Buat Besok, Pantau Isu Pemilu Sampai Perang Dagang AS-Eropa

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 April 2019 18:03
Buat Besok, Pantau Isu Pemilu Sampai Perang Dagang AS-Eropa
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Willy Kurniawan)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia hari ini ditutup karena rakyat Indonesia terlibat dalam pesta demokrasi Pemilu 2019. Begitu pasar dibuka kembali esok hari, sepertinya investor akan dibuat sibuk oleh banyaknya sentimen yang berseliweran. 

Pertama, tentu investor perlu memantau hasil hitung cepat (quick count) Pemilu 2019. Sejauh ini, quick count dari sejumlah institusi menempatkan pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin unggul atas pasangan 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno.  

Untuk mendapatkan informasi seputar hasil quick count, silakan klik di sini. 

Sepertinya hasil quick count menjadi salah satu penyebab keperkasaan rupiah di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF) hari ini. Investor naga-naganya memang lebih nyaman jika Jokowi kembali melanjutkan tugas sebagai presiden. Dengan begitu tidak akan ada perubahan arah kebijakan yang signifikan. Tidak ada ketidakpastian. 

Maklum, ketidakpastian adalah musuh terbesar pasar. Jika rezim pemerintahan berganti, maka pelaku pasar khawatir ada perubahan yang mendasar sehingga butuh waktu lebih banyak untuk melakukan penyesuaian (adjustment). 


Sentimen kedua adalah rilis data pertumbuhan ekonomi China. Pada kuartal I-2019, ekonomi Negeri Tirai Bambu tumbuh 6,4% year-on-year (YoY).  Lebih baik ketimbang konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu 6,3%. Meski menjadi laju paling lambat sejak 2009, tetapi setidaknya pertumbuhan ekonomi China batal menjadi yang terlemah sejak 1990.  

Data ini memunculkan harapan bahwa ekonomi China tidak akan mengalami hard landing, meski memang ada perlambatan. Sepertinya gelontoran stimulus dari pemerintah dan Bank Sentral China (PBoC) bisa menjaga performa ekonomi Negeri Tirai Bambu. 


Dua sentimen ini bisa menjadi angin segar bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), rupiah, dan obligasi pemerintah. Namun, pelaku pasar juga harus waspada dengan sentimen ketiga. Apa itu?


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Mengutip Reuters, Uni Eropa telah merilis sejumlah produk Amerika Serikat (AS) yang berpotensi dikenakan bea masuk. Nilainya mencapai US$ 20 miliar. Produk-produk AS yang bisa terkena bea masuk di antaranya adalah pesawat terbang, helikopter, produk kimia, ikan beku, jeruk sitrus, saus sambal, tembakau, koper, traktor, hingga konsol video game.  

Langkah ini merupakan balasan atas ancaman AS yang berencana memberlakukan bea masuk untuk impor produk Uni Eropa senilai US$ 11 miliar. Aksi saling gertak ini bermula dari sengketa AS dan Uni Eropa seputar subsidi kepada perusahaan produsen pesawat terbang masing-masing, Boeing di sisi AS dan Airbus dari Eropa. 


Apabila Uni Eropa dan AS sampai benar-benar mengenakan bea masuk, maka perang dagang Trans-Atlantik bisa meletus. Perang dagang AS-China kemungkinan bisa berakhir dalam waktu dekat, tetapi kini dunia harus bersiap dengan perang dagang berikutnya. 

Sentimen perang dagang berpotensi membuat pelaku pasar bermain aman, enggan menyentuh aset-aset berisiko. Ini tentu akan menjadi kabar yang kurang enak buat IHSG dkk.


TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular