Pemilu 2019

Jokowi Effect Jilid II Jadikan Rupiah Terbaik di Asia!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
18 April 2019 08:35
Jokowi Effect Jilid II Jadikan Rupiah Terbaik di Asia!
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot. Faktor eksternal dan domestik memang kondusif bagi rupiah di akhir pekan yang prematur ini. 

Pada Kamis (18/4/2019), US$ 1 dibanderol Rp 14.000 kala pembukaan pasar. Rupiah menguat 0,57% dibandingkan posisi penutupan perdagangan sebelum libur Pemilu. 

Kemarin, rupiah tidak diperdagangkan di pasar spot karena Indonesia libur untuk menggelar pesta demokrasi Pemilu 2019. Namun tanda-tanda penguatan rupiah hari ini sejatinya sudah terlihat sejak kemarin. 

Di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF), rupiah terus menguat di hadapan dolar AS. Bahkan sampai pagi tadi sinyal penguatan itu masih kuat, dan ternyata terbukti. 


Pagi ini, dolar AS bergerak variatif di Asia. Selain rupiah, mata uang yang menguat adalah yuan China, rupee India, yen Jepang, dan baht Thailand. 

Namun dengan penguatan 0,57%, rupiah berhasil menjadi mata uang terbaik di Asia. Ya, dalam hal menguat terhadap dolar AS, tidak ada mata uang Benua Kuning yang sebaik rupiah. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 08:12 WIB:




(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Rupiah cs berhasil memanfaatkan situasi dolar AS yang sedang tertekan. Pada pukul 08:13 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) melemah tipis 0,01%. 

Risk appetite investor memang sedang tinggi sehingga aset aman (safe haven asset) seperti dolar AS kekurangan peminat. Penyebabnya adalah rentetan data yang positif dari China. 

Kemarin, pemerintah China mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi kuartal I-2019 sebesar 6,4% year-on-year (YoY). Lebih baik ketimbang konsensus pasar yang dihimpun Reuters yang memperkirakan 6,3%. 

Selain data pertumbuhan ekonomi, penjualan ritel di Negeri Panda juga memuaskan dengan mencatat pertumbuhan 8,7% YoY pada Maret. Lebih baik ketimbang bulan sebelumnya yang tumbuh 8,2%. 

Kemudian investasi properti di China pada Maret naik 12% YoY, laju tercepat sejak Juli 2018. Sementara sepanjang kuartal I-2019, investasi properti tumbuh 11,8% YoY, terbaik sejak kuartal I-2014. 

Lalu investasi aset tetap pada kuartal I-2019 tumbuh 6,3% YoY. Berbagai proyek infrastruktur seperti jalan, rel kereta api, dan pelabuhan mendongrak pertumbuhan investasi aset tetap.

Rentetan data ini menyebabkan investor enggan main aman. Arus modal bertebaran ke instrumen-instrumen berisiko di negara berkembang, dan ada yang hinggap ke Indonesia sehingga menguatkan rupiah.


(BERLANJUT KE HALAMAN 3)


Sementara dari dalam negeri, sepertinya pasar menyambut positif hasil hitung cepat (quick count) Pemilu 2019 dari sejumlah lembaga. Pasangan capres-cawapres 01 Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin diunggulkan menang atas pasangan 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno. Memang baru quick count, tetapi biasanya tidak akan jauh berbeda dari real count yang akan diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 22 Mei.  


Harus diakui bahwa investor memang lebih nyaman jika Jokowi kembali menjadi presiden. Sebab, terpilihnya Jokowi memberi kepastian bahwa kebijakan pemerintah tidak akan berubah signifikan. Plus berbagai reformasi struktural seperti pembenahan defisit transaksi berjalan (current account) akan dilanjutkan. 

Oleh karena itu, tampaknya Jokowi Effect akan kembali merasuki pasar di perdagangan Harpitnas ini. Deja vu 2014 ini...   



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular