
Disengat Perang Dagang AS-Uni Eropa, IHSG Anjlok 1,05%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
11 April 2019 16:56

Lebih lanjut, perlambatan ekonomi dunia yang kian terasa masih terus membuat saham-saham di Benua Kuning dilego investor. Selepas serangkaian data ekonomi yang mengecewakan dari negara-negara maju, International Monetary Fund (IMF) akhirnya memangkas proyeksi mereka atas pertumbuhan ekonomi global tahun ini menjadi 3,3%, dari yang sebelumnya 3,5% pada proyeksi yang dibuat bulan Januari.
Memang khusus untuk Indonesia, target pertumbuhan ekonomi di saat yang bersamaan justru dinaikkan. Kini, Christine Lagarde dan kolega mematok perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,2% pada tahun ini, naik dari proyeksi bulan Oktober lalu yang sebesar 5,1%.
Namun, revisi ke bawah atas target pertumbuhan ekonomi dari beberapa negara mitra dagang utama Indonesia jelas membawa risiko bagi perekonomian tanah air. Jepang misalnya, di mana pertumbuhan ekonomi 2019 diperkirakan 1%, melambat dibandingkan proyeksi yang dibuat pada Januari lalu yaitu 1,1%.
Kemudian, pertumbuhan ekonomi India tahun ini diramal 7,3%, juga melambat dibandingkan perkiraan sebelumnya yaitu 7,5%.
Lebih lanjut, perekonomian AS diproyeksikan hanya akan tumbuh sebesar 2,3% pada tahun ini, turun dari proyeksi yang dibuat pada bulan Januari sebesar 2,5%. Sebagai informasi, perekonomian AS tumbuh hingga 2,9% pada tahun 2018. Jika proyeksi dari IMF menjadi kenyataan, bisa dikatakan bahwa perekonomian AS mengalami hard landing pada tahun ini.
Memang, rilis risalah dari pertemuan The Federal Reserve pada bulan lalu memberikan kelegaan bagi investor. Pasalnya melalui risalah ini, stance dovish dari The Fed menjadi kian terkonfirmasi.
"Beberapa peserta rapat menggarisbawahi bahwa pandangan mereka soal arah suku bunga acuan bisa berubah tergantung data-data yang masuk," sebut risalah tersebut.
Di satu sisi, The Fed memandang ekonomi AS masih kuat yang tercermin dari data-data ketenagakerjaan. Namun di sisi lain, perlambatan ekonomi bisa berpengaruh negatif seperti membuat beban utang korporasi membengkak. Kombinasi dua faktor ini menyebabkan The Fed memilih untuk bersabar dalam menyesuaikan suku bunga acuan.
Namun, kekhawatiran bahwa perekonomian dunia akan mengalami hard landing terbukti lebih dominan dalam mendikte pergerakan bursa saham regional.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/hps)
Memang khusus untuk Indonesia, target pertumbuhan ekonomi di saat yang bersamaan justru dinaikkan. Kini, Christine Lagarde dan kolega mematok perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,2% pada tahun ini, naik dari proyeksi bulan Oktober lalu yang sebesar 5,1%.
Namun, revisi ke bawah atas target pertumbuhan ekonomi dari beberapa negara mitra dagang utama Indonesia jelas membawa risiko bagi perekonomian tanah air. Jepang misalnya, di mana pertumbuhan ekonomi 2019 diperkirakan 1%, melambat dibandingkan proyeksi yang dibuat pada Januari lalu yaitu 1,1%.
Lebih lanjut, perekonomian AS diproyeksikan hanya akan tumbuh sebesar 2,3% pada tahun ini, turun dari proyeksi yang dibuat pada bulan Januari sebesar 2,5%. Sebagai informasi, perekonomian AS tumbuh hingga 2,9% pada tahun 2018. Jika proyeksi dari IMF menjadi kenyataan, bisa dikatakan bahwa perekonomian AS mengalami hard landing pada tahun ini.
Memang, rilis risalah dari pertemuan The Federal Reserve pada bulan lalu memberikan kelegaan bagi investor. Pasalnya melalui risalah ini, stance dovish dari The Fed menjadi kian terkonfirmasi.
"Beberapa peserta rapat menggarisbawahi bahwa pandangan mereka soal arah suku bunga acuan bisa berubah tergantung data-data yang masuk," sebut risalah tersebut.
Di satu sisi, The Fed memandang ekonomi AS masih kuat yang tercermin dari data-data ketenagakerjaan. Namun di sisi lain, perlambatan ekonomi bisa berpengaruh negatif seperti membuat beban utang korporasi membengkak. Kombinasi dua faktor ini menyebabkan The Fed memilih untuk bersabar dalam menyesuaikan suku bunga acuan.
Namun, kekhawatiran bahwa perekonomian dunia akan mengalami hard landing terbukti lebih dominan dalam mendikte pergerakan bursa saham regional.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/hps)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular