Rupiah Bangkit dan Jadi yang Terbaik di Asia!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 March 2019 17:06
Rupiah Bangkit dan Jadi yang Terbaik di Asia!
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini menguat di perdagangan pasar spot. Rupiah yang dibuka melemah berhasil berbalik menguat dan bertahan di zona hijau seharian. 

Pada Selasa (26/3/2019), US$ 1 dibanderol Rp 14.165 kala penutupan pasar spot. Rupiah menguat 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan sehari sebelumnya. 


Kala pembukaan pasar, rupiah melemah 0,11%. Namun pelemahan tersebut tidak bertahan lama, karena beberapa menit kemudian rupiah sudah berhasil menyeberang ke zona hijau. 


Rupiah bertahan di area apresiasi seharian, tidak pernah lagi menyentuh zona merah. Walau pergerakan rupiah memang terjadi dalam rentang terbatas.

Posisi terkuat rupiah hari ini ada di Rp 14.150/US$ sementara terlemahnya adalah Rp 14.190/US$ yang terjadi saat pembukaan pasar.
 Berikut perjalanan kurs dolar AS terhadap rupiah hari ini: 



Untung pasar spot valas Indonesia sudah tutup, sebab sore ini sebagian besar mata uang utama Asia melemah di hadapan dolar AS. Tinggal tersisa rupiah, rupee India, dan ringgit Malaysia yang masih mampu menguat. 

Dari tiga serangkai itu, penguatan rupiah menjadi yang terbaik sehingga mata uang Tanah Air sah menjadi yang terkuat di Asia. Padahal penguatan rupiah 'cuma' 0,07%, tetapi karena yang lain mayoritas melemah rupiah pun jadi yang paling mencolok. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 16:18 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Setelah seharian tertekan, dolar AS mulai bangkit. Pada pukul 16:21 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,02%. Padahal indeks ini lebih banyak berkubang di zona merah. 

Melihat dolar AS yang sudah murah, mungkin investor ngiler juga. Kala terjadi aksi borong, maka nilai tukar dolar AS tentu menguat dan berhasil menekan mata uang Asia. 

Selain itu, mungkin faktor domestik juga menggerus penguatan rupiah. Pada akhir kuartal I, perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia harus menyetor dividen ke kantor pusatnya di luar negeri atau membayar cicilan bunga/pokok utang jatuh tempo. 

Kebutuhan valas korporasi memang biasanya meningkat setiap akhir kuartal. Rupiah mengalami tekanan jual, dilepas untuk mendapatkan valas demi membayar kewajiban korporasi. 

Namun secara garis besar, hari ini tetap bisa dibilang positif buat rupiah. Seiring sentimen ancaman resesi AS yang mereda, investor pun kembali meminati aset-aset di negara berkembang seperti Indonesia. 


Apalagi kemudian ada dua sentimen positif yang mendongkrak risk appetite pasar. Pertama adalah komentar dari pejabat teras The Federal Reserve/The Fed. Dalam sebuah seminar di Hong Kong, Presiden The Fed Boston Eric Rosengren memperkirakan ekonomi AS akan tumbuh melambat dalam 3 kuartal ke depan, berada di kisaran 2-2,5%. Perlambatan ekonomi di negara-negara mitra dagang AS seperti China dan Uni Eropa akan berpengaruh terhadap performa Negeri Paman Sam.

Oleh karena itu, Rosengren menegaskan bahwa keputusan The Fed untuk menunda kenaikan suku bunga acuan sudah tepat. “Menghentikan sementara (kenaikan suku bunga acuan) adalah keputusan yang bertanggung jawab,” ujarnya, mengutip Reuters.



(BERLANJUT KE HALAMAN 3)


Kedua, investor juga mulai mengantisipasi dialog dagang AS-China. Pada Kamis-Jumat waktu setempat, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer akan menggelar pertemuan dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He di Beijing.

Pertemuan ini kembali menggelorakan api damai dagang AS-China yang sempat meredup. Ada harapan Washington dan Beijing bisa meneken kesepakatan damai dagang dalam waktu dekat, setidaknya pada tengah tahun.

Untuk memperbaiki hubungan dengan AS, China berkomitmen untuk melakukan reformasi ekonomi. Perdana Menteri Li Keqiang menegaskan Beijing akan lebih transparan dalam penyusunan kebijakan, melindungi hak atas kekayaan intelektual, dan tidak akan memaksakan transfer teknologi.

“China mendorong pengembangan teknologi dan industri untuk menciptakan ruang inovasi dan pembangunan,” tegas Li, mengutip Reuters.

Komitmen China ini diharapkan mendapat tanggapan positif dari AS. Washington memang sudah cukup lama mengeluhkan soal pelanggaran atas hak kekayaan intelektual dan transfer teknologi. Saat China serius untuk menghapuskan praktik tersebut, semoga poros Washington-Beijing akan semakin mesra dan damai dagang segera terwujud.

Pernyataan pejabat The Fed dan damai dagang cukup kuat untuk membuat investor enggan bermain aman dan masuk ke pasar keuangan negara-negara berkembang Asia termasuk Indonesia. Di pasar saham, investor asing mencatatkan beli bersih Rp 338,63 miliar yang membawa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat hampir 1%. IHSG berhasil membalas dendam setelah kemarin anjlok 1,75%. 

Sementara di pasar obligasi pemerintah, lelang yang berlangsung hari ini berlangsung cukup semarak. Pemerintah melelang 7 seri obligasi yang mampu mendatangkan penawaran Rp 59,5 triliun.  

Dari jumlah tersebut, pemerintah memenangkan Rp 24,95 triliun. Lebih tinggi dibandingkan target indikatif yaitu Rp 15 triliun yang menandakan tingginya minat pelaku pasar. 

Derasnya arus modal ke pasar obligasi menyebabkan imbal hasil (yield) di hampir seluruh tenor bergerak turun. Penurunan yield adalah pertanda harga obligasi sedang naik. 

Berikut perkembangan yield obligasi pemerintah Indonesia berbagai tenor: 

 

Jadi meski rupiah hanya menguat tipis, tetapi pencapaian hari ini cukup membanggakan. Apresiasi ini menandai kebangkitan setelah rupiah melemah 2 hari beruntun. Jangan lupa, rupiah juga terbaik di Asia.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular