Jadi Pecundang di Asia, IHSG Ditutup Melemah 0,75%

dwa, CNBC Indonesia
08 April 2019 17:11
Jadi Pecundang di Asia, IHSG Ditutup Melemah 0,75%
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta,CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan tidak mampu untuk mempertahankan posisi hijau pada pembukaan pagi hari dan harus menerima kenyataan finis di zona merah.

Pada perdagangan hari ini (8/4/2019), IHSG menjadi pecundang karena menorehkan penurunan paling dalam dibandingkan dengan bursa saham regional kawasan Asia. Pasalnya IHSG turun hingga 0,75% dan menyentuh level 6.425,73.

Di lain pihak, berbeda dengan IHSG, bursa utama Benua Kuning masih ditransaksikan bervariatif: indeks Straits Times turun 0,35%, indeks Nikkei turun 0,21%, indeks Shanghai terkoreksi tipis 0,05%. Lalu indeks Kospi menguat tipis 0,04%, dan indeks Hang Seng masih kokoh dengan penguatan 0,47%.

Akan tetapi, uniknya meskipun IHSG menjadi pecundang Asia awal pekan ini, emiten-emiten tanah air masih terus diburu oleh investor asing. Investor asing membukukan aksi beli bersih hingga Rp 827,93 miliar dengan mayoritas saham yang dibeli masih saham perbankan.

Lima emiten yang paling menarik investor asing adalah PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syaria Tbk/BTPS (Rp 115,37 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 75,38 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 64,53 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 56,14 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 55,91 miliar).

Investor asing masih memburu aset beresiko, tak terkecuali aset tanah air, karena optimisme pertumbuhan ekonomi global masih kentara. Optimisme ini terutama datang dari AS dan China.

Sepanjang pekan lalu, perwakilan dagang antara kedua negara menggelar negosiasi selama 3 hari di Washington. Dialog dagang yang cukup intense akan kembali di rencanakan bulan ini melalui telekonferensi video.

"Masih ada pekerjaan yang signifikan ke depan. Secara prinsip, para delegasi sepakat untuk melanjutkan hubungan untuk menyelesaikan semua masalah yang ada," sebut keterangan resmi Kantor Perwakilan Dagang AS, dilansir Reuters.

Selain itu, data tenaga kerja dari AS juga menunjukkan capaian yang memuaskan. Departemen Tenaga Kerja AS mengumumkan bahwa pada bulan Maret perekonomian AS mampu menyerap 196.000 tenaga kerja, naik signifikan dari capaian Februari yang hanya 33.000 tenaga kerja, dilansir Forex Factory.

Lebih lanjut, pemerintahan Negeri Tiongkok hari ini juga mengatakan akan merancang kebijakan untuk memotong jumlah kas di Bank-Bank China. Ini artinya, pemerintah mendorong Bank untuk memberikan pinjaman pada usaha kecil dan menengah (UMKM), sebagai langkah untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi negaranya, dilansir Reuters.
Walaupun demikian, sentimen positif dari AS dan China sepertinya tidak lagi berkhasiat untuk mendorong pelaku pasar, terutama investor domestik, untuk melakukan aksi beli.  

Pasalnya, instrumen berbasis rupiah menjadi kurang diminati investor karena pada perdagangan hari ini rupiah terus ditransaksikan di zona merah dengan akhirnya ditutup melemah 0,28% menjadi Rp 14.160/US$.  

Sentimen pertama yang membebani rupiah sepanjang hari ini adalah kenaikan harga minyak dunia yang  menyentuh angka tertingginya dalam 5 bulan terakhir. Sebagai contohnya, harga minyak jenis Brent menguat 0,54% menjadi US$ 70,72/barel, dimana ini merupakan harga tertinggi sejak 8 November 2018.  

Tingginya harga minyak dunia adalah berita buruk bagi Indonesia yang merupakan negara net importir minyak. Saat harga minyak naik, maka biaya impornya akan ikut membengkak sehingga membebani transaksi berjalan (current account).  

Lebih lanjut, sentimen kedua terlihat di pasar obligasi tanah air. Turunnya pamor aset berbasis rupiah dapat dilihat karena imbal hasil (yield) surat utang negara seri acuan tenor 10 tahun naik 3,9 basis poin (bps).

Kenaikan yield menandakan bahwa harga obligasi sedang turun karena sepinya permintaan.
 

Melansir Refinitiv, emiten yang menyumbang pelemahan IHSG adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (0,31 poin), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (0,27 poin), PT Pikko Land Development Tbk/RODA (0,11 poin), PT Smartfren Telecom Tbk/FREN (0,1 poin), PT Astra International Tbk/ASII (0,09 poin).  
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular