Lesu di Kurs Tengah BI, Rupiah Terlemah Kedua Asia di Spot

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
23 April 2019 10:26
Lesu di Kurs Tengah BI, Rupiah Terlemah Kedua Asia di Spot
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Sementara di pasar spot, rupiah pun sulit menghadapi keperkasaan dolar AS. 

Pada Selasa (23/4/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.080. Rupiah melemah 0,17% dibandingkan posisi sehari sebelumnya. 

Pelemahan ini membuat rupiah terdepresiasi selama 2 hari beruntun. Dalam 2 hari ini, rupiah melemah 0,46%. 

 

Nasib rupiah di perdagangan pasar spot pun sama saja. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.080. Rupiah melemah 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Seiring perjalanan pasar, depresiasi rupiah agak menipis. Pada pukul 10:14 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.075 di mana rupiah melemah 0,04%. 

Kala pembukaan pasar spot, rupiah sempat menguat 0,07%. Namun sejurus kemudian rupiah langsung melemah, dan kemudian beranjak naik ke zona netral alias stagnan.  
Kini, rupiah kembali ke zona merah. Galau sekali ya... 


Pelemahan yang tipis ini membuat rupiah masih berpeluang kembali menguat. Apalagi kini sebagian besar mata uang utama Asia mampu menguat di hadapan dolar AS. 

Namun karena sebagian besar mata uang Asia menguat, pelemahan rupiah yang cuma 0,04% membuat mata uang Tanah Air menjadi yang terlemah kedua. Rupiah hanya lebih baik dibandingkan rupee India.

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 10:14 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Dolar AS memang masih menguat di level global. Pada pukul 10:17 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) menguat 0,03%. 

Namun, penguatan dolar AS menipis. Penyebabnya adalah rilis data harga rumah bukan baru di Negeri Paman Sam yang pada Maret tumbuh 4,9% year-on-year (YoY). Melambat dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya yaitu 5,21%. 

The Federal Reserve/The Fed dalam proyeksi GDPNow memperkirakan pertumbuhan investasi residensial di AS pada kuartal I-2019 adalah 3,5%. Melambat dari perkiraan sebelumnya yaitu 4%. 

Rilis ini membuat laju dolar AS agak tertahan. Akibatnya, beberapa mata uang utama Asia berhasil menyalip di tikungan. 

Namun langkah rupiah agak berat karena terbeban harga minyak. Pada pukul 10:17 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet masih naik masing-masing 0,08% dan 1,39%. 

Bagi rupiah, kenaikan harga minyak berpotensi menjadi musibah. Pasalnya, Indonesia adalah negara net importir minyak yang mau tidak mau harus mengimpor demi memenuhi kebutuhan dalam negeri. 

Ketika harga minyak melonjak, maka biaya importasi komoditas ini pun ikut membengkak. Akibatnya, tekanan di transaksi berjalan (current account) akan semakin berat dan rupiah kian kekurangan modal untuk menguat.    



TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular