Utang Menggunung, Fitch Pangkas Prospek Waskita Jadi Negatif

Irvin Avriano Arief & Monica Wareza, CNBC Indonesia
12 April 2019 20:14
Fitch Ratings Indonesia memangkas prospek (outlook) peringkat emiten konstruksi PT Waskita Karya Tbk (WSKT) menjadi negatif.
Foto: waskita
Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga pemeringkat Fitch Ratings Indonesia memangkas prospek (outlook) peringkat emiten konstruksi PT Waskita Karya Tbk (WSKT) menjadi negatif dari stabil karena tingkat utang (leverage) tinggi di level 6,1x.

Tingginya leverage tersebut dinilai karena Waskita mengandalkan pendanaan eksternal untuk menyelesaikan proyeknya.

Dalam riset pemeringkatan pada Jumat ini ini (12/4/19), Associate Director Fitch Ratings Indonesia Salman Alamsyah juga menetapkan kembali peringkat nasional WSKT pada A(idn) dan A-(idn) untuk obligasi perseroan yang sudah terbit maupun yang sedang diajukan senilai Rp 1,85 triliun.


Tingkat utang yang tinggi tersebut didasari oleh hitungan rasio utang bersih terhadap EBITDAR (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, amortisasi, dan restrukturisasi) yang mencapai 6,1x pada 2018. Level itu di atas batas pemicu peringkat negatif yakni 5,5x. 

"Meskipun demikian, kami meyakini pembayaran dari proyek turnkey dan dana dari divestasi jalan tol yang sukses akan menurunkan tingkat utang perseroan hingga ke bawah 5,5x dalam satu atau dua tahun dan dapat membuat prospek peringkatnya dinaikkan lagi menjadi stabil," ujar Salman dalam risetnya.

Proyek turnkey yang dimaksud adalah proyek yang 
pembayaran dilakukan saat pekerjaan telah selesai seluruhnya atau saat proyek serah terima dari pelaksana ke pemilik.

Lebih lanjut, menurut Fitch, prospek negatif ini bisa saja kembali direvisi menjadi stabil asalkan leverage perusahaan turun menjadi di bawah 5,5x dalam 1-2 tahun ke depan dengan asumsi pembiayaan proyek nantinya dikombinasikan dengan dana dari pembayaran proyek turnkey dan divestasi tol.

Sebagai catatan, peringkat A ini menunjukkan adanya risiko gagal bayar yang rendah relatif terhadap emiten atau kewajiban lain di negara yang sama.

Namun, perubahan keadaan atau kondisi ekonomi dapat mempengaruhi kapasitas pembayaran tepat waktu ke tingkat yang lebih besar dari komitmen keuangan yang ditunjukkan oleh kategori berperingkat lebih tinggi.

Fitch menjelaskan, leverage Waskita yang terbilang tinggi ini disebabkan karena adanya penundaan pembayaran sejumlah proyek turnkey.

Lambatnya pembayaran ini karena proses administrasi yang lama dan keterlambatan konstruksi, termasuk dari proyek LRT Palembang, dan pengembalian uang pembukaan lahan yang lebih rendah dari pemerintah.

"Ini berarti Waskita harus bergantung pada pendanaan eksternal untuk menyelesaikan order book," tulis Fitch.

Tahun ini lembaga pemeringkat ini memperkirakan kontrak baru Waskita akan senilai Rp 40 triliun yang berasal dari proyek jalan tol yang akan dibangun pemerintah dan konsesi milik sendiri.

Hal ini akan mendukung perbaikan turunnya perolehan kontrak sepanjang tahun lalu yang hanya senilai Rp 27 triliun, turun 50% dari tahun sebelumnya.

Akhir tahun lalu perusahaan mencatatkan arus kas positif senilai Rp 3 triliun dengan pembayaran proyek turnkey senilai Rp 13,7 triliun setelah menyelesaikan beberapa ruas jalan tol, seperti jalan tol Batang-Semarang.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(irv/tas) Next Article Waskita Karya Terima Pembayaran Proyek Rp 36,7 T pada 2018

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular