Jokowi Effect Mulai Mereda, Apa Sentimen Terkuat Pekan Depan?

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
21 April 2019 12:47
Jokowi Effect Mulai Mereda, Apa Sentimen Terkuat Pekan Depan?
Foto: Joko Widodo bersama tim TKN di Resto Pelataran Menteng Jakarta Pusat, Kamis (18/4). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Selama 3 hari perdagangan sepanjang pekan lalu karena diselingi dua kali libur nasional saat Pilpres 17 April dan Jumat Agung 19 April, kondisi pasar saham Indonesia bisa dikatakan cemerlang.

Bagaimana tidak? Cukup 3 hari saja perdagangan, sudah mampu membawa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) lebih tinggi 1,58% ke level 6.507,22 pada penutupan perdagangan Kamis (18/4/2019).

Level IHSG tersebut tidak lepas dari adanya optimisme pelaku pasar akan kondisi perekonomian Indonesia ke depan. Indikasi kemenangan pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin) versi hasil hitung cepat, atas pesaingnya Prabowo-Sandiaga, seakan menghapus potensi ketidakpastian dalam 5 tahun mendatang.

Maklum, kalau presiden tetap dijabatpetahana (Jokowi), maka arah kebijakan negara juga kemungkinan besar tak akan banyak berubah. Dengan begitu pasar keuangan dalam negeri masih berpotensi menyerap modal asing lebih banyak.

"Kami pikir terpilihnya kembali Jokowi sebagai Presiden Indonesia akan memicu lebih banyak arus modal asing masuk ke pasar saham Indonesia," kata Hariyanto Wijaya, Analis Senior PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, dalam Strategy Focus yang dirilis, Kamis (18/04/2019).

Namun akankah sentimen tersebut tetap berlanjut pada perdagangan pekan depan?

Kalaupun masih ada, Jokowi Effect kemungkinan besar tak akan sebesar pada pekan ini. Pasalnya energi pendorong dari indikasi kemenangan Jokowi sudah dikeluarkan pada Kamis (18/4/2019). Euforia sudah meledak, dan sekarang kembali ke realita dunia nyata.

Sejumlah faktor eksternal berpotensi menggerakkan IHSG pekan depan.

BERLANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA>>
Bursa saham utama Amerika Serikat (AS) Wall Street masih akan melanjutkan musim rilis laporan keuangan kuartal I-2019.

Emiten-emiten raksasa yang akan merilis laporan keuangan minggu depan di antaranya Microsoft, Amazon, Boeing, ExxonMobil, dan beberapa yang lainnya.

Rilis laporan keuangan adalah satu sentimen yang sangat dinanti oleh para pelaku pasar. Selain dapat mengetahui kinerja dari perusahaan, laporan keuangan (terutama emiten-emiten di bursa Wall Street) juga dapat mencerminkan kondisi perekonomian AS secara keseluruhan. 

Sejauh ini, 74% dari emiten yang telah merilis laporan keuangan terbukti mampu mengalahkan ekspektasi pelaku pasar, berdasarkan data dari Refinitiv.

Jika kabar baik dari laporan keuangan terus berlanjut, artinya ekonomi Negeri Adidaya masih cukup sehat. Tidak seburuk apa yang selama ini dibayangkan.

Mengingat AS merupakan negara dengan perekonomian terbesar di bumi, maka cipratannya pun akan dirasakan seluruh dunia. Investor berpeluang agresif berinvestasi pada pasar keuangan Asia, termasuk Indonesia.

Di samping itu, investor juga menantikan rilis data estimasi (Advance) pertumbuhan ekonomi AS kuartal I-2019 yang akan dibacakan pada Jumat (26/4/2019), yang diprediksi akan berada di level 1,8% berdasarkan polling yang dihimpun oleh Reuters.

Bila ternyata ekonomi AS mampu tumbuh di atas perkiraan, maka akan semakin membulatkan tekad investor untuk menyelam semakin dalam di pasar keuangan, termasuk pasar saham.

Apalagi sebelumnya China sudah lebih dulu mengumumkan pertumbuhan ekonomi kuartal I-2019 yang sebesar 6,4%, mengalahkan prediksi konsensus yang hanya 6,3%.

BERLANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA>>
Selain itu pelaku pasar juga patut untuk mengikuti perkembangan dari jalan panjang damai dagang AS-China.

Setelah dialog tatap muka terakhir antara Wakil Perdana Menteri China, Liu He dan perwakilan dagang AS, Robert Lighthizer, kedua negara masih aktif bernegosiasi. Meskipun dari jarak jauh.

Tapi sejauh ini auranya masih positif. Pada Kamis lalu, juru bicara Kementerian Perdagangan China, Gao Feng mengatakan ada progres baru pada negosiasi kedua negara. Meskipun belakangan dirinya mengatakan masih ada hal yang perlu dikerjakan.

Kini pelaku pasar masih menantikan pengumuman pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping.

Kabar pertemuan kedua kepala negara sebenarnya sudah digaungkan sejak lama, namun belum ada tanggal pasti kapan akan dilangsungkan. Resor pribadi Trump, Mar-A-Lago di Florida sempat dikabarkan akan menjadi tempat pertemuan tersebut.

Bila ada kemajuan baru yang diumumkan pekan depan, maka pelaku pasar kemungkinan akan bersuka cita. Jelas saja.

Hubungan dagang dua raksasa ekonomi dunia adalah hal yang telah dinanti sejak lama. Sebab dapat memperlancar aliran rantai pasokan seluruh dunia.

Ekonomi global yang telah terlihat melambat selama ini bisa kembali melaju kencang. Alhasil risiko investasi pun berkurang.

Akan tetapi tak semuanya indah. Satu risiko bisa hilang, yang lain datang. Potensi perang dagang baru antara AS-Eropa makin meruncing.

Kamis pekan lalu, Uni Eropa merilis daftar produk AS senilai US$ 20 miliar yang berpotensi dikenakan bea impor. Produk-produk AS yang bisa terkena bea masuk di antaranya adalah pesawat terbang, helikopter, produk kimia, ikan beku, jeruk sitrus, saus sambal, tembakau, koper, traktor, hingga konsol video game

Aksi tersebut merupakan respons atas tindakan serupa yang dilakukan oleh Negeri Paman Sam. Sebelumnya AS telah berencana memberlakukan bea impor pada produk Uni Eropa senilai US$ 11 miliar.

Potensi perang dagang tersebut muncul setelah Trump menuding Uni Eropa atas dugaan pemberian subsidi yang melebihi batas kepada perusahaan produsen pesawat, Airbus. Dirinya menilai subsidi tersebut merupakan praktik persaingan tidak sehat.

Simak Sentimen yang Pengaruhi Pasar Pekan DepanFoto: Presiden AS Donald Trump berbicara dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He di Kantor Oval Gedung Putih di Washington, AS, 4 April 2019. REUTERS / Jonathan Ernst

"Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) menemukan bahwa Uni Eropa memberikan subsidi kepada Airbus yang kemudian mempengaruhi AS. Kami akan menerapkan bea masuk kepada (impor) produk Uni Eropa senilai US$ 11 miliar. Uni Eropa sudah mengambil keuntungan dari perdagangan dengan AS selama bertahun-tahun. Ini akan segera berakhir!” tulis trump melalui akun Twitter pribadinya, Selasa (9/4/2019).

Bila pekan depan hubungan AS-Eropa makin panas, maka gairah investor untuk masuk ke pasar akan terhambat.

Terlebih Uni Eropa merupakan salah satu kekuatan terbesar ekonomi dunia. Bila sampai benar perang dagang antara keduanya pecah, ekonomi AS bisa-bisa makin terpuruk.

BERLANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA>>
 
Sejumlah rilis data ekonomi dunia juga patut menjadi perhatian. Berikut adalah peristiwa yang akan terjadi pekan depan:

22 April 2019
  • Rilis data penjualan rumah bukan baru Amerika Serikat (AS) periode Maret (22:00 WIB)
23 April 2019
  • Rilis data penjualan rumah baru AS periode Maret (21:00 WIB)
  • Rilis Indeks Keyakinan Konsumen Zona Euro periode April (21:00 WIB)
24 April 2019
  • Rilis Indeks Iklim Bisnis IFO Jerman periode April (15:30 WIB)
25 April 2019
  • Rilis suku bunga acuan Jepang (tentatif)
  • Rilis suku bunga acuan 7 Day Reverse Repo Rate Indonesia (tentatif)
  • Rilis data pemesanan barang tahan lama AS periode Maret (19:30 WIB)
  • Rilis data klaim tunjangan pengangguran AS untuk minggu yang berakhir pada 20 April (19:30 WIB)
26 April 2019
  • Rilis data tingkat inflasi Kota Tokyo periode April (06:30 WIB)
  • Rilis data tingkat pengangguran jepang periode Maret (06:30 WIB)
  • Rilis data output industrial Jepang periode Maret (06:50 WIB)
  • Rilis data penjualan ritel Jepang periode Maret (06:50 WIB)
  • Rilis data estimasi (Advance) pertumbuhan ekonomi AS kuartal I-2019 (19:30 WIB)
  • Rilis indeks sentimen konsumen AS periode April versi Universitas Michigan (21:00 WIB)
TIM RISET CNBC INDONESIA

(taa/tas) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular