
Rupiah Bangkit dan Jadi yang Terbaik di Asia!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 March 2019 17:06

Setelah seharian tertekan, dolar AS mulai bangkit. Pada pukul 16:21 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,02%. Padahal indeks ini lebih banyak berkubang di zona merah.
Melihat dolar AS yang sudah murah, mungkin investor ngiler juga. Kala terjadi aksi borong, maka nilai tukar dolar AS tentu menguat dan berhasil menekan mata uang Asia.
Selain itu, mungkin faktor domestik juga menggerus penguatan rupiah. Pada akhir kuartal I, perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia harus menyetor dividen ke kantor pusatnya di luar negeri atau membayar cicilan bunga/pokok utang jatuh tempo.
Kebutuhan valas korporasi memang biasanya meningkat setiap akhir kuartal. Rupiah mengalami tekanan jual, dilepas untuk mendapatkan valas demi membayar kewajiban korporasi.
Namun secara garis besar, hari ini tetap bisa dibilang positif buat rupiah. Seiring sentimen ancaman resesi AS yang mereda, investor pun kembali meminati aset-aset di negara berkembang seperti Indonesia.
Apalagi kemudian ada dua sentimen positif yang mendongkrak risk appetite pasar. Pertama adalah komentar dari pejabat teras The Federal Reserve/The Fed. Dalam sebuah seminar di Hong Kong, Presiden The Fed Boston Eric Rosengren memperkirakan ekonomi AS akan tumbuh melambat dalam 3 kuartal ke depan, berada di kisaran 2-2,5%. Perlambatan ekonomi di negara-negara mitra dagang AS seperti China dan Uni Eropa akan berpengaruh terhadap performa Negeri Paman Sam.
Oleh karena itu, Rosengren menegaskan bahwa keputusan The Fed untuk menunda kenaikan suku bunga acuan sudah tepat. “Menghentikan sementara (kenaikan suku bunga acuan) adalah keputusan yang bertanggung jawab,” ujarnya, mengutip Reuters.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Melihat dolar AS yang sudah murah, mungkin investor ngiler juga. Kala terjadi aksi borong, maka nilai tukar dolar AS tentu menguat dan berhasil menekan mata uang Asia.
Selain itu, mungkin faktor domestik juga menggerus penguatan rupiah. Pada akhir kuartal I, perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia harus menyetor dividen ke kantor pusatnya di luar negeri atau membayar cicilan bunga/pokok utang jatuh tempo.
Namun secara garis besar, hari ini tetap bisa dibilang positif buat rupiah. Seiring sentimen ancaman resesi AS yang mereda, investor pun kembali meminati aset-aset di negara berkembang seperti Indonesia.
Apalagi kemudian ada dua sentimen positif yang mendongkrak risk appetite pasar. Pertama adalah komentar dari pejabat teras The Federal Reserve/The Fed. Dalam sebuah seminar di Hong Kong, Presiden The Fed Boston Eric Rosengren memperkirakan ekonomi AS akan tumbuh melambat dalam 3 kuartal ke depan, berada di kisaran 2-2,5%. Perlambatan ekonomi di negara-negara mitra dagang AS seperti China dan Uni Eropa akan berpengaruh terhadap performa Negeri Paman Sam.
Oleh karena itu, Rosengren menegaskan bahwa keputusan The Fed untuk menunda kenaikan suku bunga acuan sudah tepat. “Menghentikan sementara (kenaikan suku bunga acuan) adalah keputusan yang bertanggung jawab,” ujarnya, mengutip Reuters.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular