
Bukan Main, Rupiah (Masih) Juara Asia!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 April 2019 08:37

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka stagnan di perdagangan pasar spot hari ini. Namun tidak lama kemudian rupiah langsung kembali ke jalur hijau.
Pada Jumat (5/4/2019), US$ 1 setara dengan Rp 14.175 saat pembukaan perdagangan pasar spot. Persis dengan posisi penutupan hari sebelumnya alias stagnan.
Seiring perjalanan pasar, rupiah kembali ke 'habitatnya' selama beberapa waktu terakhir yaitu di zona hijau. Pada pukul 08:13 WIB, US$ 1 berada di Rp 14.160 di mana rupiah menguat 0,11%.
Sampai kemarin, rupiah sudah menguat selama 4 hari beruntun. Dalam periode tersebut, rupiah terapresiasi 0,43% di hadapan dolar AS.
Pagi ini, tidak banyak mata uang utama Asia yang mampu menguat terhadap dolar AS. Selain rupiah, hanya ada ringgit Malaysia, dolar Singapura, dan baht Thailand.
Oleh karena itu, penguatan 0,11% sudah bisa membuat rupiah lagi-lagi menjadi yang terbaik di Benua Kuning. Sejauh ini rupiah mampu mempertahankan prestasi yang diraih kemarin.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 08:14 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Faktor domestik sepertinya menjadi penyokong penguatan rupiah. Walau menguat dalam 4 hari terakhir, sebenarnya rupiah masih cenderung melemah.
Sejak ahir Februari, mata uang Tanah Air terdepresiasi 0,71%. Oleh karena itu, ruang penguatan rupiah masih terbuka.
Kemudian, rupiah juga sudah tidak lagi tertekan karena kebutuhan valas korporasi. Jelang akhir kuartal I-2019, rupiah melemah lumayan dalam karena tingginya permintaan valas korporasi untuk pembayaran dividen, utang, dan sebagainya. Kini kebutuhan itu sudah selesai dan rupiah punya waktu untuk 'bernafas'.
Lalu, rupiah juga terbantu oleh kejelasan sikap Bank Indonesia (BI) dalam merespons data inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi pada Maret 2019 sebesar 2,48% year-on-year (YoY) yang merupakan laju paling lambat sejak November 2009.
Data tersebut sempat memunculkan spekulasi. Apakah BI mulai berpikir untuk menurunkan suku bunga acuan?
Namun Mirza Adityaswara, Deputi Gubernur Senior BI, menegaskan bahwa Indonesia masih punya pekerjaan yang belum selesai yaitu defisit di transaksi berjalan (current account deficit/CAD). Jika CAD masih lebar, maka BI belum bisa sepenuhnya 'lepas tangan'.
"Kalau kita lihat 2016 dan 2017, CAD kita sekitar 2% dari PDB (Produk Domestik Bruto). Saat itu FFR (Federal Funds Rate, suku bunga acuan AS) naik tetapi BI bisa turunkan bunga (acuan). Jadi, BI mau memastikan CAD itu menuju 2,5% PDB," jelas Mirza belum lama ini.
Pada kuartal IV-2018, CAD Indonesia masih berada di 3,57% PDB. Artinya, jalan menuju ke 2,5% PDB masih butuh waktu dan sebelum itu bisa dipastikan maka BI mungkin masih belum berpikir soal menurunkan suku bunga acuan.
Teka-teki soal arah BI 7 Day Reverse Repo Rate sedikit banyak sudah terjawab. Pasar tidak perlu lagi berspekulasi mengenai penurunan suku bunga acuan, yang berpotensi menyebabkan arus modal keluar (capital ouflows) terutama di pasar obligasi. Investor pun tenang, dan kembali berburu aset-aset berbasis rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Pada Jumat (5/4/2019), US$ 1 setara dengan Rp 14.175 saat pembukaan perdagangan pasar spot. Persis dengan posisi penutupan hari sebelumnya alias stagnan.
Seiring perjalanan pasar, rupiah kembali ke 'habitatnya' selama beberapa waktu terakhir yaitu di zona hijau. Pada pukul 08:13 WIB, US$ 1 berada di Rp 14.160 di mana rupiah menguat 0,11%.
Sampai kemarin, rupiah sudah menguat selama 4 hari beruntun. Dalam periode tersebut, rupiah terapresiasi 0,43% di hadapan dolar AS.
Pagi ini, tidak banyak mata uang utama Asia yang mampu menguat terhadap dolar AS. Selain rupiah, hanya ada ringgit Malaysia, dolar Singapura, dan baht Thailand.
Oleh karena itu, penguatan 0,11% sudah bisa membuat rupiah lagi-lagi menjadi yang terbaik di Benua Kuning. Sejauh ini rupiah mampu mempertahankan prestasi yang diraih kemarin.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 08:14 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Faktor domestik sepertinya menjadi penyokong penguatan rupiah. Walau menguat dalam 4 hari terakhir, sebenarnya rupiah masih cenderung melemah.
Sejak ahir Februari, mata uang Tanah Air terdepresiasi 0,71%. Oleh karena itu, ruang penguatan rupiah masih terbuka.
Kemudian, rupiah juga sudah tidak lagi tertekan karena kebutuhan valas korporasi. Jelang akhir kuartal I-2019, rupiah melemah lumayan dalam karena tingginya permintaan valas korporasi untuk pembayaran dividen, utang, dan sebagainya. Kini kebutuhan itu sudah selesai dan rupiah punya waktu untuk 'bernafas'.
Lalu, rupiah juga terbantu oleh kejelasan sikap Bank Indonesia (BI) dalam merespons data inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi pada Maret 2019 sebesar 2,48% year-on-year (YoY) yang merupakan laju paling lambat sejak November 2009.
Data tersebut sempat memunculkan spekulasi. Apakah BI mulai berpikir untuk menurunkan suku bunga acuan?
Namun Mirza Adityaswara, Deputi Gubernur Senior BI, menegaskan bahwa Indonesia masih punya pekerjaan yang belum selesai yaitu defisit di transaksi berjalan (current account deficit/CAD). Jika CAD masih lebar, maka BI belum bisa sepenuhnya 'lepas tangan'.
"Kalau kita lihat 2016 dan 2017, CAD kita sekitar 2% dari PDB (Produk Domestik Bruto). Saat itu FFR (Federal Funds Rate, suku bunga acuan AS) naik tetapi BI bisa turunkan bunga (acuan). Jadi, BI mau memastikan CAD itu menuju 2,5% PDB," jelas Mirza belum lama ini.
Pada kuartal IV-2018, CAD Indonesia masih berada di 3,57% PDB. Artinya, jalan menuju ke 2,5% PDB masih butuh waktu dan sebelum itu bisa dipastikan maka BI mungkin masih belum berpikir soal menurunkan suku bunga acuan.
Teka-teki soal arah BI 7 Day Reverse Repo Rate sedikit banyak sudah terjawab. Pasar tidak perlu lagi berspekulasi mengenai penurunan suku bunga acuan, yang berpotensi menyebabkan arus modal keluar (capital ouflows) terutama di pasar obligasi. Investor pun tenang, dan kembali berburu aset-aset berbasis rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular