Dolar Lagi Ngamuk, Harap Maklum Kalau Rupiah Melemah
Hidayat Setiaji,
CNBC Indonesia
02 April 2019 12:32
Harap maklum, dolar AS tidak cuma mengamuk di Asia tetapi juga di tingkat global. Pada pukul 12:11 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,12%.Â
Dolar AS memperoleh kekuatan karena investor cemas terhadap perkembangan Brexit. Parlemen Inggris gagal mencapai suara mayoritas untuk berbagai alternatif yang tersedia setelah proposal Brexit yang diajukan pemerintah tiga kali ditolak. Â
Steven Barclay, Menteri Urusan Brexit Inggris, menegaskan bahwa kegagalan parlemen mencapai kata sepakat membuat satu-satu opsi yang tersisa bagi Negeri Ratu Elizabeth saat ini adalah meninggalkan Uni Eropa tanpa kompensasi apa-apa pada 12 April. No-deal Brexit di depan mata.Â
Investor pun ramai-ramai melepas mata uang poundsterling. Keluar dari sterling, arus modal masuk ke dolar AS sehingga nilainya menguat.Â
Sementara pasar keuangan Asia juga sedang kurang menarik untuk dimasuki. Penyebabnya adalah data-data yang kurang oke di sejumlah negara.Â
Misalnya di India, angka Purchasing Managers Index (PMI) edisi Maret 2019 versi Nikkei berada di 52,6. Ini menjadi yang terendah dalam 6 bulan terakhir.Â
Kemudian laju inflasi Korea Selatan pada Maret tercatat 0,4% year-on-year (YoY) yang merupakan laju paling lambat sejak Agustus 2016. Ini menandakan konsumsi dan daya beli di Negeri Ginseng melambat, konsumen kurang gairah kurang tenaga.Â
Nada-nada perlambatan ekonomi di Asia yang semakin terdengar membuat investor ragu-ragu. Pelaku pasar pun jadi punya alasan untuk melakukan ambil untung (profit taking), karena kemarin pasar keuangan Asia sudah naik lumayan tajam.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Dolar AS memperoleh kekuatan karena investor cemas terhadap perkembangan Brexit. Parlemen Inggris gagal mencapai suara mayoritas untuk berbagai alternatif yang tersedia setelah proposal Brexit yang diajukan pemerintah tiga kali ditolak. Â
Steven Barclay, Menteri Urusan Brexit Inggris, menegaskan bahwa kegagalan parlemen mencapai kata sepakat membuat satu-satu opsi yang tersisa bagi Negeri Ratu Elizabeth saat ini adalah meninggalkan Uni Eropa tanpa kompensasi apa-apa pada 12 April. No-deal Brexit di depan mata.Â
Sementara pasar keuangan Asia juga sedang kurang menarik untuk dimasuki. Penyebabnya adalah data-data yang kurang oke di sejumlah negara.Â
Misalnya di India, angka Purchasing Managers Index (PMI) edisi Maret 2019 versi Nikkei berada di 52,6. Ini menjadi yang terendah dalam 6 bulan terakhir.Â
Kemudian laju inflasi Korea Selatan pada Maret tercatat 0,4% year-on-year (YoY) yang merupakan laju paling lambat sejak Agustus 2016. Ini menandakan konsumsi dan daya beli di Negeri Ginseng melambat, konsumen kurang gairah kurang tenaga.Â
Nada-nada perlambatan ekonomi di Asia yang semakin terdengar membuat investor ragu-ragu. Pelaku pasar pun jadi punya alasan untuk melakukan ambil untung (profit taking), karena kemarin pasar keuangan Asia sudah naik lumayan tajam.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)