
Resesi, Resesi, dan Resesi Bikin IHSG Terkapar 1,75%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
25 March 2019 17:00

Sektor barang konsumsi yang anjlok 2,77% menjadi sektor dengan kontribusi terbesar bagi koreksi IHSG. Sejauh ini, indikator-indikator yang ada memang menunjukkan bahwa konsumsi masyarakat Indonesia berada dalam posisi yang kuat.
Pada awal bulan ini, BPS mengumumkan bahwa pada bulan Februari terjadi deflasi sebesar 0,08% MoM, lebih dalam dibandingkan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia yakni deflasi sebesar 0,05% MoM. Sementara itu, tingkat inflasi secara tahunan diumumkan di level 2,57%.
Sejatinya, deflasi bisa diinterpretasikan sebagai bukti dari lemahnya daya beli masyarakat Indonesia. Namun, deflasi pada bulan Februari praktis hanya disumbang oleh kelompok bahan makanan yang turun hingga 1,11% MoM. Sementara itu, enam komponen pembentuk inflasi lainnya membukukan kenaikan harga.
Lantas, secara keseluruhan investor melihat bahwa daya beli masyarakat Indonesia masih kuat. Penurunan tingkat harga pada kelompok bahan makanan lebih disebabkan oleh berlimpahnya pasokan atau distribusi yang baik.
Lebih lanjut, pesatnya penjualan barang-barang ritel juga meyakinkan investor bahwa daya beli dan konsumsi masyarakat Indonesia masih kuat.
Pada tanggal 11 Maret selepas perdagangan di bursa saham ditutup, Bank Indonesia (BI) merilis Survei Penjualan Eceran periode Januari 2019, menunjukkan bahwa penjualan barang-barang ritel tumbuh sebesar 9,4% YoY pada bulan Januari, jauh di atas capaian periode yang sama tahun lalu yakni pertumbuhan sebesar 3,7% YoY saja.
Kemudian, angka sementara untuk pertumbuhan penjualan barang-barang ritel periode Februari 2019 berada di level 15,8% YoY, juga mengalahkan capaian periode yang sama tahun lalu yang sebesar 9,5% YoY.
Namun begitu, melambatnya aktivitas ekonomi Indonesia sebagai dampak dari resesi di AS akan membuat penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan pendapatan berada dalam tekanan.
Hal tersebut pada akhirnya berpotensi menekan pendapatan emiten-emiten barang konsumsi.
Jangan lupakan juga bahwa sejak menyentuh titik terendah dalam 1 tahun pada 12 November 2018 hingga penutupan perdagangan hari Jumat, indeks sektor barang konsumsi telah melesat sebesar 18,1%.
Alhasil, ruang bagi investor untuk melepas saham-saham barang konsumsi dan merealisasikan keuntungan yang sudah didapatkan menjadi begitu besar. (ank/hps)
Pada awal bulan ini, BPS mengumumkan bahwa pada bulan Februari terjadi deflasi sebesar 0,08% MoM, lebih dalam dibandingkan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia yakni deflasi sebesar 0,05% MoM. Sementara itu, tingkat inflasi secara tahunan diumumkan di level 2,57%.
Sejatinya, deflasi bisa diinterpretasikan sebagai bukti dari lemahnya daya beli masyarakat Indonesia. Namun, deflasi pada bulan Februari praktis hanya disumbang oleh kelompok bahan makanan yang turun hingga 1,11% MoM. Sementara itu, enam komponen pembentuk inflasi lainnya membukukan kenaikan harga.
Lebih lanjut, pesatnya penjualan barang-barang ritel juga meyakinkan investor bahwa daya beli dan konsumsi masyarakat Indonesia masih kuat.
Pada tanggal 11 Maret selepas perdagangan di bursa saham ditutup, Bank Indonesia (BI) merilis Survei Penjualan Eceran periode Januari 2019, menunjukkan bahwa penjualan barang-barang ritel tumbuh sebesar 9,4% YoY pada bulan Januari, jauh di atas capaian periode yang sama tahun lalu yakni pertumbuhan sebesar 3,7% YoY saja.
Kemudian, angka sementara untuk pertumbuhan penjualan barang-barang ritel periode Februari 2019 berada di level 15,8% YoY, juga mengalahkan capaian periode yang sama tahun lalu yang sebesar 9,5% YoY.
Namun begitu, melambatnya aktivitas ekonomi Indonesia sebagai dampak dari resesi di AS akan membuat penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan pendapatan berada dalam tekanan.
Hal tersebut pada akhirnya berpotensi menekan pendapatan emiten-emiten barang konsumsi.
Jangan lupakan juga bahwa sejak menyentuh titik terendah dalam 1 tahun pada 12 November 2018 hingga penutupan perdagangan hari Jumat, indeks sektor barang konsumsi telah melesat sebesar 18,1%.
Alhasil, ruang bagi investor untuk melepas saham-saham barang konsumsi dan merealisasikan keuntungan yang sudah didapatkan menjadi begitu besar. (ank/hps)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular