
Selepas Anjlok 1,42%, Hari Ini IHSG Bangkit
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
23 April 2019 10:19

Koreksi IHSG yang sudah kelewat dalam nampak menjadi faktor yang memantik aksi beli pada hari ini. Dalam 2 hari perdagangan pertama selepas pilpres tahun ini (18 & 22 April), IHSG justru anjlok hingga 1,03%. Padahal dalam 2 hari perdagangan pertama selepas pilpres tahun 2014, IHSG membukukan penguatan sebesar 0,16%.
Dalam perdagangan pertama setelah pilpres, sejatinya IHSG membukukan penguatan sebesar 0,4%. Namun, pada perdagangan kemarin IHSG anjlok hingga 1,42%, membuat imbal hasil dalam 2 hari perdagangan pertama selepas pilpres menjadi negatif.
Jika berkaca kepada sejarah, IHSG selalu memberikan imbal hasil yang menggiurkan di tahun pemilu, dengan catatan bahwa hasil pemilihan presiden sesuai dengan proyeksi dari mayoritas lembaga survei.
Pada tahun 2004, IHSG melejit hingga 44,6%. Kala itu, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Muhammad Jusuf Kalla memenangkan pertarungan melawan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi (putaran 2).
Pada tahun 2009, IHSG meroket hingga 87%. Pada pertarungan tahun 2009, SBY berhasil mempertahankan posisi RI-1, namun dengan wakil yang berbeda. Ia didampingi oleh Boediono yang sebelumnya menjabat Gubernur Bank Indonesia (BI). SBY-Boediono berhasil mengalahkan 2 pasangan calon yakni Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto dan Jusuf Kalla-Wiranto.
Beralih ke tahun 2014, mantan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo berhasil menempati tahta kepemimpinan tertinggi di Indonesia dengan menggandeng Jusuf Kalla sebagai wakilnya. Pada saat itu, IHSG melejit 22,3%.
Untuk pilpres edisi 2019, mayoritas lembaga survei memang menjagokan pasangan calon nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin, yang kini unggul di quick count yang diadakan sejumlah lembaga.
Lantas, investor memanfaatkan kinerja IHSG yang underperform dalam 2 hari perdagangan pertama selepas pilpres untuk melakukan akumulasi. Apalagi, sepanjang tahun ini (hingga penutupan perdagangan kemarin) IHSG baru membukukan penguatan sebesar 3,56%, menyisakan upside yang besar jika berkaca kepada tahun-tahun pemilu sebelumnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)
Dalam perdagangan pertama setelah pilpres, sejatinya IHSG membukukan penguatan sebesar 0,4%. Namun, pada perdagangan kemarin IHSG anjlok hingga 1,42%, membuat imbal hasil dalam 2 hari perdagangan pertama selepas pilpres menjadi negatif.
Jika berkaca kepada sejarah, IHSG selalu memberikan imbal hasil yang menggiurkan di tahun pemilu, dengan catatan bahwa hasil pemilihan presiden sesuai dengan proyeksi dari mayoritas lembaga survei.
Pada tahun 2009, IHSG meroket hingga 87%. Pada pertarungan tahun 2009, SBY berhasil mempertahankan posisi RI-1, namun dengan wakil yang berbeda. Ia didampingi oleh Boediono yang sebelumnya menjabat Gubernur Bank Indonesia (BI). SBY-Boediono berhasil mengalahkan 2 pasangan calon yakni Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto dan Jusuf Kalla-Wiranto.
Beralih ke tahun 2014, mantan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo berhasil menempati tahta kepemimpinan tertinggi di Indonesia dengan menggandeng Jusuf Kalla sebagai wakilnya. Pada saat itu, IHSG melejit 22,3%.
Untuk pilpres edisi 2019, mayoritas lembaga survei memang menjagokan pasangan calon nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin, yang kini unggul di quick count yang diadakan sejumlah lembaga.
Lantas, investor memanfaatkan kinerja IHSG yang underperform dalam 2 hari perdagangan pertama selepas pilpres untuk melakukan akumulasi. Apalagi, sepanjang tahun ini (hingga penutupan perdagangan kemarin) IHSG baru membukukan penguatan sebesar 3,56%, menyisakan upside yang besar jika berkaca kepada tahun-tahun pemilu sebelumnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)
Pages
Most Popular