"Endgame" PM May, Poundsterling Gagal Bangkit

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
25 March 2019 17:40
Nilai tukar pound sterling Inggris terlihat mulai bertenaga memasuki perdagangan sesi Eropa
Foto: Ilustrasi Poundsterling (REUTERS/Chris J Ratcliffe)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar poundsterling Inggris terlihat mulai bertenaga memasuki perdagangan sesi Eropa Senin (25/3/19). Sempat tertekan hingga ke level US$ 1,3159, pada pukul 16:00 WIB pound sterling berbalik menguat ke level US$ 1,3218.

Namun poundsterling kembali bergerak turun, pada pukul 16:39 WIB ditransaksikan di kisaran US$ 1,3187.

Poundsterling terlihat memanfaatkan tekanan yang dialami dolar akibat spekulasi AS akan mengalami resesi pasca terjadi inversi yield obligasi tenor 3 bulan dengan 10 tahun. Meski demikian, panasnya tensi politik di Inggris membuat mata uang negeri Ratu Elizabeth ini masih sulit untuk terus melaju naik.

Inversi curva yield, dimana yeild obligasi tenor 3 bulan lebih tinggi dibandingkan dengan yield tenor 10 tahun mulai terjadi pada hari Jumat (22/3/19). Berkaca dari sejarah, ketika terjadi inversi dua yield ini, dalam beberapa bulan ke depan AS akan mengalami resesi.

Kali terakhir inversi ini muncul pada Januari 2017, dan AS mengalami resesi di akhir tahun 2018.

Dari Inggris, mengutip Bloomberg, Perdana Menteri Theresa May dilaporkan menghadapi "endgame" di pekan ini. Sebelum voting proposal Brexit yang rencananya dilakukan hari Sabtu (30/3/19), Parlemen Inggris hari ini dikabarkan akan mengadakan voting yang memungkinkan anggota Parlemen mengambil alih agenda legislatif selama satu hari di hari Rabu.

Dengan demikian, para anggota Parlemen dapat memberikan pilihan yang berbeda dalam proposal Brexit, mulai dari referendum kedua, hingga membatalkan Brexit.

Selain dari Parlemen, PM May juga dikabarkan mendapat perlawanan dari Kabinetnya sendiri. PM May dikabarkan diminta untuk mengundurkan diri, beberapa diantaranya berpendapat hal tersebut dapat membantu didukungnya proposal Brexit oleh Parlemen.

Sebelumnya pada pekan lalu, pihak Uni Eropa telah setuju untuk memberikan penundaan Brexit hingga 22 Mei, dengan syarat PM May mampu memenangi voting proposal Brexit di Parlemen. Sementara jika gagal, penundaan Brexit, yang sejatinya harus dilakukan pada 29 Maret, hanya diberikan sampai 12 April.  

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/hps) Next Article Masih Bertahan, Yen pada Level Tertinggi dalam 5 Pekan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular