Lumayan, Rupiah Juara Harapan I Se-Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
18 March 2019 16:48
Lumayan, Rupiah Juara Harapan I Se-Asia
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Rupiah tidak pernah melemah sepanjang hari ini, konsisten di jalur hijau. 

Pada Senin (18/3/2018) , US$ 1 dibanderol Rp 14.235 kala penutupan pasar spot. Rupiah menguat 0,14% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu. 

Kala pembukaan pasar, rupiah sudah menguat 0,17%. Selepas itu penguatan rupiah sepat menipis tetapi tidak sampai terpeleset ke zona merah. 


Gerak rupiah tidak terlalu dinamis hari ini, hanya berada di rentang yang tidak terlalu lebar. Posisi terbaik rupiah ada di Rp 14.210/US$ sementara terlemahnya adalah Rp 14.245/US$.  

Berikut perjalanan kurs dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini: 

 

Rupiah bergerak searah dengan mata uang utama Asia yang juga menguat terhadap dolar AS. Hanya sebagian kecil mata uang Benua Kuning yang melemah, yaitu yuan China, yen Jepang, peso Filipina, dan baht Thailand. 

Meski menguat, tetapi apresiasi rupiah tidak ada apa-apanya dibandingkan mata uang lainnya. Rupee India menyabet gelar mata uang terbaik di Asia, disusul oleh ringgit Malaysia dan won Korea Selatan. Rupiah berada di posisi keempat, kalau di kompetisi mungkin meraih Juara Harapan I.

Namun penguatan yang terjadi hari ini menjadi start yang bagus bagi rupiah untuk mengawali pekan yang baru, not bad lah. Ada harapan rupiah bisa mengulangi pencapaian pekan lalu, atau bahkan semoga bisa lebih baik.


Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 16:17 WIB: 




(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Kekuatan utama rupiah hari ini diakibatkan oleh dolar AS yang memang sedang lesu. Pada pukul 16:20 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,11%. 

Pelaku pasar sepertinya sedang menjauhi mata uang Negeri Paman Sam. Maklum, pekan ini komite pengambil kebijakan The Federal Reserves/The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) akan menggelar rapat memutuskan suku bunga acuan plus pembacaan terbaru terhadap perekonomian Negeri Adidaya. 

Investor berekspektasi Jerome 'Jay' Powell dan rekan akan mempertahankan Federal Funds Rate di 2,25-2,5%. Probabilitasnya mencapai 98,7%, mengutip CME Fedwatch. 

Ditambah lagi sepertinya The Fed akan kembali mengeluarkan kalimat-kalimat bernada anteng (dovish). Peluang untuk kenaikan suku bunga acuan pun semakin kecil.


Pada akhir tahun ini, kemungkinan suku bunga acuan tetap di 2,25-2,5% tetap tinggi yaitu 73,6% menurut Fedwatch. Bahkan ada ruang bagi The Fed untuk menurunkannya ke 2-2,25% dengan peluang 23,2%. 

Tanpa dukungan kenaikan suku bunga acuan (bahkan ada kemungkinan turun), berinvestasi di instrumen berbasis dolar AS menjadi kurang menarik. Dolar AS pun mengalami tekanan jual. 

Selain itu, rupiah juga mendapatkan kekuatan dari penurunan harga minyak. Pada pukul 16:27 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet terkoreksi masing-masing 0,52% dan 0,65%. 


Bagi rupiah, penurunan harga minyak adalah berkah. Indonesia adalah negara net importir minyak, mau tidak mau harus mengimpor minyak untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri karena produksi domestik yang tidak memadai. 

Penurunan harga minyak tentu membuat biaya impor komoditas ini menjadi lebih murah. Ini membuat tekanan di neraca perdagangan akan berkurang, dan nantinya merambat ke perbaikan di pos transaksi berjalan (current account). Dengan transaksi berjalan yang lebih kuat, meski masih defisit, rupiah punya fondasi yang kuat sehingga tidak mudah terombang-ambing. 


TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular