
Setelah Anjlok Gara-gara The Fed, Dolar AS Perlahan Bangkit
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
21 March 2019 19:15

Jakarta, CNBC Indonesia - Sikap menahan diri atau dovish dari bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve/The Fed, membuat nilai dolar AS anjlok pada perdagangan Rabu (20/3/19). Tapi menjelang dibukanya perdagangan sesi AS Kamis (21/3/19), dolar perlahan mulai bangkit.
Pada perdagangan pukul 18:42 WIB, indeks dolar (DXY) berada di kisaran 96,21 atau naik 0,47% dibandingkan penutupan perdagangan Rabu.
Pertemuan Uni Eropa di Brussels, Belgia, pada hari ini sepertinya membantu dolar pulih dari tekanan.
Kelanjutan rencana keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau Brexit kemungkinan akan terjawab nanti ketika hasil pertemuan itu dipublikasikan.
Perdana Menteri Inggris, Theresa May, dikabarkan akan mengajukan penundaan Brexit akibat kebuntuan yang terjadi di Parlemen Inggris. Brexit sejatinya harus dilakukan pada 29 Maret mendatang. Tapi masalah muncul ketika Parlemen Inggris menolak melakukan voting proposal yang diajukan PM May pada pekan ini.
Kabar terbaru menyebutkan jika para pemimpin Uni Eropa setuju menunda Brexit, asalkan PM May bisa menang di Parlemen Inggris pekan depan.
Sebelumnya, proposal kesepakatan Brexit yang dibuat PM May berkali-kali mentah di Parlemen Inggris saat voting.
Ketidakpastian yang terus menyelimuti ini membuat poundsterling Inggris terus tertekan, yang juga menyeret euro juga melemah pada hari ini. Sentimen negatif yang didapat euro dari poundsterling itulah yang membuat dolar mendapat tenaga untuk bangkit.
Indeks dolar merupakan merupakan instrumen yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang yakni euro, yen Jepang, poundsterling, dolar Kanada, Krona Swedia, dan franc Swiss.
Dari enam mata uang tersebut, euro memberikan kontribusi paling besar dalam membentuk indeks dolar yakni sebesar 57,6%.
Poundsterling menempati peringkat ketiga sebesar 11,9%, setelah yen sebesar 13,6%. Jadi jika euro dan poundsterling melemah terhadap dolar, sudah pasti indeks dolar akan menguat. Penguatan indeks dolar dapat memberikan dampak psikologis yang membuat mata uang lainnya terimbas melemah terhadap dolar.
Kebangkitan dolar AS kemungkinan bisa berlanjut jika data aktivitas manufaktur wilayah Philadelphia, AS, kembali berekspansi.
Mengutip Forex Factory, data yang dirilis pukul 19:30 WIB tersebut diperkirakan sebesar 4,6 untuk bulan ini, naik dari Februari lalu yang minus (-4,1). Rilis data di atas 0 memiliki arti ekspansi atau meningkatnya aktivitas bisnis manufaktur, sementara level di bawah 0 menunjukkan kontraksi atau aktivitas yang memburuk.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/tas) Next Article Poundsterling Loyo Meski The Fed Dovish
Pada perdagangan pukul 18:42 WIB, indeks dolar (DXY) berada di kisaran 96,21 atau naik 0,47% dibandingkan penutupan perdagangan Rabu.
Pertemuan Uni Eropa di Brussels, Belgia, pada hari ini sepertinya membantu dolar pulih dari tekanan.
![]() |
Kelanjutan rencana keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau Brexit kemungkinan akan terjawab nanti ketika hasil pertemuan itu dipublikasikan.
Perdana Menteri Inggris, Theresa May, dikabarkan akan mengajukan penundaan Brexit akibat kebuntuan yang terjadi di Parlemen Inggris. Brexit sejatinya harus dilakukan pada 29 Maret mendatang. Tapi masalah muncul ketika Parlemen Inggris menolak melakukan voting proposal yang diajukan PM May pada pekan ini.
Kabar terbaru menyebutkan jika para pemimpin Uni Eropa setuju menunda Brexit, asalkan PM May bisa menang di Parlemen Inggris pekan depan.
Sebelumnya, proposal kesepakatan Brexit yang dibuat PM May berkali-kali mentah di Parlemen Inggris saat voting.
Ketidakpastian yang terus menyelimuti ini membuat poundsterling Inggris terus tertekan, yang juga menyeret euro juga melemah pada hari ini. Sentimen negatif yang didapat euro dari poundsterling itulah yang membuat dolar mendapat tenaga untuk bangkit.
Indeks dolar merupakan merupakan instrumen yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang yakni euro, yen Jepang, poundsterling, dolar Kanada, Krona Swedia, dan franc Swiss.
Dari enam mata uang tersebut, euro memberikan kontribusi paling besar dalam membentuk indeks dolar yakni sebesar 57,6%.
Poundsterling menempati peringkat ketiga sebesar 11,9%, setelah yen sebesar 13,6%. Jadi jika euro dan poundsterling melemah terhadap dolar, sudah pasti indeks dolar akan menguat. Penguatan indeks dolar dapat memberikan dampak psikologis yang membuat mata uang lainnya terimbas melemah terhadap dolar.
Kebangkitan dolar AS kemungkinan bisa berlanjut jika data aktivitas manufaktur wilayah Philadelphia, AS, kembali berekspansi.
Mengutip Forex Factory, data yang dirilis pukul 19:30 WIB tersebut diperkirakan sebesar 4,6 untuk bulan ini, naik dari Februari lalu yang minus (-4,1). Rilis data di atas 0 memiliki arti ekspansi atau meningkatnya aktivitas bisnis manufaktur, sementara level di bawah 0 menunjukkan kontraksi atau aktivitas yang memburuk.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/tas) Next Article Poundsterling Loyo Meski The Fed Dovish
Most Popular