Kalah Cemerlang dari Pasar Modal, Harga Emas Dunia Meredup
Arif Gunawan, CNBC Indonesia
01 April 2019 10:31
Jakarta, CNBC Indonesia- Harga emas berjangka dunia kembali tergelincir setelah pada perdagangan pagi sempat menguat tipis. Kilau emas terlihat kalah cemerlang dibandingkan aset di pasar modal yang hari ini kian moncer.
Pada perdagangan pagi, Senin (1/4/2019), harga logam mulia ini sempat menguat di tengah kian kelamnya prospek pertumbuhan ekonomi dunia, yang membuat logam mulia ini diburu untuk lindung nilai (hedging).
Ketika ekonomi tertekan, emas mendapatkan posisinya sebagai instrumen safe haven (instrumen investasi minim risiko).
Namun, penguatan itu berbalik menjadi negatif pada perdagangan pukul 09.00 pagi ini.
Harga emas di bursa berjangka Chicago (Comex) tersebut berbalik melemah 0,06% ke US$ 1.297.7 per troy ounce. Sementara itu, harga emas di pasar spot AS turun 0,1% ke US$ 1.290,98 per troy ounce.
Pelemahan itu terjadi karena investor cenderung memilih membeli aset-aset di bursa saham di tengah makin menjanjikannya negosiasi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Data ekonomi China pun diprediksi membaik.
Mengutip CNBC global, data manufaktur di Negeri Tirai Bambu itu diprediksi tumbuh untuk pertama kali dalam 4 bulan pada Maret.
Sementara itu, pemerintah China menyatakan akan menunda penerapan tarif bea masuk terhadap produk AS, guna mempermulus negosiasi yang tengah berlangsung.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/tas) Next Article Emas, How High Can You Fly
Pada perdagangan pagi, Senin (1/4/2019), harga logam mulia ini sempat menguat di tengah kian kelamnya prospek pertumbuhan ekonomi dunia, yang membuat logam mulia ini diburu untuk lindung nilai (hedging).
Ketika ekonomi tertekan, emas mendapatkan posisinya sebagai instrumen safe haven (instrumen investasi minim risiko).
Harga emas di bursa berjangka Chicago (Comex) tersebut berbalik melemah 0,06% ke US$ 1.297.7 per troy ounce. Sementara itu, harga emas di pasar spot AS turun 0,1% ke US$ 1.290,98 per troy ounce.
Pelemahan itu terjadi karena investor cenderung memilih membeli aset-aset di bursa saham di tengah makin menjanjikannya negosiasi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Data ekonomi China pun diprediksi membaik.
Mengutip CNBC global, data manufaktur di Negeri Tirai Bambu itu diprediksi tumbuh untuk pertama kali dalam 4 bulan pada Maret.
Sementara itu, pemerintah China menyatakan akan menunda penerapan tarif bea masuk terhadap produk AS, guna mempermulus negosiasi yang tengah berlangsung.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/tas) Next Article Emas, How High Can You Fly
Most Popular