Rupiah Menguat 4 Hari Beruntun + No 1 Asia, Kurang Apa Coba?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
20 March 2019 16:51
Rupiah Menguat 4 Hari Beruntun + No 1 Asia, Kurang Apa Coba?
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta. CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Hebatnya lagi, rupiah menjadi mata uang terkuat di Asia. 

Pada Rabu (20/3/2019), US$ 1 dibanderol Rp 14.180 kala penutupan pasar spot. Rupiah menguat 0,32% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya dan menyentuh titik terkuat sejak 7 Maret. 

Kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,1%. Rupiah sempat kehilangan apresiasinya, menjadi stagnan meski tidak lama. 


Kemudian rupiah kembali menguat dan perlahan penguatannya semakin tebal. Dolar AS pun berhasil diturunkan ke bawah Rp 14.200. 


Penguatan hari ini membuat apresiasi rupiah terjadi selama empat hari beruntun. Ini menjadi rantai penguatan terpanjang sejak 22-28 Januari. 




Selain menguat 4 hari berturut-turut, ada prestasi lain yang ditorehkan rupiah hari ini. Penguatan 0,32% menjadikan rupiah sebagai mata uang terbaik di Asia. Dalam hal menguat terhadap dolar AS, tidak ada mata uang utama Benua Kuning yang sebaik rupiah. Kurang apa lagi coba?

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 16:12 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Pencapaian rupiah juga terasa spesial karena mayoritas mata uang Asia melemah di hadapan dolar AS. Tidak hanya di Asia, dolar AS juga perkasa secara global. Pada pukul 16:14 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,13%.  

Dolar AS mendapat momentum penguatan karena memang sudah tertekan cukup dalam. Selama sebulan terakhir, Dollar Index sudah terkoreksi 0,4%. Dolar AS yang sudah murah membuat investor tertarik untuk kembali mengoleksi mata uang ini. 

 

Namun rupiah berhasil menguat dengan alasan yang kurang lebih sama dengan dolar AS. Selama sebulan terakhir, rupiah anjlok 1,03% di hadapan dolar AS. Depresiasi yang sudah dalam ini membuat rupiah berpotensi mengalami technical rebound

Rupiah yang sudah murah mendorong investor untuk membeli aset-aset berbasis mata uang ini. Di pasar saham, investor asing membukukan beli bersih Rp 260,6 miliar yang mengantar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,04%. Padahal IHSG lebih banyak menghabiskan waktu di zona merah hari ini. 


Sementara di pasar obligasi pemerintah, imbal hasil (yield) surat utang mayoritas bergerak turun. Penurunan yield adalah cerminan harga instrumen ini sedang naik karena tingginya minat pelaku pasar. 

Berikut perkembangan yield obligasi pemerintah berbagai tenor: 

 



(BERLANJUT KE HALAMAN 3)


Selain aliran hot money tersebut, rupiah juga terbantu oleh perkembangan harga minyak. Pada pukul 16:29 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet turun masing-masing 0,03% dan 0,41%. 

Salah satu sentimen pemberat harga si emas hitam adalah kekhawatiran kelebihan pasokan. Dini hari nanti waktu Indonesia, US Energy Information Administration akan merilis data cadangan minyak AS. 

Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan cadangan minyak Negeri Paman Sam pada pekan yang berakhir pada 15 Maret bertambah 0,3 juta barel. Naik tajam dibandingkan pekan sebelumnya yang turun 3,02 juta barel. Tambahan pasokan ini menyebabkan harga minyak terdorong ke bawah.  

Bagi rupiah, penurunan harga minyak adalah berkah. Indonesia merupakan negara net importir minyak, yang mau tidak mau harus mengimpor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri karena produksi belum memadai. 

Ketika harga minyak turun, maka biaya impor komoditas ini akan lebih murah. Devisa yang 'terbakar' untuk keperluan impor menjadi lebih sedikit sehingga mengurangi tekanan di transaksi berjalan (current account). Rupiah pun punya kesempatan untuk menguat karena fondasi yang lebih kokoh.


TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular