Masih Pagi, Nilai Tukar Euro Kok Turun Lagi?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
23 April 2019 09:39
Namun Selasa (23/4/19) hari ini semua pasar kembali dibuka termasuk pasar Eropa, membuat euro kembali tertekan.
Foto: Mata Uang Euro. (REUTERS/Thomas Hodel)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang euro berhasil menguat pada perdagangan Senin (22/4/19) kemarin, disaat banyak pasar yang masih libur perayaan Paskah. Namun Selasa (23/4/19) hari ini semua pasar kembali dibuka termasuk pasar Eropa, membuat euro kembali tertekan.

Pada pukul 8:36 WIB, euro diperdagangkan di kisaran US$ 1,1250 dibandingkan penutupan Senin di level US$ 1,1256. Bahkan lebih pagi tadi euro sempat ke level US$ 1,1244 hampir membalikkan seluruh penguatan di awal pekan kemarin.

Euro saat ini sedang dibayangi sentimen negatif dari pelambatan ekonomi di Eropa. Data aktivitas bisnis yang dirilis bulan ini menjadi tanda-tanda pelambatan yang semakin nyata. Padahal sentimen pebisnis terhadap kondisi ekonomi di Benua Biru sudah kembali optimis, namun data-data tersebut menunjukkan hal yang berbeda.

Survei aktivitas bisnis (sektor manufaktur dan jasa) yang dilakukan oleh ISH Markit di bulan ini menunjukkan sektor manufaktur masih mengalami kontraksi, sementara ekspansi di sektor jasa mengalami pelambatan.

Markit mengukur data itu dengan melakukan survei aktivitas manajer pembelian yang disebut purchasing managers index (PMI).

Indeks PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Jika angka dirilis di bawah 50 menunjukkan kontraksi atau memburuknya aktivitas bisnis. Sementara di atas 50 menunjukkan peningkatan aktivitas atau ekspansi.



Grafik di atas menunjukkan kontraksi sektor manufaktur yang dialami Jerman dan Prancis sebagai motor utama penggerak ekonomi di Eropa. Kontraksi di kedua negara tersebut merembet ke negara-negara Zona Euro lainnya, yang menunjukkam aktivitas manufaktur PMI sebesar 47,8.

 

Grafik sektor jasa di atas menunjukkan Prancis kembali berekspansi di bulan April (50,5) dan Jerman juga mengalami peningkatan ekspansi menjadi 55,6. Namun justru dilihat Zona Euro secara keseluruhan ekspansi melambat cukup tajam menjadi 52,5 dari sebelumnya 53,3.

Dua data ini memberikan pukulan telak bagi euro, terbukti pasca rilis data tersebut pada hari Kamis (18/4/19) mata uang 19 negara ini anjlok sekitar 0,6%. Bahkan masih menjadi sentimen negatif hingga hari ini.
(pap/hps) Next Article China Tunda Kenaikan Tarif Otomotif AS, Euro Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular