
Kala The Fed Menyelamatkan Rupiah
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 March 2019 09:27

Namun sepertinya pasar sudah mulai bangkit dan melupakan sentimen tersebut. Apalagi datang pernyataan terbaru dari pejabat teras The Federal Reserve/The Fed yang menyebutkan bank sentral Negeri Paman Sam tetap mengedepankan posisi dovish.
Dalam sebuah seminar di Hong Kong, Presiden The Fed Boston Eric Rosengren memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS akan melambat ke kisaran 2-2,5% dalam tiga kuartal ke depan. Oleh karena itu, penghentian siklus kenaikan suku bunga acuan adalah sebuah hal yang wajar.
Pekan lalu, The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di 2,25,2,5% atau median 2,375%. Tidak hanya itu, The Fed juga memperkirakan suku bunga acuan masih berada di situ sampai akhir 2019. Artinya, tidak ada kenaikan sepanjang tahun ini.
Pernyataan Rosengren membuat reli dolar AS terhenti. Tanpa dukungan kenaikan suku bunga acuan, berinvestasi di instrumen berbasis mata uang ini memang jadi kurang menarik. Dolar AS pun mengalami tekanan jual, dan aliran modal berhamburan ke segala penjuru termasuk Indonesia.
Pada pukul 09:16 WIB, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menguat 0,96% dan investor asing membukukan beli bersih Rp 6,61 miliar. Sementara di pasar obligasi pemerintah, yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun turun 0,5 basis poin. Penurunan yield adalah pertanda harga obligasi sedang naik karena tingginya minat pelaku pasar.
Jadi saat ini rupiah patut berterima kasih kepada The Fed. Sebab kalemnya The Fed terbukti mampu mengalahkan ancaman resesi di Negeri Paman Sam.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Dalam sebuah seminar di Hong Kong, Presiden The Fed Boston Eric Rosengren memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS akan melambat ke kisaran 2-2,5% dalam tiga kuartal ke depan. Oleh karena itu, penghentian siklus kenaikan suku bunga acuan adalah sebuah hal yang wajar.
Pekan lalu, The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di 2,25,2,5% atau median 2,375%. Tidak hanya itu, The Fed juga memperkirakan suku bunga acuan masih berada di situ sampai akhir 2019. Artinya, tidak ada kenaikan sepanjang tahun ini.
Pada pukul 09:16 WIB, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menguat 0,96% dan investor asing membukukan beli bersih Rp 6,61 miliar. Sementara di pasar obligasi pemerintah, yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun turun 0,5 basis poin. Penurunan yield adalah pertanda harga obligasi sedang naik karena tingginya minat pelaku pasar.
Jadi saat ini rupiah patut berterima kasih kepada The Fed. Sebab kalemnya The Fed terbukti mampu mengalahkan ancaman resesi di Negeri Paman Sam.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular