Jadi Pecundang di Asia, IHSG Ditutup Melemah 0,75%

dwa, CNBC Indonesia
08 April 2019 17:11
Sentimen AS-China Tak Mempan Lagi
Foto: Oppo Stock In Your Hand (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Walaupun demikian, sentimen positif dari AS dan China sepertinya tidak lagi berkhasiat untuk mendorong pelaku pasar, terutama investor domestik, untuk melakukan aksi beli.  

Pasalnya, instrumen berbasis rupiah menjadi kurang diminati investor karena pada perdagangan hari ini rupiah terus ditransaksikan di zona merah dengan akhirnya ditutup melemah 0,28% menjadi Rp 14.160/US$.  

Sentimen pertama yang membebani rupiah sepanjang hari ini adalah kenaikan harga minyak dunia yang  menyentuh angka tertingginya dalam 5 bulan terakhir. Sebagai contohnya, harga minyak jenis Brent menguat 0,54% menjadi US$ 70,72/barel, dimana ini merupakan harga tertinggi sejak 8 November 2018.  

Tingginya harga minyak dunia adalah berita buruk bagi Indonesia yang merupakan negara net importir minyak. Saat harga minyak naik, maka biaya impornya akan ikut membengkak sehingga membebani transaksi berjalan (current account).  

Lebih lanjut, sentimen kedua terlihat di pasar obligasi tanah air. Turunnya pamor aset berbasis rupiah dapat dilihat karena imbal hasil (yield) surat utang negara seri acuan tenor 10 tahun naik 3,9 basis poin (bps).

Kenaikan yield menandakan bahwa harga obligasi sedang turun karena sepinya permintaan.
 

Melansir Refinitiv, emiten yang menyumbang pelemahan IHSG adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (0,31 poin), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (0,27 poin), PT Pikko Land Development Tbk/RODA (0,11 poin), PT Smartfren Telecom Tbk/FREN (0,1 poin), PT Astra International Tbk/ASII (0,09 poin).   (dwa/hps)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular