
Rupiah Istiqomah Menuju Penguatan 3 Hari Beruntun
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 March 2019 12:30

Tidak hanya di Asia, dolar AS juga melemah secara global. Pada pukul 12:10 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) masih terkoreksi 0,1%.
Rupanya sentimen jelang rapat The Federal Reserves/The Fed terlalu kuat dan menerjang dolar AS. Dalam rapat Selasa-Rabu waktu setempat, Jerome 'Jay' Powell dan rekan diperkirakan masih mempertahankan suku bunga acuan di 2,25-2,5%. Kemungkinannya mencapai 98,7%, menurut CME Fedwatch.
Tidak hanya itu, pelaku pasar juga berekspektasi The Fed akan kembali melontarkan pernyataan bernada kalem (dovish). Kata "sabar" sepertinya akan kembali keluar seperti bulan lalu.
Artinya, prospek kenaikan Federal Funds Rate dalam waktu dekat sangat kecil. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas suku bunga acuan bertahan di 2,25-2,5% pada akhir 2019 masih cukup tinggi yaitu 71,4%. Bahkan peluang untuk turun ke 2-2,25% lumayan besar yakni 24,9%.
Berapa peluang untuk naik ke 2,5-2,75%? Nol persen.
Kemungkinan ke arah sana semakin tinggi karena data-data ekonomi AS yang melempem. Terakhir, indeks perumahan NAHB pada Maret 2019 berada di angka 62, tidak berubah dibandingkan bulan sebelumnya. Pencapaian Maret tersebut berada di bawah konsensus pasar yang memperkirakan kenaikan menjadi 63.
Jadi memang mungkin belum saatnya The Fed mengetatkan kebijakan moneter. Bahkan The Fed lebih berpeluang untuk memberikan stimulus berupa penurunan suku bunga acuan untuk merangsang geliat ekonomi Negeri Paman Sam.
"Sekitar 30% pelaku pasar memperkirakan ada penurunan suku bunga acuan tahun ini. Sekarang fokusnya adalah bagaimana The Fed melakukan itu tanpa menimbulkan gejolak di pasar," kata Kumiko Ishikawa, Analis Senior di Sony Finansial Holdings, mengutip Reuters.
Perkembangan ini adalah kabar buruk bagi dolar AS. Sebab tanpa dukungan kenaikan suku bunga acuan, berinvestasi di dolar AS dipandang kurang menarik. Dolar AS pun rentan terserang tekanan jual.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Rupanya sentimen jelang rapat The Federal Reserves/The Fed terlalu kuat dan menerjang dolar AS. Dalam rapat Selasa-Rabu waktu setempat, Jerome 'Jay' Powell dan rekan diperkirakan masih mempertahankan suku bunga acuan di 2,25-2,5%. Kemungkinannya mencapai 98,7%, menurut CME Fedwatch.
Tidak hanya itu, pelaku pasar juga berekspektasi The Fed akan kembali melontarkan pernyataan bernada kalem (dovish). Kata "sabar" sepertinya akan kembali keluar seperti bulan lalu.
Artinya, prospek kenaikan Federal Funds Rate dalam waktu dekat sangat kecil. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas suku bunga acuan bertahan di 2,25-2,5% pada akhir 2019 masih cukup tinggi yaitu 71,4%. Bahkan peluang untuk turun ke 2-2,25% lumayan besar yakni 24,9%.
Berapa peluang untuk naik ke 2,5-2,75%? Nol persen.
Kemungkinan ke arah sana semakin tinggi karena data-data ekonomi AS yang melempem. Terakhir, indeks perumahan NAHB pada Maret 2019 berada di angka 62, tidak berubah dibandingkan bulan sebelumnya. Pencapaian Maret tersebut berada di bawah konsensus pasar yang memperkirakan kenaikan menjadi 63.
Jadi memang mungkin belum saatnya The Fed mengetatkan kebijakan moneter. Bahkan The Fed lebih berpeluang untuk memberikan stimulus berupa penurunan suku bunga acuan untuk merangsang geliat ekonomi Negeri Paman Sam.
"Sekitar 30% pelaku pasar memperkirakan ada penurunan suku bunga acuan tahun ini. Sekarang fokusnya adalah bagaimana The Fed melakukan itu tanpa menimbulkan gejolak di pasar," kata Kumiko Ishikawa, Analis Senior di Sony Finansial Holdings, mengutip Reuters.
Perkembangan ini adalah kabar buruk bagi dolar AS. Sebab tanpa dukungan kenaikan suku bunga acuan, berinvestasi di dolar AS dipandang kurang menarik. Dolar AS pun rentan terserang tekanan jual.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular