Perkasa 3 Hari Beruntun dan No 1 di Asia, Rupiah Luar Biasa!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 April 2019 16:37
Perkasa 3 Hari Beruntun dan No 1 di Asia, Rupiah Luar Biasa!
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Awal pekan ini menjadi saat yang indah buat rupiah. Mata uang Tanah Air berhasil menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan menjadi yang terbaik di Asia. 

Pada Senin (15/4/2019), US$ 1 dibanderol Rp 14.055 kala penutupan pasar spot. Rupiah menguat 0,25% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu. 

Kala pembukaan pasar, rupiah sudah menguat 0,07%. Seiring perjalanan pasar, penguatan rupiah semakin menebal dan dolar AS berhasil dijaga di bawah Rp 14.100. 

Penguatan ini membuat rupiah terapresiasi 3 hari berturut-turut di hadapan dolar AS. Selama periode ini, penguatan rupiah menguat 0,64%. 

 


Sejak pembukaan pasar, rupiah sudah menjadi mata uang terkuat di Asia. Ya, dalam hal menguat terhadap dolar AS tidak ada mata uang utama Benua Kuning yang sebaik rupiah. 


Gelar tersebut dipertahankan hingga penutupan pasar. Hari ini indah bagi rupiah. Sudah menguat 3 hari beruntun, rupiah pun jadi yang terbaik di Asia. Luar biasa... 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 16:09 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Faktor eksternal dan domestik sama-sama mendukung rupiah untuk menguat. Dari sisi eksternal, rupiah dkk di Asia berhasil memanfaatkan kondisi dolar AS yang sedang tertekan. Pada pukul 16:13 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) masih melemah 0,15%. 

Faktor penekan dolar AS hari ini adalah aura damai dagang AS-China yang kian terasa. Mengutip Reuters, dua orang sumber mengungkapkan bahwa Washington melunak dan bersedia mengurangi tuntutannya kepada Beijing. 

AS melunak dalam hal kebijakan subsidi China kepada perusahaan milik negara. Sepertinya AS tidak akan banyak protes soal kebijakan ini, dan memilih fokus ke bidang lain yaitu penghapusan kewajiban alih teknologi bagi perusahaan asing, perlindungan terhadap hak atas kekayaan intelektual, dan perluasan akses AS ke pasar domestik China. 

Sikap AS yang melunak ini membuat pintu damai dagang dengan China menjadi semakin terbuka. Sepertinya jalan menuju ke sana masih relatif lancar, belum ada hambatan yang berarti. 

Kala dua perekonomian terbesar di planet bumi sudah tidak lagi saling hambat, maka arus perdagangan dan rantai pasok global akan kembali menggeliat. Investor kini boleh berharap pertumbuhan ekonomi global yang lebih baik, sehingga investor kini kurang meminati aset-aset aman seperti dolar AS. 

Selain itu, rupiah juga terbantu oleh penurunan harga minyak dunia. Pada pukul 16:17 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet terkoreksi masing-masing 0,53% dan 0,63%. 

Bagi rupiah, koreksi harga si emas hitam adalah kabar gembira. Saat harga minyak turun, tentu biaya impor komoditas ini menjadi lebih murah. Semakin sedikit devisa yang 'terbakar' untuk mengimpor minyak akan menyebabkan beban transaksi berjalan (current account) berkurang sehingga rupiah punya fondasi yang lebih kuat. 


Sedangkan dari dalam negeri, rupiah terbantu oleh rilis data perdagangan internasional. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia surplus US$ 540 juta pada Maret.

Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia telah mencatat suplus dalam 2 bulan beruntun. Pada Februari, surplus neraca perdagangan adalah US$ 330 juta.  


Neraca perdagangan adalah salah satu bagian dari transaksi berjalan, yang seperti sudah disinggung di atas, merupakan fondasi penting bagi rupiah. Sebab transaksi berjalan menggambarkan arus devisa dari ekspor-impor barang dan jasa. Pasokan valas dari sektor perdagangan ini lebih setia, lebih bertahan lama (sustainable) ketimbang investasi portofolio di sektor keuangan alias hot money.

Jadi kala neraca perdagangan tetap mampu dijaga surplus, maka ada harapan transaksi berjalan kuartal I-2019 akan membaik. Presiden Joko Widodo (Jokowi) membocorkan transaksi berjalan kuartal I-2019 memang masih defisit sekitar US$ 6,7 miliar, tetapi lebih baik ketimbang kuartal sebelumnya yang mencapai US$ 9,15 miliar.


Rilis data neraca perdagangan hari ini semakin memberi konfirmasi bocoran dari Jokowi tersebut. Saat ada asa perbaikan di transaksi berjalan, maka rupiah akan memiliki pijakan yang lebih kuat. Jadi data neraca perdagangan hari ini sepertinya mendapat apresiasi dari pelaku pasar, sehingga rupiah mantap berjalan di jalur hijau.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular