
Analisis Teknikal
Selalu Positif Saat Pemilu, IHSG Masih Potensi Tembus Rekor
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
14 April 2019 12:16

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia telah menyelenggarakan tiga kali Pemilihan Umum (Pemilu) sejak era reformasi, yakni pada tahun 2004, 2009, dan 2014. Dalam tiga kali Pemilu tersebut, Indeks harga Saham Gabungan (IHSG) selalu mengalami kinerja positif.
Penguatan tertinggi IHSG terjadi pada tahun 2009 yakni sebesar 86,98%. Bukan tanpa alasan, kondisi perekonomian dunia setelah krisis subprime mortgage di Amerika Serikat (AS) membawa pengaruh positif bagi perekonomian Indonesia.
Tak hanya bursa saham, rupiah pun pada tahun tersebut menguat 13,2%. Ini karena bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) terus memangkas suku bunganya hingga mencapai rekor terendah 0,0% - 0,25% di awal 2009 pasca-krisis.
The Fed juga mulai membanjiri pasar dengan likuiditas pada masa itu untuk memacu perekonomian yang dikenal dengan istilah quantitative easing. Selang pemilu 2019 kali ini, potensi penguatan IHSG masih cukup terbuka seiring risiko kenaikan suku bunga tidak bertambah.
The Fed berencana tidak menaikkan suku bunga acuannya lagi sepanjang 2019, pasalnya kenaikan empat kali di 2018 kemarin dianggap sudah cukup menahan overheating pertumbuhan ekonomi AS.
Hal ini berpotensi diikuti Bank Indonesia (BI) yang berpotensi menahan suku bunga BI 7 Daya RR nya di 6%. Maklum, saham adalah instrumen yang dapat bekerja maksimal ketika suku bunga rendah. Hal ini dikarenakan beban bunga yang ditanggung perusahaan dalam operasinya menjadi lebih ringan.
Sentimen positif selanjutnya datang dari dana-dana asing yang masuk ke dalam negeri. Sepanjang tahun ini, IHSG kebanjiran dana asing hingga Rp 8,7 triliun di pasar reguler. Bahkan jika ditambah dengan inflow di pasar tunai dan negosiasi angkanya menyentuh Rp 14,69 triliun.
Analisis Teknikal
Pergerakan IHSG mulai menunjukkan tanda-tanda kebangkitannya tahun ini, hal ini terlihat dari trennya yang naik (uptrend). Hingga tahun berjalan IHSG sudah menguat 3,41%.
Meski jangka dalam jangka panjang tampak tertekan, namun dalam jangka panjang IHSG mempunyai kecenderungan menguat. Indeks masih bergerak di atas garis rata-rata nilainya selama 100 hari (moving average/MA100).
Bahkan IHSG masih mempunyai potensi untuk menguji level 6.689 sebagai level tertingginya sepanjang masa, yang dicapai pada tanggal 19 Februari 2018 lalu. Secara teknikal level tersebut merupakan level penghalang kenaikan (resistance) yang harus dilewati IHSG tahun ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/prm) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!
Penguatan tertinggi IHSG terjadi pada tahun 2009 yakni sebesar 86,98%. Bukan tanpa alasan, kondisi perekonomian dunia setelah krisis subprime mortgage di Amerika Serikat (AS) membawa pengaruh positif bagi perekonomian Indonesia.
![]() |
The Fed juga mulai membanjiri pasar dengan likuiditas pada masa itu untuk memacu perekonomian yang dikenal dengan istilah quantitative easing. Selang pemilu 2019 kali ini, potensi penguatan IHSG masih cukup terbuka seiring risiko kenaikan suku bunga tidak bertambah.
The Fed berencana tidak menaikkan suku bunga acuannya lagi sepanjang 2019, pasalnya kenaikan empat kali di 2018 kemarin dianggap sudah cukup menahan overheating pertumbuhan ekonomi AS.
Hal ini berpotensi diikuti Bank Indonesia (BI) yang berpotensi menahan suku bunga BI 7 Daya RR nya di 6%. Maklum, saham adalah instrumen yang dapat bekerja maksimal ketika suku bunga rendah. Hal ini dikarenakan beban bunga yang ditanggung perusahaan dalam operasinya menjadi lebih ringan.
Sentimen positif selanjutnya datang dari dana-dana asing yang masuk ke dalam negeri. Sepanjang tahun ini, IHSG kebanjiran dana asing hingga Rp 8,7 triliun di pasar reguler. Bahkan jika ditambah dengan inflow di pasar tunai dan negosiasi angkanya menyentuh Rp 14,69 triliun.
Analisis Teknikal
![]() |
Meski jangka dalam jangka panjang tampak tertekan, namun dalam jangka panjang IHSG mempunyai kecenderungan menguat. Indeks masih bergerak di atas garis rata-rata nilainya selama 100 hari (moving average/MA100).
Bahkan IHSG masih mempunyai potensi untuk menguji level 6.689 sebagai level tertingginya sepanjang masa, yang dicapai pada tanggal 19 Februari 2018 lalu. Secara teknikal level tersebut merupakan level penghalang kenaikan (resistance) yang harus dilewati IHSG tahun ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/prm) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!
Most Popular