Pasokan Makin Seret, Harga Minyak Melesat dalam Seminggu

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
19 April 2019 20:44
Pasokan Makin Seret, Harga Minyak Melesat dalam Seminggu
Jakarta, CNBC Indonesia - Pada penutupan perdagangan Kamis (18/4/2019) kemarin, harga minyak mentah dunia ditutup menguat.

Harga minyak jenis Brent kontrak pengiriman Juni naik 0,49% ke posisi SU$ 71,97/barel, sedangkan jenis light sweet (WTI) menguat 0,38% ke level US$ 64/barel. Selama sepekan, harga Brent dan WTI telah naik masing-masing sebesar 1,61% dan 0,66% secara point-to-point.

Adapun pasar minyak berjangka global pada hari Jumat (19/4/2019) ini tutup karena adanya libur Jumat Agung.




Salah satu penyebab peningkatan harga minyak kemarin adalah volume ekspor Arab Saudi periode Februari yang ternyata telah terpangkas 277 ribu barel menjadi tak lebih dari 7 juta barel/hari.

Data yang diungkapkan oleh Joint Organizations Data Initiative (JODI) tersebut sontak membuat pelaku pasar bersorak. Pasalnya ini membuktikan pasokan global yang semakin ketat.

Senada, jumlah fasilitas pengeboran (rig) minyak aktif di Amerika Serikat (AS) untuk minggu yang berakhir pada 18 April juga berkurang 8 unit, menurut perusahaan energi Baker Huges.

Jumlah rig aktif merupakan salah satu indikator penting untuk memprediksi produksi minyak AS ke depan. Bila jumlahnya berkurang, maka kemungkinan besar pasokan minyak AS tak akan melonjak dalam waktu dekat. Kekhawatiran banjir pasokan dari AS bisa sedikit dilupakan.

Sejauh ini harga minyak memang sudah terlihat merespon kebijakan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya yang memangkas pasokan hingga 1,2 juta barel/hari.

Ditambah lagi adanya sanksi AS terdahap Iran, yang semakin memperketat pasokan dari Negeri Persia. Adanya sanksi membuat negara mitra AS yang biasanya membeli minyak dari Iran tak dapat lagi melakukannya. Jika masih dilakukan, siap-siap kena sanksi dari Negeri Adidaya.

Otomatis pasokan minyak Iran akan sulit dilepas ke pasar. Reuters melaporkan ekspor minyak Iran pada bulan April kurang dari 1 juta barel/hari dan merupakan yang paling rendah di tahun ini.

Sejak awal tahun 2019 , harga Brent telah melesat sebesar 33,77%. Sedangkan WTI lebih tinggi lagi, yaitu 40,94%.

Sentimen dari sisi permintaan juga mendukung. Inventori bensin AS di minggu yang berakhir pada 12 April turun sebesar 1,2 juta barel, dikuti inventori minyak mentah juga ikut terkuras 1,4 juta barel.

Sinyal tersebut dibaca sebagai permintaan bahan bakar minyak (BBM) yang masih tetap sehat. Bayang-bayang penurunan permintaan akibat perlambatan ekonomi global perlahan mulai surut dari benak pelaku pasar.

"Saya pikir sudah jelas terlihat bahwa pasokan yang ketat dan permintaan yang sehat telah mengangkat harga minyak ke posisi tertinggi dalam lima bulan," ujar Gene McGillian, peneliti Tradition Energy, mengutip Reuters.

Tentu saja kombinasi pasokan yang ketat dengan permintaan yang sehat membuat keseimbangan fundamental (pasokan-permintaan) makin kurus. Mau tak mau harga meningkat untuk menyeimbangkan.

Akan tetapi pelaku pasar masih mewaspadai peningkatan pasokan yang berpotensi terjadi mulai tengah tahun ini.

BERLANJUT KE HALAMAN 2
Sinyal-sinyal gairah produksi minyak Rusia sudah mulai tercium.

Seorang pejabat Gazprom Neft, yang merupakan perusahaan minyak Rusia memprediksi kesepakatan pemangkasan produksi minyak OPEC (OPEC dan sekutunya) akan berakhir pada tengah tahun 2019.
“Dalam proyeksi tahun ini, kami mengasumsikan kesepakatan [pemangkasan produksi minyak] akan efektif hingga tengah rahun. Dengan begitu, produksi minyak kami akan menigkat 1,5% dibanding tahun lalu,” ujar Vadim Yakovev, Deputi CEO GAzprom Neft, mengutip Reuters, Rabu (17/4/2019).
Masih dari sumber yang sama, Menteri Energi Rusia, Alexander Novak pun mengatakan bahwa produksi minyak Negeri Beruang Merah akan ditingkatkan apabila tidak ada kesepakatan baru dengan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) hingga tanggal 1 Juli 2019.

 “Tahun ini [2019] kami memperkirakan [produksi minyak] akan mirip dengan tahun lalu, mungkin sedikit lebih tinggi,” ujar Novak kepada reporter, Jumat (5/4/2019).

Bila benar Rusia, atau bahkan juga OPEC meningkatkan produksi minyak, maka akan jadi peristiwa yang bisa menghancurkan harga minyak.Pasalnya Rusia merupakan negara produsen minyak terbesar kedua di dunia. Bersaing ketat dengan AS dan Arab Saudi.

Pada bulan Maret, produksi minyak mentah Rusia mencapai 11,3 juta barel/hari.Apalagi produksi minyak di AS juga terpantau terus meningkat. Minggu lalu bahkan telah menyentuh 12,2 juta barel/hari, dan merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah Negeri Koboi.

Saat produksi balik meningkat, banjir pasokan adalah hal yang sulit untuk dihindari. Harga minyak berpeluang mengarah ke inti bumi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(taa/hps) Next Article Sepekan Melejit 5% Lebih, Harga Minyak Dunia kini Terpeleset

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular