
Dolar Kembali Perkasa, Euro Jeblok ke Level Terendah 2 Pekan
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
23 April 2019 20:36

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) menunjukkan keperkasaannya di awal perdagangan sesi AS, Selasa (23/4/19). Sedangkan euro menjadi mata uang uang paling terpukul.
Pada pukul 20:00 WIB indeks dolar berada di kisaran 97,54 atau menguat 0,27%. Indeks yang dibentuk dari enam mata uang ini dijadikan tolak ukur kekuatan dolar.
Euro menjadi kontributor terbesar bag indeks dolar yakni 57,6%, disusul poundsterling 11,9%. Mata uang lainnya yang membentuk indeks dolar yakni yen (13,6%), dolar Kanada (9,1%), krona Swedia (4,2%) dan franc Swiss (3,6%).
Dolar AS mendapat momentum penguatan setelah Federal Reserve/The Fed memprediksi pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) kuartal I 2019 yang diprediksi sebesar 2,8%. Persentase tersebut lebih tinggi dari prediksi di Forex Factory sebesar 2,2%.
Prediksi dari Bank Sentral AS tersebut menunjukkan negara dengan perekonomian nomor satu di dunia ini masih kuat. Prediksi tersebut ditunjang juga dengan data-data yang apik pada pekan lalu.
Penjualan ritel di AS dilaporkan melonjak di bulan Maret. Data yang dirilis pekan lalu oleh Departemen Perdagangan AS menunjukkan data penjualan ritel sebesar 1,6% dari bulan sebelumnya yang turun 0,2%. Kenaikan di bulan Maret tersebut menjadi yang terbesar sejak September 2017.
Sementara penjualan ritel inti, yang tidak memasukkan sektor otomotif dalam perhitungan, dilaporkan naik 1,2% setelah mengalami penurunan 0,2% di bulan Februari.
Di sisi lain, lawan-lawan dolar sedang mengalami tekanan. Lawan terberat, euro, kembali diterpa isu pelambatan ekonomi setelah rilis data aktivitas bisnis sektor manufaktur dan jasa yang mengecewakan. Hal itu membuat mata uang 19 negara ini anjlok ke level US$ 1,1216, atau yang terendah dalam dua pekan terakhir.
Poundsterling sedang limbung akibat kemungkinan adanya pemakzulan Perdana Menteri Inggris, Theresa May. Para elite Partai Konservatif, yang ketuanya adalah Theresa May sendiri, dikabarkan akan mendesak sang pimpinan untuk mengundurkan diri.
Dari Jepang, yen juga sedang tidak dalam kondisi yang bagus setelah banyak ekonom yang memprediksi Bank of Japan (BOJ) akan melonggarkan kebijakan moneter. Bahkan tiga dari sekian banyak ekonom tersebut memprediksi pelonggaran atau stimulus moneter akan dilakukan pada Kamis (25/4/19) nanti.
Background di atas akan membuat dolar berjaya hingga perdagangan Selasa berakhir, asalkan tidak ada perubahan fundamental terbaru.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Data Ekonomi Variatif, Dolar AS Masih Unggul di Pembukaan
Pada pukul 20:00 WIB indeks dolar berada di kisaran 97,54 atau menguat 0,27%. Indeks yang dibentuk dari enam mata uang ini dijadikan tolak ukur kekuatan dolar.
Euro menjadi kontributor terbesar bag indeks dolar yakni 57,6%, disusul poundsterling 11,9%. Mata uang lainnya yang membentuk indeks dolar yakni yen (13,6%), dolar Kanada (9,1%), krona Swedia (4,2%) dan franc Swiss (3,6%).
Prediksi dari Bank Sentral AS tersebut menunjukkan negara dengan perekonomian nomor satu di dunia ini masih kuat. Prediksi tersebut ditunjang juga dengan data-data yang apik pada pekan lalu.
Penjualan ritel di AS dilaporkan melonjak di bulan Maret. Data yang dirilis pekan lalu oleh Departemen Perdagangan AS menunjukkan data penjualan ritel sebesar 1,6% dari bulan sebelumnya yang turun 0,2%. Kenaikan di bulan Maret tersebut menjadi yang terbesar sejak September 2017.
Sementara penjualan ritel inti, yang tidak memasukkan sektor otomotif dalam perhitungan, dilaporkan naik 1,2% setelah mengalami penurunan 0,2% di bulan Februari.
Di sisi lain, lawan-lawan dolar sedang mengalami tekanan. Lawan terberat, euro, kembali diterpa isu pelambatan ekonomi setelah rilis data aktivitas bisnis sektor manufaktur dan jasa yang mengecewakan. Hal itu membuat mata uang 19 negara ini anjlok ke level US$ 1,1216, atau yang terendah dalam dua pekan terakhir.
Poundsterling sedang limbung akibat kemungkinan adanya pemakzulan Perdana Menteri Inggris, Theresa May. Para elite Partai Konservatif, yang ketuanya adalah Theresa May sendiri, dikabarkan akan mendesak sang pimpinan untuk mengundurkan diri.
Dari Jepang, yen juga sedang tidak dalam kondisi yang bagus setelah banyak ekonom yang memprediksi Bank of Japan (BOJ) akan melonggarkan kebijakan moneter. Bahkan tiga dari sekian banyak ekonom tersebut memprediksi pelonggaran atau stimulus moneter akan dilakukan pada Kamis (25/4/19) nanti.
Background di atas akan membuat dolar berjaya hingga perdagangan Selasa berakhir, asalkan tidak ada perubahan fundamental terbaru.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Data Ekonomi Variatif, Dolar AS Masih Unggul di Pembukaan
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular