
IHSG Anjlok 1,42%, Ini Sebab Musababnya
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
22 April 2019 16:50

Dari dalam negeri, Jokowi effect yang mendorong IHSG melesat hingga 1,58% pada pekan lalu terlihat sudah pudar pada hari ini.
Sejauh ini, hasil hitung cepat dari berbagai lembaga kompak memenangkan pasangan calon nomor urut 01 yakni Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Hasil hitung cepat dari Litbang Kompas misalnya, sudah menerima sebanyak 99,95% suara masuk dengan 54,4% suara jatuh ke pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
Lantas, bisa dibilang Jokowi menang besar pada tahun ini. Pada pilpres 2014, Jokowi ‘hanya’ mengalahkan Prabowo dengan marjin 53,15% berbanding 46,85%.
Bagi pasar saham, kemenangan Joko Widodo- Ma’ruf Amin memang sebelumnya kami prediksi akan menjadi berkah. Pasalnya jika berkaca kepada sejarah, IHSG selalu memberikan imbal hasil yang menggiurkan di tahun pemilu, dengan catatan bahwa hasil pemilihan presiden sesuai dengan proyeksi dari mayoritas lembaga survei. Pada pemilihan presiden edisi 2019, mayoritas lembaga survei memang sebelumnya menjagokan Joko Widodo-Ma'ruf Amin sebagai pemenang.
Pada tahun 2004, IHSG melejit hingga 44,6%. Pada tahun 2009, IHSG meroket hingga 87%. Sementara pada tahun 2014 kala Jokowi terpilih untuk periode pertamanya sebagai presiden, IHSG melejit 22,3%.
Lebih lanjut, kemenangan Jokowi akan membuat arah perekonomian Indonesia menjadi lebih mudah untuk ditebak lantaran statusnya selaku petahana. Besar kemungkinan, pembangunan ekonomi berbasis infrastruktur yang selama ini dijagokan Jokowi akan kembali dilanjutkan hingga tahun 2024. Hal yang sama berlaku untuk upaya pengentasan kemiskinan seperti pemberian bantuan melalui Program Keluarga Harapan (PKH).
Kepastian terkait dengan arah perekonomian Indonesia membuat investor pede untuk menyasar pasar saham pada pekan lalu.
Namun kini, investor lebih memilih untuk merealisasikan keuntungan yang sudah diraup. (ank/ank)
Sejauh ini, hasil hitung cepat dari berbagai lembaga kompak memenangkan pasangan calon nomor urut 01 yakni Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Hasil hitung cepat dari Litbang Kompas misalnya, sudah menerima sebanyak 99,95% suara masuk dengan 54,4% suara jatuh ke pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
Lantas, bisa dibilang Jokowi menang besar pada tahun ini. Pada pilpres 2014, Jokowi ‘hanya’ mengalahkan Prabowo dengan marjin 53,15% berbanding 46,85%.
Pada tahun 2004, IHSG melejit hingga 44,6%. Pada tahun 2009, IHSG meroket hingga 87%. Sementara pada tahun 2014 kala Jokowi terpilih untuk periode pertamanya sebagai presiden, IHSG melejit 22,3%.
Lebih lanjut, kemenangan Jokowi akan membuat arah perekonomian Indonesia menjadi lebih mudah untuk ditebak lantaran statusnya selaku petahana. Besar kemungkinan, pembangunan ekonomi berbasis infrastruktur yang selama ini dijagokan Jokowi akan kembali dilanjutkan hingga tahun 2024. Hal yang sama berlaku untuk upaya pengentasan kemiskinan seperti pemberian bantuan melalui Program Keluarga Harapan (PKH).
Kepastian terkait dengan arah perekonomian Indonesia membuat investor pede untuk menyasar pasar saham pada pekan lalu.
Namun kini, investor lebih memilih untuk merealisasikan keuntungan yang sudah diraup. (ank/ank)
Next Page
Rupiah Loyo, Investor Kabur
Pages
Most Popular