
Pasar Percaya Kepada Rupiah, Sang Nomor 1 di Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 March 2019 12:39

Penguatan rupiah hari ini layak diacungi jempol karena dolar AS mulai menancapkan kukunya di Asia. Tidak hanya di Asia, dolar AS juga menguat secara global di mana Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) terapresiasi 0,14% pada pukul 12:13 WIB.
Investor mulai kembali melirik dolar AS yang memang sudah tertekan lumayan dalam. Selama sepekan terakhir, Dollar Index sudah melemah 0,92%. Dolar AS yang sudah murah membuat investor kembali meminati mata uang ini sehingga nilainya menguat.
Namun sentimen itu tidak berlaku bagi rupiah. Sebab, sepertinya investor lebih melihat prospek rupiah ke depan yang sepertinya cukup cerah.
Dini hari tadi waktu Indonesia, Bank Sentral AS The Federal Reserve/The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di 2,25-2,5% atau median 2,375%. Federal Funds Rate kemungkinan besar akan bertahan di angka itu hingga akhir tahun, berdasarkan dot plot terakhir.
Artinya, satu faktor risiko buat rupiah sudah gugur. Tanpa kenaikan suku bunga acuan, dolar AS dalam jangka pendek akan kurang menarik sehingga rupiah masih berpeluang untuk lebih dipilih oleh pelaku pasar.
Plus inflasi domestik juga masih terkendali, baru 2,57% year-on-year (YoY) hingga Februari. Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi sepanjang 2019 akan berada di bawah 3,5%.
Baca: Gubernur BI Pastikan Inflasi 2019 di Bawah 3,5%
Ini membuat nilai rupiah aman karena tidak tergerus oleh inflasi yang tinggi. Faktor risiko rupiah yang berkurang satu per satu membuatnya kembali mendapat kepercayaan investor.
Aksi beli pun terjadi terhadap aset-aset berbasis rupiah. Di pasar saham, investor asing membukukan beli bersih Rp 1,3 miliar di penutupan perdagangan Sesi I. Sementara di pasar obligasi pemerintah, imbal hasil (yield) surat utang seri acuan tenor 10 tahun 6,8 basis poin (bps) yang menandakan harga instrumen ini sednag naik karena tingginya permintaan.
Arus modal di pasar saham dan obligasi tersebut membuat rupiah melaju di jalur cepat. Bahkan menjadi mata uang nomor 1 di Asia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Investor mulai kembali melirik dolar AS yang memang sudah tertekan lumayan dalam. Selama sepekan terakhir, Dollar Index sudah melemah 0,92%. Dolar AS yang sudah murah membuat investor kembali meminati mata uang ini sehingga nilainya menguat.
Namun sentimen itu tidak berlaku bagi rupiah. Sebab, sepertinya investor lebih melihat prospek rupiah ke depan yang sepertinya cukup cerah.
Artinya, satu faktor risiko buat rupiah sudah gugur. Tanpa kenaikan suku bunga acuan, dolar AS dalam jangka pendek akan kurang menarik sehingga rupiah masih berpeluang untuk lebih dipilih oleh pelaku pasar.
Plus inflasi domestik juga masih terkendali, baru 2,57% year-on-year (YoY) hingga Februari. Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi sepanjang 2019 akan berada di bawah 3,5%.
Baca: Gubernur BI Pastikan Inflasi 2019 di Bawah 3,5%
Ini membuat nilai rupiah aman karena tidak tergerus oleh inflasi yang tinggi. Faktor risiko rupiah yang berkurang satu per satu membuatnya kembali mendapat kepercayaan investor.
Aksi beli pun terjadi terhadap aset-aset berbasis rupiah. Di pasar saham, investor asing membukukan beli bersih Rp 1,3 miliar di penutupan perdagangan Sesi I. Sementara di pasar obligasi pemerintah, imbal hasil (yield) surat utang seri acuan tenor 10 tahun 6,8 basis poin (bps) yang menandakan harga instrumen ini sednag naik karena tingginya permintaan.
Arus modal di pasar saham dan obligasi tersebut membuat rupiah melaju di jalur cepat. Bahkan menjadi mata uang nomor 1 di Asia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular