
Memang Tidak Ada Alasan Rupiah Bisa Melemah Hari Ini
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 April 2019 15:16

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini berhasil menguat di perdagangan pasar spot. Memang tidak ada alasan bagi rupiah untuk melemah.
Pada Kamis (11/4/2019) pukul 15:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.142. Rupiah menguat 0,02% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Seiring perjalanan pasar, apresiasi rupiah menebal. Pada pukul 15:06 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.140 di mana rupiah menguat 0,04%.
Sebenarnya rupiah mengawali perdagangan pasar spot dengan penguatan 0,11%. Namun dalam hitungan menit, rupiah langsung tumbang ke zona merah dan nyaris bertahan seharian di sana.
Selepas tengah hari, rupiah mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Depresiasi terus menipis, dan akhirnya kini mampu kembali ke zona hijau.
Seperti disinggung sebelumnya, praktis tidak ada pembenaran terhadap pelemahan rupiah hari ini. Berbagai sentimen positif eksternal semestinya memang mampu membuat rupiah menguat.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Pertama, dolar AS mundur teratur merespons rilis notulensi rapat The Federal Reserve/The Fed edisi Maret. Pada pukul 15:09 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) melemah 0,04%.
"Mayoritas peserta rapat memperkirakan proyeksi ekonomi dan risiko ke depan kemungkinan menyebabkan suku bunga acuan tidak berubah sampai akhir tahun. Para peserta rapat juga menyadari berbagai ketidakpastian, termasuk yang menyangkut ekonomi dan pasar keuangan global," sebut risalah itu.
Pintu kenaikan suku bunga acuan yang semakin tertutup membuat dolar AS terpojok. Sebab tanpa dukungan kenaikan suku bunga, berinvestasi di mata uang ini menjadi kurang seksi.
Sentimen positif lainnya adalah perkembangan hubungan AS-China. Steven Mnuchin, Menteri Keuangan AS, mengaku telah berbicara dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He melalui sambungan telepon.
Dia menggambarkan pembicaraan tersebut berlangsung sangat produktif. Menurut Mnuchin, Washington-Beijing sepakat untuk membentuk semacam kantor bersama untuk mengawasi pelaksanaan butir-butir kesepakatan damai dagang.
"Kami menyepakati semacam mekanisme implementasi. Disepakati bahwa kedua pihak akan membentuk kantor yang mengawasi pelaksanaan kesepakatan dagang," ungkap Mnuchin dalam wawancara bersama CNBC International.
"Segera setelah kami menyiapkan semua, beliau (Presiden AS Donald Trump) akan bersedia bertemu dengan Presiden Xi Jinping. Kita semua berharap bisa secepatnya, tetapi memang tidak ada tenggat waktu," lanjutnya.
Hawa damai dagang AS-China yang semakin sejuk terasa tentu seharusnya membuat pelaku pasar berbunga-bunga. Perlahan tetapi pasti, angin ini mulai menyejukkan pasar keuangan Asia.
Rilis data ekonomi terbaru dari China juga positif dan memberi harapan. Inflasi di tingkat produsen (PPI) China pada Maret tercatat 0,4% year-on-year (YoY), kenaikan pertama dalam 9 bulan terakhir. Ini menandakan dunia usaha China mulai pulih, ditopang oleh stimulus fiskal dan moneter yang digelontorkan pemerintah dan Bank Sentral China (PBoC).
Sementara inflasi di tingkat konsumen (CPI) pada Maret adalah 2,3% YoY, laju tercepat sejak Oktober 2018. Tidak hanya dunia usaha, konsumen pun terlihat lebih bergairah.
Belum lagi ada kabar gembira dari arena perundingan Uni Eropa-Inggris di Brussel yang membahas Brexit. Uni Eropa akhirnya setuju untuk memberikan tambahan waktu bagi Inggris untuk mempersiapkan perpisahan. Sedianya Brexit akan terjadi pada 12 April.
Donald Tusk, Presiden Komisi Uni Eropa, mengungkapkan pelaksanaan Brexit akan diundur sampai 31 Oktober. Melalui cuitan di Twitter, Tusk menyebutkan Inggris punya waktu 6 bulan untuk merumuskan solusi terbaik.
Investor sebetulnya bisa bernafas lega, karena risiko No-Deal Brexit bisa terhindarkan. Sebab bila dipaksakan Inggris bercerai dari Uni Eropa pada 12 April, maka dapat dipastikan London tidak akan mendapat kompensasi apa-apa. Segala bentuk perdagangan Inggris-Uni Eropa harus mematuhi aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) yaitu dikenakan bea masuk. Kini ada waktu bagi Inggris untuk melakukan konsolidasi internal untuk merumuskan formula terbaik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Pada Kamis (11/4/2019) pukul 15:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.142. Rupiah menguat 0,02% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Seiring perjalanan pasar, apresiasi rupiah menebal. Pada pukul 15:06 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.140 di mana rupiah menguat 0,04%.
Sebenarnya rupiah mengawali perdagangan pasar spot dengan penguatan 0,11%. Namun dalam hitungan menit, rupiah langsung tumbang ke zona merah dan nyaris bertahan seharian di sana.
Selepas tengah hari, rupiah mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Depresiasi terus menipis, dan akhirnya kini mampu kembali ke zona hijau.
Seperti disinggung sebelumnya, praktis tidak ada pembenaran terhadap pelemahan rupiah hari ini. Berbagai sentimen positif eksternal semestinya memang mampu membuat rupiah menguat.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Pertama, dolar AS mundur teratur merespons rilis notulensi rapat The Federal Reserve/The Fed edisi Maret. Pada pukul 15:09 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) melemah 0,04%.
"Mayoritas peserta rapat memperkirakan proyeksi ekonomi dan risiko ke depan kemungkinan menyebabkan suku bunga acuan tidak berubah sampai akhir tahun. Para peserta rapat juga menyadari berbagai ketidakpastian, termasuk yang menyangkut ekonomi dan pasar keuangan global," sebut risalah itu.
Pintu kenaikan suku bunga acuan yang semakin tertutup membuat dolar AS terpojok. Sebab tanpa dukungan kenaikan suku bunga, berinvestasi di mata uang ini menjadi kurang seksi.
Sentimen positif lainnya adalah perkembangan hubungan AS-China. Steven Mnuchin, Menteri Keuangan AS, mengaku telah berbicara dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He melalui sambungan telepon.
Dia menggambarkan pembicaraan tersebut berlangsung sangat produktif. Menurut Mnuchin, Washington-Beijing sepakat untuk membentuk semacam kantor bersama untuk mengawasi pelaksanaan butir-butir kesepakatan damai dagang.
"Kami menyepakati semacam mekanisme implementasi. Disepakati bahwa kedua pihak akan membentuk kantor yang mengawasi pelaksanaan kesepakatan dagang," ungkap Mnuchin dalam wawancara bersama CNBC International.
"Segera setelah kami menyiapkan semua, beliau (Presiden AS Donald Trump) akan bersedia bertemu dengan Presiden Xi Jinping. Kita semua berharap bisa secepatnya, tetapi memang tidak ada tenggat waktu," lanjutnya.
Hawa damai dagang AS-China yang semakin sejuk terasa tentu seharusnya membuat pelaku pasar berbunga-bunga. Perlahan tetapi pasti, angin ini mulai menyejukkan pasar keuangan Asia.
Rilis data ekonomi terbaru dari China juga positif dan memberi harapan. Inflasi di tingkat produsen (PPI) China pada Maret tercatat 0,4% year-on-year (YoY), kenaikan pertama dalam 9 bulan terakhir. Ini menandakan dunia usaha China mulai pulih, ditopang oleh stimulus fiskal dan moneter yang digelontorkan pemerintah dan Bank Sentral China (PBoC).
Sementara inflasi di tingkat konsumen (CPI) pada Maret adalah 2,3% YoY, laju tercepat sejak Oktober 2018. Tidak hanya dunia usaha, konsumen pun terlihat lebih bergairah.
Belum lagi ada kabar gembira dari arena perundingan Uni Eropa-Inggris di Brussel yang membahas Brexit. Uni Eropa akhirnya setuju untuk memberikan tambahan waktu bagi Inggris untuk mempersiapkan perpisahan. Sedianya Brexit akan terjadi pada 12 April.
Donald Tusk, Presiden Komisi Uni Eropa, mengungkapkan pelaksanaan Brexit akan diundur sampai 31 Oktober. Melalui cuitan di Twitter, Tusk menyebutkan Inggris punya waktu 6 bulan untuk merumuskan solusi terbaik.
Investor sebetulnya bisa bernafas lega, karena risiko No-Deal Brexit bisa terhindarkan. Sebab bila dipaksakan Inggris bercerai dari Uni Eropa pada 12 April, maka dapat dipastikan London tidak akan mendapat kompensasi apa-apa. Segala bentuk perdagangan Inggris-Uni Eropa harus mematuhi aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) yaitu dikenakan bea masuk. Kini ada waktu bagi Inggris untuk melakukan konsolidasi internal untuk merumuskan formula terbaik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular