
Aturan ODOL Bakal Tekan Kinerja Indocement, Apa Itu?
tahir saleh, CNBC Indonesia
21 March 2019 17:59

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten pemilik merek Semen Tiga Roda, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), memproyeksikan kinerja perusahaan akan tertekan serius dengan implementasi aturan batasan dimensi dan melebihi muatan (over dimensi over load/ODOL) dari Kementerian Perhubungan.
Dalam dokumen paparan publik yang akan disampaikan besok, Jumat (22/3/2019), manajemen Indocement menegaskan aturan ODOL tersebut berpengaruh lantaran lokasi perusahaan terkonsentrasi di wilayah Jawa Barat.
"Jika kebijakan ODOL diberlakukan, maka posisi Indocement akan melemah drastis berhubung lokasi Indocement yang terkonsentrasi di Jawa Barat," tulis dokumen tersebut dikutip dari Bursa Efek Indonesia, Kamis (21/3/2019).
Saat ini, dalam aturan Kementerian Perhubungan (Kemenhub), tidak boleh sembarangan melanggar dimensi dan melebihi muatan. Apalagi Kemenhub melalui Ditjen Perhubungan Darat sudah menerapkan aplikasi berlabel Ritase.com. Sektor semen juga diketahui menjadi salah satu yang sering kedapatan kelebihan muatan.
Sepanjang tahun 2018, laporan keuangan INTP menunjukkan penjualan naik hingga 5,26% YoY menjadi Rp 15,19 triliun dari tahun sebelumnya Rp 14,43 triliun.
Namun sayang, pertumbuhan penjualan tersebut tidak bisa membantu kinerja laba bersih yang anjlok 38,38% YoY menjadi Rp 1,15 triliun dari sebelumnya Rp 1,86 triliun.
Tim Riset CNBC Indonesia merekam, dengan pencapaian ini maka INTP membukukan penurunan laba bersih 4 tahun berturut-turut. Terakhir kali perusahaan membukukan kenaikan laba bersih adalah tahun 2014.
Tahun lalu, penjualan semen mencapai 19,17 juta ton dari tahun sebelumnya sebanyak 17,91 juta ton atau naik 7%. Dari jumlah itu, volume ekspor hanya mencapai 135.000 ton atau minus 17,9% dari tahun sebelumnya 164.000 ton.
Di sisi lain, dokumen tersebut juga memaparkan optimisme atas industri semen nasional.
"Konsumsi semen nasional mulai bertumbuh positif sebesar 5% di tahun 2018 dibandingkan dengan 7,6% di tahun 2017 dan diperkirakan akan bertumbuh sebesar 4% di tahun pemilu 2019," tulis manajemen INTP.
Selain itu, konsumsi semen di tahun 2019 masih didorong proyek infrastruktur dan penyelesaian proyek komersial, dan proyek residensial yang akan dimulai di semester II-2019 setelah pemilu dan hari raya Idul Fitri atau lebaran.
Katalis positif lainnya yakni efek pengganda dari selesainya proyek jalan Lintas Jawa. "Penurunan pajak terhadap rumah mewah dan pengendoran peraturan pinjaman (LTV) juga diharapkan mendorong sektor properti di tahun 2019."
Manajemen mengungkapkan, target utama perusahaan ialah untuk memenuhi permintaan klinker di pasar Jawa Barat dengan harga yang bagus. Namun perseroan juga meninjau peluang pangsa pasar ekspor dari pabrik Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan, seperti China dan Filipina.
Simak ulasan tentang kompetisi bisnis semen di Indonesia.
[Gambas:Video CNBC]
(tas/hps) Next Article Live! Hadapi Serbuan China, Ini Siasat Produsen Semen Lokal
Dalam dokumen paparan publik yang akan disampaikan besok, Jumat (22/3/2019), manajemen Indocement menegaskan aturan ODOL tersebut berpengaruh lantaran lokasi perusahaan terkonsentrasi di wilayah Jawa Barat.
"Jika kebijakan ODOL diberlakukan, maka posisi Indocement akan melemah drastis berhubung lokasi Indocement yang terkonsentrasi di Jawa Barat," tulis dokumen tersebut dikutip dari Bursa Efek Indonesia, Kamis (21/3/2019).
Saat ini, dalam aturan Kementerian Perhubungan (Kemenhub), tidak boleh sembarangan melanggar dimensi dan melebihi muatan. Apalagi Kemenhub melalui Ditjen Perhubungan Darat sudah menerapkan aplikasi berlabel Ritase.com. Sektor semen juga diketahui menjadi salah satu yang sering kedapatan kelebihan muatan.
Sepanjang tahun 2018, laporan keuangan INTP menunjukkan penjualan naik hingga 5,26% YoY menjadi Rp 15,19 triliun dari tahun sebelumnya Rp 14,43 triliun.
Tim Riset CNBC Indonesia merekam, dengan pencapaian ini maka INTP membukukan penurunan laba bersih 4 tahun berturut-turut. Terakhir kali perusahaan membukukan kenaikan laba bersih adalah tahun 2014.
Tahun lalu, penjualan semen mencapai 19,17 juta ton dari tahun sebelumnya sebanyak 17,91 juta ton atau naik 7%. Dari jumlah itu, volume ekspor hanya mencapai 135.000 ton atau minus 17,9% dari tahun sebelumnya 164.000 ton.
Di sisi lain, dokumen tersebut juga memaparkan optimisme atas industri semen nasional.
"Konsumsi semen nasional mulai bertumbuh positif sebesar 5% di tahun 2018 dibandingkan dengan 7,6% di tahun 2017 dan diperkirakan akan bertumbuh sebesar 4% di tahun pemilu 2019," tulis manajemen INTP.
Selain itu, konsumsi semen di tahun 2019 masih didorong proyek infrastruktur dan penyelesaian proyek komersial, dan proyek residensial yang akan dimulai di semester II-2019 setelah pemilu dan hari raya Idul Fitri atau lebaran.
Katalis positif lainnya yakni efek pengganda dari selesainya proyek jalan Lintas Jawa. "Penurunan pajak terhadap rumah mewah dan pengendoran peraturan pinjaman (LTV) juga diharapkan mendorong sektor properti di tahun 2019."
Manajemen mengungkapkan, target utama perusahaan ialah untuk memenuhi permintaan klinker di pasar Jawa Barat dengan harga yang bagus. Namun perseroan juga meninjau peluang pangsa pasar ekspor dari pabrik Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan, seperti China dan Filipina.
Simak ulasan tentang kompetisi bisnis semen di Indonesia.
[Gambas:Video CNBC]
(tas/hps) Next Article Live! Hadapi Serbuan China, Ini Siasat Produsen Semen Lokal
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular