Terendah Dalam 10 Bulan, Harga Batu Bara Terus Merana

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
20 March 2019 16:03
Permintaan Global Masih Lesu
Foto: REUTERS/Beawiharta/File Photo
Tak hanya dari China, Jepang sebagai salah satu importir batu bara asal Australia terbesar juga menunjukkan sinyal-sinyal perlambatan permitaan batu bara.

Pada hari Senin (18/3/2019), Jepang mengumumkan jumlah impor batu bara periode Februari yang tercatat lebih rendah 4% dibanding tahun sebelumnya (YoY).

Sebelumnya, Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Jepang periode Februari juga dibacakan di angka 48,9 yang merupakan nilai paling rendah sejak 32 bulan terakhir. Angka di bawah 50 artinya terjadi kontraksi di sektor manufaktur Negeri Sakura.

Data-data tersebut semakin mengonfirmasi perlambatan ekonomi yang berujung pada penurunan permintaan energi, yang besar disumbang dari batu bara.

Potensi perlambatan ekonomi global juga masih mewarnai sentimen yang membebani pergerakan harga batu bara.

Bloomberg melaporkan bahwa kemungkinan China menolak memenuhi permintaan Amerika Serikat (AS) telah membuat beberapa orang pejabat di Washington khawatir, seperti yang dilansir dari Reuters.

Menyusul kabar tersebut, Perwakilan Dagang AS, Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin telah merencanakan perjalanan ke China pada minggu depan untuk melanjutkan perundingan dagang dengan Wakil Perdana Menteri China, Liu He, mengutip Reuters.

Padahal sebelumnya rencana tersebut belum pernah diungkapkan.

Ini membuat, damai dagang AS-China yang sudah didamba-dambakan seluruh negeri menjadi semakin terasa jauh.

Bila benar tak ada kesepakatan apapun, Gedung Putih juga sudah mengatakan kan meningkatkan bea impor produk-produk asal Negeri Panda yang senilai US$ 200 miliar menjadi 25% (dari yang semula 10%).

Sekenario saling lempar tarif baru pun tak bisa dielakkan kala hal tersebut terjadi. China akan bereaksi yang akan memicu hambatan pada rantai pasokan dunia.

Pasalnya yang berseteru merupakan negara dengan perekonomian terbesar di dunia. Hampir pasti semua negara memiliki hubungan perdagangan dengan keduanya. Baik langsung maupun tak langsung.

Dampaknya, perekonomian global akan semakin melambat (dari yang sudah lambat). Aktivitas industri pun ikut lesu. Permintaan energi akan semakin tak tumbuh, bahkan berpotensi terkontraksi.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/gus)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular