
Straits Times Berhasil Move On dari Isu Resesi
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
26 March 2019 08:41

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Straits Times (STI) dibuka menguat 0,39% ke level 3.195,47. Dari 30 saham yang menghuni indeks acuan bursa saham Singapura tersebut, sebanyak 27 mencatatkan kenaikan harga dan 3 saham tidak mencatatkan perubahan harga.
Bursa saham acuan Singapura berhasil move-on dari isu resesi ekonomi AS yang nampaknya memang belum pasti terjadi jika data fundamental perekonomian menunjukkan angka yang menggembirakan.
Kemarin (25/3/2019), Pemerintah Negeri Singa mencatatkan inflasi inti terkoreksi 1,5% di bulan Februari dari yang sebelumnya 1,7%. Inflasi inti di Singapura mengukur pergerakan harga yang dibayar konsumen untuk produk selain akomodasi dan fasilitas transportasi (darat) publik, dilansir Trading Economics.
Lebih lanjut, inflasi tahunan Singapura juga tumbuh 0,5% di bulan Februari dari sebelumnya 0,4% di bulan Januari. Jika dibandingkan antar bulan, harga produk konsumen di bulan lalu meningkat 0,5% yang merupakan angka tertinggi semenjak bulan Mei, setelah sebelumnya mengalami deflasi 0,3% di bulan Januari.
Perolehan inflasi tersebut menjadi hal yang menggembirakan bagi pelaku pasar karena sepertinya konsumsi masyarakat meningkat, dan dengan inflasi inti yang rendah, besar kemungkinan pasar berekspektasi bahwa kedepannya harga akan turun. Alhasil, ke depannya, konsumsi juga akan semakin tumbuh.
Di sisi lain, menenangnya pasar AS juga memberikan sentimen positif bagi Singapura.
Dari Wall Street, tiga indeks utama berakhir variatif tetapi jauh lebih baik dibandingkan kinerja akhir pekan lalu. Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik tipis 0,07%, S&P 500 turun 0,08%, dan Nasdaq Composite melemah 0,06%.
Isu resesi ekonomi AS sepertinya berhasil ditenangkan dengan pendapat para ekonomi.
Presiden Bank Sentral Federal Chicago Charles Evans mengatakan bahwa inversi yang terjadi di obligasi pemerintah cukup sempit dan bukan situasi yang mengkhawatirkan.
"Beberapa diantaranya (pergerakan yield) bersifat structural dimana ini berkaitan dengan trend pertumbuhan yang lebih rendah dan suku bunga riil yang lebih rendah. Jadi, saya pikir, pada kondisi seperti ini, sungguh alami jika kurva imbal hasil agak datar daripada sebelumnya," ujar Evan, dilansir Reuters.
Pada hari ini, pelaku pasar akan mencermati rilis data ekonomi produksi sektor industri di bulan Februari yang dijadwalkan akan diumumkan pukul 12:00 WIB.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Manufaktur Singapura Tertekan, Straits Times Melemah
Bursa saham acuan Singapura berhasil move-on dari isu resesi ekonomi AS yang nampaknya memang belum pasti terjadi jika data fundamental perekonomian menunjukkan angka yang menggembirakan.
Kemarin (25/3/2019), Pemerintah Negeri Singa mencatatkan inflasi inti terkoreksi 1,5% di bulan Februari dari yang sebelumnya 1,7%. Inflasi inti di Singapura mengukur pergerakan harga yang dibayar konsumen untuk produk selain akomodasi dan fasilitas transportasi (darat) publik, dilansir Trading Economics.
Perolehan inflasi tersebut menjadi hal yang menggembirakan bagi pelaku pasar karena sepertinya konsumsi masyarakat meningkat, dan dengan inflasi inti yang rendah, besar kemungkinan pasar berekspektasi bahwa kedepannya harga akan turun. Alhasil, ke depannya, konsumsi juga akan semakin tumbuh.
Di sisi lain, menenangnya pasar AS juga memberikan sentimen positif bagi Singapura.
Dari Wall Street, tiga indeks utama berakhir variatif tetapi jauh lebih baik dibandingkan kinerja akhir pekan lalu. Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik tipis 0,07%, S&P 500 turun 0,08%, dan Nasdaq Composite melemah 0,06%.
Isu resesi ekonomi AS sepertinya berhasil ditenangkan dengan pendapat para ekonomi.
Presiden Bank Sentral Federal Chicago Charles Evans mengatakan bahwa inversi yang terjadi di obligasi pemerintah cukup sempit dan bukan situasi yang mengkhawatirkan.
"Beberapa diantaranya (pergerakan yield) bersifat structural dimana ini berkaitan dengan trend pertumbuhan yang lebih rendah dan suku bunga riil yang lebih rendah. Jadi, saya pikir, pada kondisi seperti ini, sungguh alami jika kurva imbal hasil agak datar daripada sebelumnya," ujar Evan, dilansir Reuters.
Pada hari ini, pelaku pasar akan mencermati rilis data ekonomi produksi sektor industri di bulan Februari yang dijadwalkan akan diumumkan pukul 12:00 WIB.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Manufaktur Singapura Tertekan, Straits Times Melemah
Most Popular