
Waspadai Ekonomi Global, Straits Times Dibuka Melemah 0,12%
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
23 April 2019 08:38

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada pembukaan perdagangan hari ini, indeks Straits Times dibuka melemah 0,12% ke level 3.353,72.
Investor di Negeri Singa nampaknya terkena sentimen kewaspadaan atas antisipasi pekan rilis kinerja keuangan Wall Street dan kekhawatiran akan kebijakan ekonomi China ke depannya.
Dari 30 saham yang menghuni indeks acuan bursa saham Singapura tersebut, sebanyak 9 mencatatkan kenaikan harga, 14 saham melemah, dan 7 saham tidak mencatatkan perubahan harga.
Pekan ini bursa saham New York akan dibanjiri laporan keuangan emiten, sekitar kurang lebih 155 perusahaan yang terdaftar di S&P 500 akan merilis kinerja keuangan pekan ini. Belum lagi emiten yang terdaftar di Nasdaq composite dan Dow Jones.
Pengelola Butcher Joseph Asset Management Ken Polcari menyampaikan bahwa fokus investor akan terus terpaku pada pendapatan dan pesan yang tersirat di dalamnya. Jika ternyata hasil yang ditorehkan kurang cemerlang, tentunya pelaku pasar memilih mundur teratu, dilansir Reuters.
Selain itu, Negeri Panda juga dilaporkan akan melakukan perubahan struktural atau kebijakan ekonominya.
Kabar ini membawa kekhawatiran bahwa ada kemungkinan pemerintah secara perlahan akan mulai menghentikan stimulus ekonominya, mengingat pertumbuhan ekonomi China ternyata sudah cukup stabil.
Jika ternyata memang stimulus ekonomi (bantuan perbankan) dicabut, maka tidak menutup kemungkinan permintaan negara dengan penduduk terbesar di dunia ini akan turun. Ini tentunya juga akan mempengaruhi ekspor Singapura, karena China salah satu partner terbesar.
Terlebih lagi, pelaku pasar domestik juga sedang menunggu rilis data inflasi yang akan diumumkan siang nanti, pukul 12:00 WIB.
Rilis data inflasi akan menunjukkan apakah permintaan di pasar masih terus tumbuh atau malah lesu.
Pasalnya baru-baru ini, pertumbuhan ekspos non-migas Singapura pad Maret anjlok 1,7% year-on-year (YoY). Penurunan ekspor bulan lalu dipengaruhi oleh anjloknya pengiriman elektronik dan produk farmasi.
Untuk data inflasi bulan Maret, konsensus pasar memproyeksi bahwa tingkat inflasi akan tumbuh 0,6% secara tahunan, sedikit lebih baik dibandingkan pertumbuhan Februari yang tercatat tumbuh 0,5% YoY.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Wall Street Beri Angin Segar, Straits Times Bergerak Positif
Investor di Negeri Singa nampaknya terkena sentimen kewaspadaan atas antisipasi pekan rilis kinerja keuangan Wall Street dan kekhawatiran akan kebijakan ekonomi China ke depannya.
Dari 30 saham yang menghuni indeks acuan bursa saham Singapura tersebut, sebanyak 9 mencatatkan kenaikan harga, 14 saham melemah, dan 7 saham tidak mencatatkan perubahan harga.
Pengelola Butcher Joseph Asset Management Ken Polcari menyampaikan bahwa fokus investor akan terus terpaku pada pendapatan dan pesan yang tersirat di dalamnya. Jika ternyata hasil yang ditorehkan kurang cemerlang, tentunya pelaku pasar memilih mundur teratu, dilansir Reuters.
Selain itu, Negeri Panda juga dilaporkan akan melakukan perubahan struktural atau kebijakan ekonominya.
Kabar ini membawa kekhawatiran bahwa ada kemungkinan pemerintah secara perlahan akan mulai menghentikan stimulus ekonominya, mengingat pertumbuhan ekonomi China ternyata sudah cukup stabil.
Jika ternyata memang stimulus ekonomi (bantuan perbankan) dicabut, maka tidak menutup kemungkinan permintaan negara dengan penduduk terbesar di dunia ini akan turun. Ini tentunya juga akan mempengaruhi ekspor Singapura, karena China salah satu partner terbesar.
Terlebih lagi, pelaku pasar domestik juga sedang menunggu rilis data inflasi yang akan diumumkan siang nanti, pukul 12:00 WIB.
Rilis data inflasi akan menunjukkan apakah permintaan di pasar masih terus tumbuh atau malah lesu.
Pasalnya baru-baru ini, pertumbuhan ekspos non-migas Singapura pad Maret anjlok 1,7% year-on-year (YoY). Penurunan ekspor bulan lalu dipengaruhi oleh anjloknya pengiriman elektronik dan produk farmasi.
Untuk data inflasi bulan Maret, konsensus pasar memproyeksi bahwa tingkat inflasi akan tumbuh 0,6% secara tahunan, sedikit lebih baik dibandingkan pertumbuhan Februari yang tercatat tumbuh 0,5% YoY.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Wall Street Beri Angin Segar, Straits Times Bergerak Positif
Most Popular