keseimbangan," ujar al-Falih, Senin (22/4/2019).
Bila produksi minyak Arab Saudi, atau bahkan sekutunya yang lain meningkatkan produksi, maka pasokan minyak Iran yang hilang dapat tergantikan. Alhasil tak pasokan bisa terjaga. Harga minyak pun harus rela terkoreksi.
"Arab Saudi memiliki kapabilitas untuk meningkatkan pasokan [minyak] global," ujar Schieldrop.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/hps) Next Article Sepekan Melejit 5% Lebih, Harga Minyak Dunia kini Terpeleset
Most Popular