Laba Pertamina: Q3 Cuma Rp 5 T, Akhir 2018 Kok Bisa Rp 28 T?

Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
20 March 2019 08:52
Perolehan laba tersebut ditopang oleh peningkatan pendapatan pada periode yang sama.
Foto: Dirut Pertamina Nicke Widyawati (CNBC Indonesia/Anastasia Arvirianty)
Pekanbaru, CNBC Indonesia - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menyampaikan pada 2018 perusahaan yang dipimpinya membukukan laba lebih dari US$ 2 miliar atau sekitar lebih dari Rp 28 triliun. Perolehan laba tersebut ditopang oleh peningkatan pendapatan pada periode yang sama.

"Jadi kalau ada yang mengatakan Pertamina rugi itu adalah bohong besar. Pertamina tidak rugi, malah makin kuat. Pendapatan, aset, dan keuntungan makin kuat," kata Nicke, dalam acara BUMN Goes to Campus yang merupakan bagian acara HUT Kementerian BUMN, yang dilaksanakan di Riau, Selasa (19/03/2019).


Namun, Nicke menuturkan, angka tersebut belum merupakan angka final, karena masih menunggu hasil audit. Sehingga, dirinya masih enggan menjelaskan lebih lanjut.

"Nanti saja detilnya ya, saya tidak mau bicara banyak dulu karena masih menunggu audit, prosesnya sebentar lagi. Minggu ini (dibahas) dengan pemerintah, karena ini ada prosedur yang harus dilalui, jadi tolong pahami itu," kata Nicke saat dijumpai di Pekanbaru, Riau, Selasa (19/3/2019).

Adapun, Deputi Bidang Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno menerangkan, perolehan laba dan pendapatan Pertamina tersebut dipengaruhi oleh faktor harga minyak mentah dunia. Tetapi, labanya di bawah perolehan laba 2017 yang sebesar US$ 2,41 miliar.

"Karena harga crude sudah mulai naik, kan gampang sekali lihat Pertamina, kalau harga minyak naik lihat deh, (laba) besar kan," kata Fajar ketika dijumpai di kesempatan yang sama.

Lebih lanjut, ia mengakui, permasalahannya yang menekan laba memang ada di Premium. Sebab, meski pendapatan naik, laba masih tertahan karena Pertamina tidak boleh menaikkan harga BBM, dan pengaruhnya besar ke kinerja keuangan.


"Pendapatan naik karena volume penjualan naik kan, tapi ada beban dia (Pertamina) tidak boleh naikkan harga BBM. Kalau yang Pertamax series, Pertamina Dex itu kan ikut (naik) tapi Premium kan tidak, ya Pertalite naik sedikit," tandas Fajar.

Sebelumnya, laba Pertamina sempat dikhawatirkan merosot tajam, apalagi setelah Kementerian BUMN memaparkan kinerja keuangan perusahaan untuk kuartal III tahun lalu. Sempat tersebut bahwa laba Holding BUMN Migas ini hanya Rp 5 triliun. Tapi, dalam waktu tersisa laba tersebut tiba-tiba bisa terdongkrak jadi Rp 28 triliun.

Namun, jika dibandingkan perolehan laba 2017 tetap terjadi penurunan. Untuk 2017, Pertamina bisa meraup laba hingga Rp 35 triliun (US$ 2,41 miliar).

Jika diurakan, pendapatan Pertamina selama 2018 naik menjadi US$ 56 miliar dibandingkan perolehan 2017 sebesar US$ 46 miliar.

Sebagai perbandingan dengan tahun-tahun sebelumnya, pada 2016, pendapatan perseroan mencapai US$ 39,81 miliar dan laba bersih US$ 3,15 miliar. Sedangkan, pada 2015 pendapatan mencapai US$ 45,24 miliar dan laba bersih US$ 1,41 miliar.
(hps) Next Article Nicke: Siapa Bilang Pertamina Rugi? 2018 Laba Lebih US$ 2 M

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular