Pemilu 2019
Rupiah Lemah di Luar Negeri, Tunggu Hasil Jokowi vs Prabowo?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 April 2019 12:22

Jakarta, CNBC Indonesia - Hari ini pasar keuangan Indonesia libur karena penyelenggaraan Pemilu 2019. Salah satu pasar yang libur adalah spot valas, sehingga rupiah tidak diperdagangkan hari ini.
Namun, rupiah masih diperdagangkan di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF) di luar negeri. Tadi pagi, rupiah diperdagangkan menguat di pasar ini tetapi situasi berubah pada tengah hari.
Berikut kurs dolar AS di pasar NDF dibandingkan dengan posisi penutupan perdagangan kemarin, mengutip data Refinitiv:
Terlihat bahwa rupiah melemah di perdagangan pasar NDF. Padahal mata uang utama Asia cenderung menguat di perdagangan pasar spot.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 12:00 WIB:
Saksikan video Rupiah Pasca Pilpres berikut:
[Gambas:Video CNBC]
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Sentimen eksternal masih mendukung penguatan mata uang Benua Kuning. Investor semringah karena data ekonomi terbaru dari China.
Pada kuartal I-2019, ekonomi Negeri Tirai Bambu tumbuh 6,4% year-on-year (YoY). Lebih baik ketimbang konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu 6,3%. Meski menjadi laju paling lambat sejak 2009, tetapi setidaknya pertumbuhan ekonomi China batal menjadi yang terlemah sejak 1990.
Data ini memunculkan harapan bahwa ekonomi China tidak akan mengalami hard landing, meski memang ada perlambatan. Sepertinya gelontoran stimulus dari pemerintah dan Bank Sentral China (PBoC) bisa menjaga performa ekonomi Negeri Tirai Bambu.
Namun sentimen itu rasanya tidak berlaku buat rupiah. Investor global malah cenderung menjauhi rupiah, yang terlihat dari pelemahan di pasar NDF.
Bisa jadi investor asing masih wait and see karena ya itu tadi, Indonesia sedang menggelar Pemilu. Faktor ini sangat penting, karena menentukan arah Indonesia dalam 5 tahun ke depan.
Investor tentu sangat menantikan siapa pemimpin Indonesia, apakah masih Joko Widodo (Jokowi) atau berganti ke Prabowo Subianto. Sebelum ada setitik kejelasan, misalnya dari hasil hitung cepat (quick count), rasanya investor masih akan menunggu dulu.
Tampaknya legenda urban (urban legend) bahwa investor, terutama asing, cenderung wait and see menunggu hasil Pemilu benar adanya. Apalagi jika 'jagoan' mereka diprediksi kalah, bisa jadi rupiah tambah melemah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Namun, rupiah masih diperdagangkan di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF) di luar negeri. Tadi pagi, rupiah diperdagangkan menguat di pasar ini tetapi situasi berubah pada tengah hari.
Berikut kurs dolar AS di pasar NDF dibandingkan dengan posisi penutupan perdagangan kemarin, mengutip data Refinitiv:
Periode | Kurs 16 April (15:57 WIB) | Kurs 17 April Maret (11:57 WIB) |
1 Pekan | Rp 14.100 | Rp 14.107,5 |
1 Bulan | Rp 14.155 | Rp 14.165 |
2 Bulan | Rp 14.225 | Rp 14.227 |
3 Bulan | Rp 14.281 | Rp 14.288,5 |
6 Bulan | Rp 14.487 | Rp 14.475 |
9 Bulan | Rp 14.630 | Rp 14.645 |
1 Tahun | Rp 14.805 | Rp 14.825 |
2 Tahun | Rp 15.522 | Rp 15.520,5 |
Terlihat bahwa rupiah melemah di perdagangan pasar NDF. Padahal mata uang utama Asia cenderung menguat di perdagangan pasar spot.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 12:00 WIB:
Saksikan video Rupiah Pasca Pilpres berikut:
[Gambas:Video CNBC]
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Sentimen eksternal masih mendukung penguatan mata uang Benua Kuning. Investor semringah karena data ekonomi terbaru dari China.
Pada kuartal I-2019, ekonomi Negeri Tirai Bambu tumbuh 6,4% year-on-year (YoY). Lebih baik ketimbang konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu 6,3%. Meski menjadi laju paling lambat sejak 2009, tetapi setidaknya pertumbuhan ekonomi China batal menjadi yang terlemah sejak 1990.
Data ini memunculkan harapan bahwa ekonomi China tidak akan mengalami hard landing, meski memang ada perlambatan. Sepertinya gelontoran stimulus dari pemerintah dan Bank Sentral China (PBoC) bisa menjaga performa ekonomi Negeri Tirai Bambu.
Namun sentimen itu rasanya tidak berlaku buat rupiah. Investor global malah cenderung menjauhi rupiah, yang terlihat dari pelemahan di pasar NDF.
Bisa jadi investor asing masih wait and see karena ya itu tadi, Indonesia sedang menggelar Pemilu. Faktor ini sangat penting, karena menentukan arah Indonesia dalam 5 tahun ke depan.
Investor tentu sangat menantikan siapa pemimpin Indonesia, apakah masih Joko Widodo (Jokowi) atau berganti ke Prabowo Subianto. Sebelum ada setitik kejelasan, misalnya dari hasil hitung cepat (quick count), rasanya investor masih akan menunggu dulu.
Tampaknya legenda urban (urban legend) bahwa investor, terutama asing, cenderung wait and see menunggu hasil Pemilu benar adanya. Apalagi jika 'jagoan' mereka diprediksi kalah, bisa jadi rupiah tambah melemah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular