
Kinerja Jeblok, Pefindo Tegaskan Rating idAAA Buat Indosat
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
18 March 2019 14:58

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memberikan peringkat idAAA (triple A) terhadap obligasi PT Indosat Tbk (ISAT) yakni Obligasi Berkelanjutan II Tahap III/2019 Seri A sebesar Rp 1,21 triliun.
Obligasi itu akan jatuh tempo pada 13 Mei 2019. Pefindo dalam risetnya menyatakan Indosat akan melunasi obligasi tersebut menggunakan fasilitas kredit yang belum digunakan dari beberapa bank.
Pada 31 Desember 2018, ISAT memiliki fasilitas kredit yang belum digunakan senilai Rp 3,5 triliun dari tiga bank dan saldo kas senilai Rp 1 triliun. Efek utang dengan peringkat idAAA merupakan peringkat paling tinggi yang diberikan oleh Pefindo.
"Kemampuan obligor [ISAT] untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjang atas efek utang tersebut, relatif dibanding emiten Indonesia lainnya, adalah superior," tulis dua analis Pefindo, Niken Indriarsih dan Ayuningtyas Nur Paramitasari, dalam riset 14 Maret 2019, yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia, Senin (18/3/2019).
Hingga akhir Desember 2018, Ooredoo Asia Pte. Ltd. masih menjadi pengendali saham ISAT dengan kepemilikan sebesar 65%, pemerintah Indonesia sebesar 14,3%, dan saham publik sebesar 20,7%.
Data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat obligasi tersebut dirilis pada 4 Mei 2018 dengan kupon 6,05% per tahun. Selain obligasi tersebut, ISAT juga masih memiliki dua seri obligasi lagi yang akan jatuh tempo tahun ini.
Keduanya yakni Obligasi Berkelanjutan I Indosat Tahap I Tahun 2014 Seri B senilali Rp 750 miliar yang jatuh tempo pada 12 Desember 2019.
Satunya lagi yakni Obligasi Berkelanjutan I Indosat Tahap IV Tahun 2016 Seri B senilai Rp 1,05 trilun yang jatuh tempo pada 2 September 2019.
Tahun lalu, kinerja ISAT kurang menggembirakan. Anak usaha Ooredoo asal Qatar itu mencatatkan rugi bersih Rp 2,4 triliun.
Perseroan juga mencatatkan rugi per saham Rp 442,38. Kinerja merugi tersebut membalikkan keadaan karena pada 2017 perusahaan yang dipimpin oleh Chris Kanter ini masih mencatatkan laba Rp 1,13 triliun.
Kinerja mengecewakan Indosat disebabkan oleh anjloknya pendapatan sebesar Rp 6,6 triliun atau 22,68%. Pendapatan Indosat pada 2018 mencapai Rp 23,14 triliun, sementara setahun sebelumnya tercatat Rp 29,93 triliun.
Penurunan pendapatan terbesar pada lini bisnis seluler dari Rp 24,49 triliun menjadi Rp 18,03 triliun. Sementara lini bisnis multimedia, komunikasi data dan internet turun Rp 134,2 miliar menjadi Rp 4,38 triliun. Adapun pendapatan telepon tetap turun dari Rp 913 miliar menjadi Rp 729,3 miliar.
Simak ulasan kinerja Indosat sepanjang 2018, apa apa?
[Gambas:Video CNBC]
(tas) Next Article Wabah Corona, Bos Indosat Beri Rp 318 M Bantu Karyawan
Obligasi itu akan jatuh tempo pada 13 Mei 2019. Pefindo dalam risetnya menyatakan Indosat akan melunasi obligasi tersebut menggunakan fasilitas kredit yang belum digunakan dari beberapa bank.
Pada 31 Desember 2018, ISAT memiliki fasilitas kredit yang belum digunakan senilai Rp 3,5 triliun dari tiga bank dan saldo kas senilai Rp 1 triliun. Efek utang dengan peringkat idAAA merupakan peringkat paling tinggi yang diberikan oleh Pefindo.
Hingga akhir Desember 2018, Ooredoo Asia Pte. Ltd. masih menjadi pengendali saham ISAT dengan kepemilikan sebesar 65%, pemerintah Indonesia sebesar 14,3%, dan saham publik sebesar 20,7%.
Data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat obligasi tersebut dirilis pada 4 Mei 2018 dengan kupon 6,05% per tahun. Selain obligasi tersebut, ISAT juga masih memiliki dua seri obligasi lagi yang akan jatuh tempo tahun ini.
Keduanya yakni Obligasi Berkelanjutan I Indosat Tahap I Tahun 2014 Seri B senilali Rp 750 miliar yang jatuh tempo pada 12 Desember 2019.
Satunya lagi yakni Obligasi Berkelanjutan I Indosat Tahap IV Tahun 2016 Seri B senilai Rp 1,05 trilun yang jatuh tempo pada 2 September 2019.
Tahun lalu, kinerja ISAT kurang menggembirakan. Anak usaha Ooredoo asal Qatar itu mencatatkan rugi bersih Rp 2,4 triliun.
Perseroan juga mencatatkan rugi per saham Rp 442,38. Kinerja merugi tersebut membalikkan keadaan karena pada 2017 perusahaan yang dipimpin oleh Chris Kanter ini masih mencatatkan laba Rp 1,13 triliun.
Kinerja mengecewakan Indosat disebabkan oleh anjloknya pendapatan sebesar Rp 6,6 triliun atau 22,68%. Pendapatan Indosat pada 2018 mencapai Rp 23,14 triliun, sementara setahun sebelumnya tercatat Rp 29,93 triliun.
Penurunan pendapatan terbesar pada lini bisnis seluler dari Rp 24,49 triliun menjadi Rp 18,03 triliun. Sementara lini bisnis multimedia, komunikasi data dan internet turun Rp 134,2 miliar menjadi Rp 4,38 triliun. Adapun pendapatan telepon tetap turun dari Rp 913 miliar menjadi Rp 729,3 miliar.
Simak ulasan kinerja Indosat sepanjang 2018, apa apa?
[Gambas:Video CNBC]
(tas) Next Article Wabah Corona, Bos Indosat Beri Rp 318 M Bantu Karyawan
Most Popular